Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MIKROBIOLOGI PARASITOLOGI & KLINIK

BAKTERI
Streptococcus pyogenes

Dosen Pengampu:

Kelompok: 10

Umar Aiman (22185538A)


Anisa Hafifa (22185539A)
Ade Santi N. (24185540A)
Ririn Rahayu (24185541A)
Mahdi alwazirul (24185542A)

FALKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
I. SIFAT:
1. Morfologi
Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat dengan diameter
0.6-1 μm, tidak berspora, tersusun berderet seperti rantai atau pasangan sel, panjang rantai
bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media padat dan
sebagian besar ditentukan oleh factor lingkungan.
2. Fisiologis
Bersifat gram positif, bersifat anaerob fakultatif, Streptococcus pyogenes adalah
salah satu jenis bakteri Streptococcus beta hemolitikus grup A sehingga membentuk zona
terang bila ditumbuhkan dalam media agar darah (Cunningham, 2000).

II. PATOGENESIS

a) Radang tenggorokan (faringitis)


Disebabkan oleh streptococcus beta hemolyticus. pada bayi dan anak kecil timbul
sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret serosa dan sedikit demam dan infeksinya
cenderung meluas ke telinga tengah, prosesus mastoideus dan selaput otak. Kelenjar
getah bening cervical biasanya membesar. Penyakitnya dapat berlangsung berminggu-
minggu. Pada anak-anak yang lebih besar daripada orang dewasa, penyakitnya
berlangsung lebih akut dengan nasofaringitis dan tonsilitis yang hebat, selaput
lendir hiperemis dan membengkak dengan eksudat yang purulen. Kelenjar getah
bening cervical membesar dan nyeri, biasanya disertai demam tinggi. 20% dari infeksi
ini tidak menimbulkan gejala (asimptomatik).

Gejala:
 Sakit tenggorokan
 Demam lebih dari 38 ° C (100 ° F)
 Eksudat tonsil ( nanah pada amandel )
 Membengkaknya kelenjar getah bening di leher

Gejala lain termasuk:


 Sakit kepala , mual dan muntah , sakit perut , nyeri otot , atau ruam
scarlatiniform atau petechiae palatal , yang terakhir merupakan temuan yang jarang
tetapi sangat spesifik .
 Gejala biasanya dimulai satu hingga tiga hari setelah terpapar dan berlangsung tujuh
hingga sepuluh hari.

Toksin yang dihasilkan:


Racun eritrogenik

Mekanisme:

Racun eritodenik juga disebut sebagai eksotoksin pirogenik streptokokus,


disekresikan oleh strain bakteri Streptococcus pyogenes yang menginduksi
peradangan dengan mengaktifkan sel T yang tidak spesifik dan merangsang
produksi sitokin inflamasi. protein ekstraselular streptokokus yang paling banyak,
adalah sistein protease . Eksotoksin pirogenik terlibat sebagai agen penyebab demam
berdarah dan sindrom syok toksik streptokokus . Tidak ada konsensus tentang jumlah
persisnya eksotoksin pirogenik. Kuman terdapat dalam faring, tetapi toksin eritrogenik
yang dihasilkannya menyebabkan terjadinya kemerah-merahan yang difus. Eritema
mulai timbul di leher, meluas ke tubuh, kemudian menyebar ke ekstremitas.

Cara penularan:
 Penyebarannya melalui kontak langsung dan dekat dengan orang yang terinfeksi
 Misalnya ketika bersin (udara)
 Makanan yang terkontaminasi bakteri streptococcus pyogenes
 Peralatan yang mudah terkontaminasi oleh bakteri

b) Impetigo
Pada impetigo lokalisasi infeksi sangat superfisial, dengan pembentukan
vesicopustulae di bawah stratum korneum. Terutama terdapat pada anak kecil,
penyebaran terjadi per continuitatum. Bagian kulit yang mengelupas diliputi oleh crusta
yang berwarna kuning madu. Penyakit ini sangat menular pada anak-anak dan biasanya
disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus. Infeksi kuman streptokokus tipe
49 dan 57 pada kulit sering menyebabkan timbulnya nephritis post streptococcalis.
Gejala
a. Luka merah di dekat hidung atau mulut yang segera pecah, bocor nanah atau cairan,
dan membentuk keropeng berwarna madu, diikuti oleh tanda merah yang
menyembuhkan tanpa meninggalkan bekas luka.
b. Luka tidak menyakitkan, tetapi mungkin gatal.
c. Kelenjar getah bening di daerah yang terkena mungkin bengkak.

