Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

JENIS – JENIS FRAUD, RESUME WORKSHOP AUDIT, &


FORMAT LAPORAN KEUANGAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Desy Melati Lubis

NIM : 150503134

Mata Kuliah : Praktek Auditing

Departemen/prodi : S1 – Akuntansi

DEPARTEMEN S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018
BAB I
JENIS – JENIS FRAUD

Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang dapat dipercaya.
Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya lemah, pengendaliannya
tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka tidak dapat dipungkiri
seseorang akan melakukan ketidakjujuran.

Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu manajemen dan
karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan,
contoh kecurangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan
pelaporan keuangan (misstatementsarising from fraudulent financial reporting). Sedangkan
karyawan/pegawai melakukankecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang
berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).

Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi
kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal
dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan
kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa: manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan
terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan
keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions)
suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan.

Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji
yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan
laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan
dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta
pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh dari kecurangan karyawan (employeefraud) mengacuh
pada Sawyers dalam “The Practice of Modern Internal Audit” yangtelah dialih bahasakan oleh Amin
Widjaja, ada 40 bentuk kecurangan karyawan, antara lain :
a) Pemalsuan cap stempel
b) Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang perlengkapan lainnya
c) Mengambil sejumlah kecil uang kas dari mesin kasir
d) Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya
e) Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan
f) Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang muka untuk kepentingan
pribadi
g) Memutar penagihan atas rekening pelanggan
h) Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya
i) Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu
j) Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang saja

Mengacu pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang menjadi korban, fraud
dikelompokkan menjadi:
1. Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban. Dalam kategori ini, fraud dibagi
kembali menjadi kelompok – kelompok yang lebih spesifik;
a. Penggelapan oleh karyawan – pelaku fraud merupakan anggota atau karyawan dari perusahaan atau
organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku mengambil aset perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengambilan aset secara langsung dilakukan dengan cara mengambil uang tunai, perlengkapan,
peralatan serta aset – aset lain perusahaan, sedangkan kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan
menerima sogokan atau komisi dari pihak ketiga.
b. Fraud yang melibatkan pemasok – pelaku fraud adalah pemasok dari suatu perusahaan atau organisasi.
Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan
pihak lain. Pada fraud yang melibatkan pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama dengan bagian
pembelian suatu perusahaan.
c. Fraud yang melibatkan pelanggan – pelaku fraud adalah pelanggan dari suatu perusahaan atau
organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan biasanya tidak membayar untuk barang yang dibeli,
atau menipu perusahaan atau organisasi untuk memberikan mereka (pelaku) barang yang tidak seharusnya
mereka miliki.

2. Fraud yang dilakukan oleh manajemen – korban dari fraud jenis ini adalah pemegang saham dan
pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan. Fraud yang dilakukan oleh manajemen juga
sering disebut sebagai kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen melakukan fraud ini dengan
memanipulasi laporan keuangan perusahaan.

3. Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya – korban dalam fraud jenis ini adalah pihak – pihak
yang kurang berhati – hati atau kurang pengetahuan. Para pelaku fraud jenis ini umumnya menjual
investasi palsu ke korban.

4. Kecurangan lain–korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.
Secaraumum fraud dapatterjadiapabilaadakesempatan (opportunity), tekanan (pressure) atauinsentif
(incentive), danrasionalisasi (rationalization). Tiga halinilebihdikenaldengansegitiga fraud ataufraud
triangle. Pressure (menunjukkan motivasi dan sebagai “unshareable need”), rationalization (personal
ethics)dan opportunity.
BAB II

TANGGUNG JAWAB AUDITOR INVESTIGATIF - CERTIFIED FRAUD EXAMINER


DISARIKAN DARI BERBAGAI SUMBER

Certified Fraud Examiners

CFEs are anti-fraud experts who have demonstrated knowledge in four critical areas: Fraudulent Financial
Transactions, Fraud Investigation, Legal Elements of Fraud, and Fraud Prevention and Deterrence.

The term fraud has come to encompass many forms of misconduct ; “Fraud mencakup berbagai jenis
pelanggaran/ tindakan kecurangan”.

Definition of Fraud (ACFE), yaitu “occupational fraud and abuse” The use of one’s occupation for
personal enrichment through the deliberate misuse or misapplication of the employing organization’s
resources or assets. Penggunaan kedudukan seseorang untuk memperkaya diri sendiri melalui
penyalahgunaan yang disengaja atau penyalahgunaan sumberdaya/aset organisasi.
FT1 – Korupsi
FT2 – Penyalahgunaan Asset

FT3 –Fraud dalam Laporan Keuangan


Fraud dalam Laporan Keuangan

• Overstatement/ penyajian lebih thd Pendapatan/Asset/Liabilitas

• Understatement/ penyajian kurang thd Pendapatan/Asset/Liabilitas

Occupational Frauds by Category — Frequency – losses


The most costly Fraud

Financial statement fraud was on the other end of the spectrum, occurring 10% of cases but causing a
median loss of $800,000 (ACFE RTTN 2018)

Mengapa bisa terjadi ?

1. Penyalahgunaan aset  paling mudah dilakukan bahkan oleh “pegawai dengan tingkat terendah”

2. FS Fraud  melibatkan kompetensi/biasanya oleh manajemen level tertinggi

Occupational Frauds by Category — Median Loss


Membedah “Fraudster” : 5W+2H

• Apa alasan orang melakukan Fraud ?

• Apa yang ia cari /peroleh ?

• Berapa lama?

• Untuk apa uangnya?

• Bagimana melakukannya?

• Siapa saja korbannya?

• Berapa besar kerugian?

Kenapa Fraud bisa terjadi?

“Kejahatan bisa terjadi bukan saja karena ada niat si pelaku, tapi kejahatan juga bisa terjadi karena
ada kesempatan “

Why People Committed to Fraud


Fraud Triangle  Fraud Diamond
Sebab Korupsi – GONe Theory

Greed Opportunity Need

Keserak Kesemp Kebutu


ahan atan han

Korupsi Terjadi Jika.....


1 Supply Demand Korupsi
Para penyogok, Pegawai
orang2 yang ingin pemerintah atau
cari jalan pintas swasta yg disogok

2 Kemauan Kesempatan Korupsi


Orang-orang yang Kesempatan untuk
berniat jahat berbuat jahat
(karakter) (system)

3 Cost Benefit Korupsi


“Biaya” aktifitas “Manfaat” aktifitas
korupsi bagi korupsi bagi © Prof. AniesBaswedan
koruptor koruptor dalamNAFC2013
22

Bagaimana mengenali dan mengatasi Fraud?


How To Handle Fraud (1)

Preventi Detecti Investigat Legal


on on ion Aspect
Strong Tone at The Top

Policies & Procedures

Fraud Training & Awareness

Strong Internal Control

Fraud Risk Assessment


Preventi Detecti Investigat Legal
on on ion Aspect

- External
Internal - Hotline External Auditor
- Internal Findings
Auditor
Findings -
Regulator
- WB by
- WB by
Non
Employee
Employee

Kasus – Kasus di Indonesia :

• Pengadaan Helikopter Gub Aceh (AP)

• Dermaga Bagan Siapi-Api (AANS)

• Korupsi Pajak (GT, BA)

• Traveller Check Anggota DPR

• Korupsi Al Quran (ZD)


• Wisma Atlet (MRM, AS, MN)

• Simulator SIM (DjS)

• Hambalang (TBMN, AM, AU, MN)

• Kasus Banten (RACh, TBCW)

• dst

Sumber dan potensi solusi


1 NEED BETTER REWARD SYSTEM

2 GREED SEVERE PUNISHMENT

3 SYSTEM INSTITUTIONAL REFORMS

© Prof. Anies Baswedan


dalamNAFC2013
Page 43
Pencegahan Dini

• Mulai dari diri • Membangun : Kejujuran dan


sendiri Integritas sedini mungkin
• Mendirikan lembaga/studi anti
• Mulai dari hal korupsi
yang kecil • Aktif berpartisipasi dalam WBS
• Mulai dari dari level terendah

sekarang
BAB III

FORMAT LAPORAN KEUANGAN

A. Perusahaan Jasa

Laporan laba/rugi adalah laporan yang menyajikan seluruh pendapatan dan beban dari suatu
perusahaan dalam satu periode akuntansi. Laporan laba/rugi perusahaan jasa terdiri dari:
1. Pendapatan
Pendapatan dari penjualan jasa diakui pada saat penjualan jasa di counter penjualan, sedangkan
pendapatan dari penyelenggaraan diakui pada saat setelah dilakukan.