Toksin yang dihasilkan:


Racun eritrogenik

Mekanisme:
Diketahui merusak membran plasma kapiler darah di bawah kulit dan menghasilkan
ruam kulit merah (karakteristik demam berdarah). Penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa beberapa varian toksin erythrogenic dapat diproduksi, tergantung
pada jenis S. pyogenes yang dipermasalahkan. Beberapa strain mungkin tidak
menghasilkan racun yang terdeteksi sama sekali.

Cara penularan
a. Ditularkan dengan kontak langsung misalnya menyentuh atau menggaruk luka
dapat dengan mudah menyebarkan infeksi ke bagian tubuh yang lain.
b. Melalui perantara, seperti baju, handuk, serbet, dan sebagainya yang sebelumnya
dipakai penderita.

Selain itu cara penularan utama dari Streptococcus pyogenes adalah melalui kontak orang ke
orang, melalui udara, dan dapat ditularkan melalui makanan.
a. Intoksikasi pangan adalah gangguan yang disebabkan karena termakannya toksin
yang dihasilkan organisme-organisme tertentu atau gangguan-gangguan akibat
terinfeksi organisme penghasil toksin sedangkan infeksi pangan adalah gangguan
yang disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang
terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil
metabolismenya. Oleh sebab itu, penyakit yang ditimbulkan oleh streptoccocus
termasuk infeksi (Siagian, 2002).
b. Demam rematik dan glomerulonefritis merupakan penyakit streptokokus akibat
komplikasi non supuratif atau sekuele. Demam rematik akut dapat terjadi apabila
penderita yang terinfeksi S. pyogenes 1-5 minggu sebelumnya tidak mendapat
penanganan segera. Sekuele ini terjadi akibat adanya antibodi protein M yang
bereaksi silang dengan protein jaringan jantung sehingga menimbulkan peradangan
jantung atau lebih dikenal dengan penyakit jantung rematik. Penderita pada
umumnya akan mengalami kerusakan pada sebagian otot jantung dan katup jantung.
(Cunningham, 2000). Glomerulonefritis akut diduga terjadi akibat deposisi
kompleks antigen -antibodi pada membran glomeruli ginjal. Gejala
glomerulonefritis biasanya terjadi 10 hari setelah infeksi tenggorokan atau kulit oleh
S. pyogenes dan umumnya menyerang anak-anak usia 3-4 tahun. Pada orang
dewasa, penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal kronis.

Penyakit yang terjadi karena invasi


Pada setiap kasus dapat terjadi selulitis yang cepat meluas secara difusi ke jaringan
sekitarnya dan saluran getah bening, tetapi peradangan setempatnya sendiri hanya terjadi
secara ringan. Dari saluran getah bening infeksinya cepat meluas ke dalam peredaran darah,
sehingga terjadi bakteremia.
a) Erysipelas
Erysipelas merupakan suatu infeksi kulit akut dan saluran limfa yang di sebabkan
oleh bakteri Streptococcus pyogenes . Erysipel biasanya bermula dari luka kecil dan
muncul di bagian wajah, tangan dan kaki. Penderita nampak sakit berat dengan demam
tinggi. Pada pemeriksaan ditemukan lekositosis, lebih dari 15.000 lekosit. Titer ASO
meningkat setelah 7-10 hari. Kuman tidak ditemukan dalam pembuluh darah, tetapi di
dalam cairan getah bening dari pinggir lesi yang sedang meluas, terutama dalam
jaringan subkutan.
Pada penyakit ini dapat terjadi bakteremia yang menyebabkan infeksi metastatik di
lain organ. Dengan pemakaian antibiotika mortalitasnya dapat ditekan, tetapi pada bayi,
orang tua yang debil dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan
kortikosteroid, penyakit ini dapat berkembang demikian cepat sehingga berakibat fatal.
Penyakit ini cenderung untuk kambuh di tempat yang sama, sehingga terjadi
sumbatan pada saluran getah bening yang bersifat menahun. Kulit setempat tumbuh
secara tidak teratur, sehingga terjadi elephantiasis nostras verrucosa. Jika lokalisasinya
di bibir dapat terjadi macrocheilia, suatu pembengkakan bibir yang bersifat persiten.
b) Sepsis puerpuralis
Kuman streptococcus masuk ke dalam uterus sehabis persalinan. Septikimia terjadi
karena luka yang terkena infeksi, yaitu berupa endometritis.
c) Sepsis
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi karena luka bekas operasi atau karena trauma, terkena infeksi
oleh kuman streptococcus. Ada yang menyebut penyakit ini sebagai surgical scarlet
fever

III. Analisis Laboratorium


1. Sampel : Streptococcus pyogenes
2. Identifikasi :
a. Isolasi : Agar Darah dan Dalam lempeng agar darah yang di inkubasi pada 37 0C
setelah 18- 24 jam akan membentuk koloni streptococcus kecil ke abu-abuan,
bentuknya bulat, pinggirannya rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai
setitik cairan.Streptococcus membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid dan glossy.
b. Pewarnaan : Pewarnaan Gram
1. buat sediaan oles dan selanjutnya pada sediaan oles diruangi zat
warna Kristal violet selama 1 menit.
2. Selanjutnya zat warna tersebut dibuang/cuci, kemudian ditetesi
larutan lugol dan dibiarkan selama 1 menit.
3. Lugol dibuang dan dibilas dengan air, setelah itu sediaan diteteskan
alkohol 96% dan dibiarkan selama 6-10 detik.
4. Sediaan dicuci dengan air, kemudian ditetesi larugan safranin dan
dibiarkan selama 1 menit.
5. Sediaan dicuci dengan air, lalu dikeringkan, dan terakhir diperiksa
dengan mikroskop dengan menggunakan minyak emersi.

Hasil : sel berbentuk bulat, tersesusun berderet panjang, berwarna merah.

c. Sifat fisiologis :
a. uji kemampuan Menghidrolisis Amilum.
1. Sediakan medium amilum agar.
2. Buatlah garis tengah pada bagiandasar cawan petri.
3. Inokulasikan biakkan murni bakteri pada setengah bagian medium
sedangkan setengah bagian yang tersisa dipakai untuk control. Kemudian
inkubasikan pada suhu 370c selama 24 jam.
4. Tuangkan larutan iodium kepermukaan medium dan perhatikan warna yang
terjadi disekeliling koloni bakteri menunjukkan adanya bagian hidrolisis
amilum oleh bakteri tersebut sedang bagian lainnya bewarna biru
kehitaman.
b. uji kemampuan Menghidrolisis Protein.
1. sediakkan medium skim milk agar.
2. Buatlah garis pada bagian dasar cawan petri.
3. inokulasikan biakkan murni bakteri pada setengah bagian medium
sedangkan setengah bagian yang tersisa dipakai untuk control. kemudian
inkubasikan pada suhu
37 0 C selama 24 jam.
4. Amatilah warna medium. jika bakteri mampu menghidrolisis protein maka
daerah sekeliling bakteri akan jernih sedang bagian lainnya tetap berwarna
keruh.
c. uji kemampuan Menghidrolisis Lemak.
1. sediakan medium NA yang mengandung lemak dan indicator neutral red.
2. Buatlah garis tengah pada bagian dasar cawan petri.
3. inokulasikan biakkan murni bakteri pada setengah bagian medium
sedangkan setengah bagian yang tersisa dipakai untuk control. kemudian
inkubasikan pada suhu 37 0 C selama 24 jam.
4. Amatilah warna medium. jika bakteri mampu menghidrolisis lemak maka
koloni bakteri akan berwarna merah pada bagian dasar. jika tidak
menghidrolisis lemak maka koloni bakteri akan berwarna kuning pada
bagian dasar.
Bakteri streptococcus pyogenes dapat menghidrolisis protein dan lemak pada
manusia dikarenakan bakteri ini merusak sel jaringan otot, di jaringan otot ini
terdapat lemak dan protein.
IV. Pengobatan Infeksi Bakteri Streptococcus pyogenes
Beberapa obat yang biasanya digunakan untuk mengobati impetigo antara lain:
 Salep antibiotik tanpa resep topikal, seperti Neosporin.
 Antibiotik oral, seperti amoksisilin-klavulanat acid dan sefalosporin.
 Jika tidak mempan, dokter akan memberikan clindamycin atau trimethoprim-
sulfamethoxazole.
Bakteri Streptococcus pyogenes sensitif terhadap penicillin G, dan kebanyakan sensitif
terhadap eritrosit. Namun ada sebagian yang tahan terhadap tetrasiklin. Bakteri streptococcus
pyogenes bervariasi dalam daya kepekaannya terhadap antimikroba. Tes kepekaan terhadap
antibiotik khususnya pada endocarditis sangat diperlukan karena bermanfaat untuk
menentukan obatobat mana yang bisa digunakan untuk terapi optimal. Aminoglikosida dapat
meningkatkan kecepatan reaksi bakterisidal penisilin pada streptococcus pyogenes (Jawetz et
al., 2001).
Obat-obat antimikroba tidak berpengaruh pada demam rematik dan glomerulonefritis.
Walaupun demikian, dalam infeksi streptococcus akut, setiap usaha harus dibuat secara cepat
untuk eradikasi streptococcus dari pasien, manghilangkan rangsangan antigenik (sebelum hari
ke-8), dan juga mencegah penyakit pasca-streptococcus. Dosis penisilin atau eritromisin yang
menimbulkan kadar efektif dalam jaringan selama 10 hari biasanya dapat menghilangkan
rangsangan ini. Obat-obat antimikroba juga sangat bermanfaat dalam mencegah infeksi ulang
dengan bakteri Streptococcus pyogenes pada pasien-pasien demam rematik (Jawetz et al.,
2001).
Jenis infeksi pada bagian saluran nafas termasuk ke dalam faringitis obat yang digunakan
penisilin V, eritomisin, penisilin G. Dan menginfeksi pada bagian kulit, otot, tulang termasuk
kedalam Impetigo, frunkel, selulitis, dll. Obat yang digunakan pada infeksi ini
adalah kloksasilin/eritromisin, sefalosforin generasi I.

 Rangkuman Informasi Obat Pada Penisilin :


 Nama : Penisilin
 Golongan Obat : Antibiotik
 Bentuk Sediaan : Tablet, kapsul, serbuk injeksi, cairan infus
 Harga : Tergantung bentuk sediaan dan kandungan
 Manfaat : Mengobati penyakit infeksi akibat bakteri
 Cara kerja : Menghambat sintetis dinding sel bakteri
 Indikasi Penggunaan : Infeksi
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas, kehamilan, menyusui
 Dosis : Tergantung jenis dan derajat infeksi
 Cara pakai : Oral, injeksi, intravena
 Efek samping : Reaksi alergi, diare, demam, dan lainnya.
A. Bentuk Sediaan Penisilin
Pada obat penisilin terdiri dari banyak jenis. Bentuk sediaan obat golongan penisilin pun
juga beragam. Antibiotik penisilin memiliki beberapa macam bentuk, yaitu tablet, kapsul,
serbuk injeksi, dan cairan infus.
Semua jenis obat penisilin harus dengan resep dan anjuran dokter. Penisilin dalam bentuk
tablet dan kapsul adalah obat penisilin yang bisa digunakan sendiri di rumah ecara oral,
sedangkan penisilin dalam bentuk injeksi dan cairan infus membutuhkan tenaga medis
profesional yang biasanya dilakukan di klinik atau rumah sakit.
Jika menggunakan obat golongan penisilin dalam bentuk tablet ataupun kapsul, maka
simpanlah obat antibiotik tersebut di tempat yang kering. Selain itu, jangan menyimpan obat
penisilin di tempat yang terkena paparan matahari terus menerus karena bisa mengubah
struktur kimia dan cara kerjanya.

B. Manfaat Penisilin
Manfaat penisilin adalah untuk mengobati berbagai jenis penyakit infeksi yang diakibatkan
oleh bakteri-bakteri tertentu. Jadi, jangan heran bila mengalami penyakit infeksi akibat bakteri
tertentu, maka dianjurkan untuk menggunakan penisilin.

C. Cara Kerja Penisilin


Penisilin adalah golongan obat yang termasuk sebagai antibiotik. Antibiotik adalah zat yang
diproduksi oleh mikroba seperti fungi. Zat yang dihasilkan oleh mikroba itu bisa menghambat
pertumbuhan atau membunuh bakteri.
Cara kerja obat antibiotik penisilin untuk membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhan
bakteri adalah dengan menghambat sintetis dinding sel bakteri. Dengan begitu, bakteri pun
akan mengalami gangguan dan mati.

D. Golongan Penisilin
Antibiotik penisilin terdiri dari beberapa macam golongan, yaitu:
A. Benzilpenisilin dan Fenoksimetilpenisilin
1. Benzilpenisilin (Penisilin G)
2. Fenoksimetilpenisilin (Penisilin V)
Obat antibiotik penisilin yang tergolong ke dalam Benzilpenisilin dan Fenoksimetilpenisilin
memiliki indikasi penggunaan pada penyakit infeksi akibat bakteri streptococcus (termasuk
streptococcus pyogenes).
Selain itu, penggunaan obat penisilin golongan ini juga bisa untuk mengobati infeksi lainnya
seperti infeksi tenggorokan, infeksi mulut, difteri penyakit lyme pada anak, gangren
gas, endokarditis, pnemonia, antraks, selulitis, tonsilitis, dan lainnya.