2. Harga Pokok Penjualan


Komponen ini merupakan beban pokok pendapatan dari paket jasa yang ditawarkan.

3. Beban Usaha
Komponen beban bisnis yang terdiri dari beban penjualan, beban umum, dan administrasi. Beban
penjualan terdiri dari promosi dan iklan, sedangkan beban umum dan administrasi terdiri dari gaji dan
tunjangan, penyusutan, sewa gedung, paket, pos, dan jasa telekomunikasi, transportasi dan perjalanan
dinas, BBM dan parkir, biaya listrik, air, dan gas, keamanan dan kebersihan, fotokopi dan percetakan,
perijinan dan jasa profesional, administrasi bank, asuransi, pemeliharaan, dan lain sebagainya.

Laporan laba/rugi memiliki dua bentuk penyajian yaitu single step dan multi step.

Bentuk Single Step


Bentuk laporan ini jenisnya adalah menjumlahkan seluruh pendapatan dan semua beban yang ada.
Kemudian selisih dari pendapatan dan beban akan diketahui besarnya sebagai laba/rugi perusahaan.

Bentuk Multiple Step


Pada prinsipnya bentuk yang kedua ini sama dengan bentuk sebelumnya hanya perbedaannya karena
adanya pengelompokkan atas jenis pendapatan dan jenis beban. Misalnya pendapatan, antara
pendapatan usaha dan pendapatan di luar bisnis dikelompokkan tersendiri. Begitupun pada beban,
dibedakan pula beban bisnis dan beban di luar bisnis. Selisih dari pendapatan dan beban kemudian
diketahui sebagai laba/rugi perusahaan. Berikut adalah contoh laporan laba rugi dalam bentuk multiple
step.

B. Perusahaan Dagang

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:193), laporan laba rugi adalah ringkasan pendapatan serta
biaya pada suatu perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba serta kerugian bersih pada
periode tersebut. Pada masing-masing perusahaan, struktur dari laporan laba rugi berbeda-beda karena
menyesuaikan dengan bentuk perusahaannya.

Pada perusahaan dagang, laporan laba rugi secara garis besar terdiri dari pendapatan, harga pokok
penjualan (perhitungan pembelian bersih dalam penentuan HPP), serta biaya dan beban yang terjadi pada
periode tersebut. Pada laporan laba rugi perusahaan dagang tentu memiliki beberapa komponen yang
dapat dibedakan seperti berikut:
1. Pendapatan (income), bisa diartikan sebagai bentuk arus masuk atau peningkatan aset dan penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas/modal.

2. Beban (expenses), Beban diakui sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan
dalam bentuk penurunan aset atau arus keluar, atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan
ekuitas.

3. Pendapatan komprehensif lain (Other Comprehensive Income – OCI), adalah total penghasilan
dikurangi beban.

4. Harga pokok penjualan (HPP), diakui sebagai biaya yang timbul akibat memproduksi suatu barang
dan dijual dalam kegiatan bisnis meliputi, biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
HPP secara sederhana adalah biaya penjualan. Pada saat membuat laporan laba rugi, jika pendapatan dari
perusahaan dagang lebih besar dari pada beban, maka perusahaan akan memperoleh laba. Sebaliknya, jika
pendapatan perusahaan dagang lebih kecil dari pada beban, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Berikut adalah contoh laporan laba rugi perusahaan dagang.
Dengan laporan laba-rugi, Anda dapat lebih mudah mengetahui berapa keuntungan maupun kerugian
perusahaan. Dengan mengetahui angka pasti laba atau rugi perusahaan, Anda dapat lebih mudah
menentukan strategi yang akan Anda gunakan dalam mengembangkan bisnis.