E. Kontra Indikasi Penisilin


Orang-orang yang memiliki alergi terhadap obat-obatan dari golongan penisilin tidak bisa
menggunakan penisilin. Selain itu, beberapa jenis obat penisilin juga dikontraindikasikan
dengan kekurangan karnitin, disfungsi hati, dan riwayat jaundice.
Jangan memberikan penisilin kepada bayi di bawah 3 bulan, ibu hamil, ibu menyusui.
Penisilin bisa diserap oleh ASI sehingga memengaruhi komposisi ASI yang tidak baik bagi
bayi menyusui. Berkonsultasilah dengan dokter sebelum menggunakan penisilin jika ingin
memberikan kepada anak-anak.

F. Dosis Penisilin
Dosis penisilin tergantung pada nama generik atau kandungan obatnya. Penisilin dalam
bentuk tablet atau kapsul diberikan dengan dosis mulai dari 125 mg hingga 1 gram per hari
dalam dosis terbagi, sedangkan injeksi dan cairan infus sekitar 1,2-4,8 gram per hari.
Selain itu, dosis obat penisilin juga disesuaikan dengan jenis infeksi dan derajat infeksinya
(ringan, sedang, atau berat). Oleh karena itu, ikutilah aturan pakai dan dosis obat golongan
penisilin yang dianjurkan dokter.

G. Efek Samping Penisilin


Efek samping penisilin yang timbul akibat hipersensitivitas adalah reaksi alergi yang
ditandai dengan sakit kepala, sesak napas, gatal, ruam, mual, muntah, dan sakit kepala.
Selain itu, ada pula beberapa efek samping penisilin yang umum terjadi, seperti:
 sakit kepala
 demam
 diare
 nyeri sendi
 gangguan saluran cerna
 kulit kemerahan
 dermatitis
 flebitis di lokasi injeksi
 konvulsi
Berikut ini adalah beberapa efek samping penisilin yang jarang terjadi:
 toksisitas
 kelainan darah (leukopenia, trombisitopenia, anemia hemolitik)hepatitis
 kolestatik jaundice
Efek samping seperti urtikaria dan reaksi anafilaksis merupakan efek samping obat penisilin
yang harus diwaspadai. Hal ini dikarenakan efek samping tersebut berakibat fatal bagi
kesehatan dan keselamatan hidup.

 Rangkuman Informasi Obat Pada Erythromycin :


A. Manfaat Obat Erythromycin
Obat antibiotik Erythromycin sangat cocok diberikan pada infeksi bakteri yang
menyebabkan penyakit diantaranya:
1) Bronkitis
Bronkitis atau radang pada saluran bronkial di paru menjadi masalah utama pada saluran
pernapasan karena dapat memicu penyakit paru obstruktif kronis atau disingkat PPOK.
Penyakit ini sering muncul terutama pada perokok aktif. Bronkitis akan
menimbulkan gejala seperi batuk berdahak kekuningan, sesak napas, dan demam ringan.
2) Infeksi Saluran Kemih
Terjadinya infeksi saluran kemih disebabkan oleh penyebaran bakteri Escheria coli dan
berkembang di organ seperti kandung kemih, ginjal, dan saluran uretra. Penyakit ini banyak
terjadi pada wanita dimana ginjal yang mengalirkan urin sudah terkontaminasi dengan
bakteri. Gejala yang muncul antara lain nyeri berkemih, demam, warna urin keruh
dan berbau tidak sedap.
3) Osteomyelitis
Osteomyelitis adalah suatu peradangan pada tulang akibat infeksi bakteri. Osteomyelitis
dapat terjadi secara akut hingga kronis berdasarkan lama pajanan infeksi serta hasil
pemeriksaan radiologis dengan bantuan rontgen.
4) Infeksi Kulit
Berbagai infeksi kulit yang dapat disembuhkan dengan obat Erythromycin antara
lain bisul, abses, impetigo, erisipelas, dan jerawat ringan.
5) Kolesistitis
Kolessistitis adalah peradangan yang terletak di kantung empedu yang berfungsi sebagai
pembuang zat-zat dari sisa metabolisme serta racun yang ada di dalam tubuh.
6) Otitis Media
Otitis media merupakan suatu peradangan pada telinga tengah yang menimbulkan
kesan kemerahan pada membran timpani serta menimbulkan nyeri hingga
hilangnya pendengaran.
7) Demam rematik
Demam rematik merupakan suatu kompliaksi akibat suatu peradangan organ seperti hati,
kulit, jantung, dan persendian akibat infeksi bakteri Streptococcus.
Obat Erythromycin juga dapat diberikan sebagai terapi pencegahan pada demam rematik.

B. Dosis dan Aturan Pakai Obat Erythromycin


Sebelum mengonsumsi obat Erythromycin, hendaknya untuk memeriksa tanggal kadaluarsa
obat serta petunjuk penggunaan dalam kemasan. Obat Erythromycin tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, sirop kering, dan gel oles. Obat ini sebaiknya dikonsumsi setelah makan dan
dengan air putih.
Pada pasien dewasa, obat Erythromycin diberikan sebanyak dua
kali sehari dengan dosis 500 mg perkalinya. Lalu pada anak-anak diberikan dosis sebanyak 50
mg hingga 75 mg/kgBB per hari. Maksimal pemakaian obat Erythromycin perharinya yaitu
sebanyak 4 gram per hari.
Untuk beberapa jenis infeksi kulit, gel Erythromycin juga tersedia dengan hanya
mengoleskan gel ke daerah kulit yang terkena infeksi.

C. Efek Samping Obat Erythromycin


Beberapa efek samping mulai ringan hingga berat dapat terjadi selama mengonsumsi obat
Erythromycin. Efek samping yang ditimbulkan antara lain :
 Ruam kemerahan
 Gatal pada kulit
 Sakit kepala
 Perut kembung
 Nyeri perut
 Sering buang angin
Efek samping yang lebih berat namun jarang terjadi diantaranya:
 Halusinasi
 Peradangan organ hati
 Peradangan usus

D. Interaksi Obat Erythromycin


Obat erythromycin dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, termasuk:
 Cisapride
 Ergotamine
 Obat benzodiazepines
 Digoxin
 Obat colchicine
 Teofilin
 Obat darah tinggi golongan antagonis kalsium
 Sildenafil
 Ciclosporin
 Tacrolimus
 Carbamazepines

E. Kontra indikasi
Sebelum mengonsumsi obat Erythromycin, ada perhatian khusus yang perlu diketahui yaitu:
 Tidak boleh mengonsumsi obat Erythromycin pada penderita gangguan fungsi hati.
 Konsultasi ke dokter apabila anda memerlukan obat Erythromycin di masa kehamilan
 Obat Erythromycin tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat-obatan seperti
theophyline (obat asma), verapamil (obat anti hipertensi penghambat kalsium),
simvastatin, atrovastatin (obat kolesterol) dan obat golongan ergot (untuk migraine)
 Beritahukan dokter bila Anda memiliki riwayat penyakit myasthenia gravis, gangguan
ginjal, gangguan hati , porfiria dan lainnya.

 Rangkuman Informasi Obat Pada Sefalosforin Generasi I:


Golongan sefalosporin dihasilkan oleh jamur cephalosporium acremonium. Spektrum
kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan
penisilin dan digunakan untuk mengobatiinfeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung
dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan
lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih danginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : sefradin, sefaklor, sefadroksil,
sefaleksin.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b lactamase :
Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase.
Misalnya : sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada
infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius.

V. Pencegahan Infeksi Streptococcus pyogenes

Pencegahan infeksi Streptococcus berbeda-beda, tergantung usia dan tipe infeksi.


Pada infeksi Streptococcus tipe A, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari
terjadinya penularan, seperti:

1. Mencuci tangan setelah beraktivitas.


2. Tidak berbagi pakai peralatan makan, seperti sendok, piring, atau gelas.
3. Menggunakan masker, terutama penderita infeksi, saat bersin atau batuk
4. Membersihkan barang-barang yang mungkin terkontaminasi.
5. Untuk mencegah penyebaran impetigo, kulit dan luka terbuka harus dijaga agar tetap
bersih dan tertutup.

Perawatan harus diambil untuk menjaga cairan dari orang yang terinfeksi menjauh
dari kulit orang yang tidak terinfeksi. Mencuci tangan, linen, dan area yang terkena akan
menurunkan kemungkinan kontak dengan cairan yang terinfeksi. Menggaruk dapat
menyebarkan luka; Menjaga kuku tetap pendek akan mengurangi kemungkinan
penyebaran. Orang yang terinfeksi harus menghindari kontak dengan orang lain dan
menghilangkan berbagi pakaian atau linen.

Anda mungkin juga menyukai