C. Perusahaan Manufaktur

Laporan laba rugi perusahaan manufaktur pada dasarnya sejalan dengan laporan laba rugi perusahaan
dagang. Di dalamnya terdapat pendapatan dan biaya selama periode tertentu yang meliputi :
 Penjualan;
 Harga Pokok Barang Yang Dijual;
 Laba Kotor Penjualan;
 Beban Operasi;
 Laba Bersih Operasi;
 Pendapatan dan Beban Lain-lain;
 Laba Bersih Sebelum Pajak;
 Laba Bersih Setelah Pajak.
Perbedaan pokok terdapat dalam perhitungan harga pokok barang yang dijual.

Harga Pokok Barang Yang Dijual


Pada perusahaan manufaktur, persediaan awal barang jadi ditambahkan dengan Harga Pokok Barang
Yang Dihasilkan, bukan dengan pembelian seperti pada perusahaan dagang. Dengan demikian
perhitungan harga pokok barang yang dijual untuk perusahaan manufaktur dapat dilakukan sebagai
berikut :

Persediaan awal barang jadi Rp. xxxx


Harga pokok barang yang dihasilkan Rp. xxxx (+)
Barang jadi yang tersedia untuk dijual Rp. xxxx
Persediaan Akhir barang jadi Rp. xxxx (-)
Harga Pokok barang yang dijual Rp. xxxx

Harga Pokok Barang Yang Dihasilkan


Hal berikut yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai perhitungan harga pokok barang yang
dihasilakan. Tentu saja perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan tidak sesederhana perhitungan
harga pokok pembelian.

Harga pokok barang yang dihasilkan adalah biaya produksi yang diperhitungkan kepada barang jadi yang
dihasilkan selama satu periode tertentu. Didalamnya terdapat unsur biaya bahan langsung, tenaga
langsung, dan overhead pabrik. Juga perlu diperhatikan adanya adanya barang dalam penyelesaian pada
awal dan akhir periode tersebut. Perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan dapat dilakukan sebagai
berikut :

Pemakaian Bahan Langsung Rp. xxxx


Tenaga Langsung Rp. xxxx
Overhead Pabrik :
Bahan Tidak Langsung Rp. xxxx
Tenaga Tidak Langsung Rp. xxxx
Biaya Lainnya Rp. xxxx
Total Overhead Pabrik Rp. xxxx (+)
Total Biaya Manufaktur Rp. xxxx
Persediaan Awal Barang Dalam Penyelesaian Rp. xxxx (+)
Rp. xxxx
Persediaan Akhir Barang Dalam Penyelesaian Rp. xxxx (-)
Harga Barang Yang Dihasilkan Rp. xxxx
Dalam perhitungan diatas terlihat pemakaian bahan langsung, yang menunjukan biaya bahan baku yang
digunakan dalam periode tersebut. Untuk dapat menentukan pemakaian bahan langsung tersebut perlu
dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Persediaan Awal bahan Rp. xxxx


Pembelian Bahan Rp. xxxx (+)
Bahan Yang Tersedian Untuk Dipakai Rp. xxxx
Persediaan Akhir Bahan Rp. xxxx (-)
Bahan Yang Terpakai Rp. xxxx
Bahan Tidak Langsung Rp. xxxx (-)
Pemakaian Bahan Langsung Rp. xxxx

Pemakaian bahan tidak langsung hanya diperhitungkan sebagai pengurangan dari pemakaian bahan
apabila persediaan bahan langsung tidak langsung dicatat pada perkiraan yang sama. Seandainya
persediaan bahan baku dan bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan yang sama. Seandainya
persediaan bahan baku dan bahan tidak langsung dipisahkan, tidak perlu dilakukan pengurangan tersebut.

Seringkali perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan dilakukan sekaligus, tanpa melakukan
perhitungan terpisah untuk pemakian bahan langsung. Dalam hal demikian perhitungan dapat dilakukan
sebagai berikut :

Laporan laba rugi perusahaan manufaktur kemudian dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai