Tidak butuh signifikansi untuk membuat semuanya berarti. Tidak perlu lili untuk
menjelaskan isi hati. Kau bukan sang Dewi, bukan juga Estomihi. Kau hanya residu
semesta yang menolak cinta. Terlalu lama menderita dan nelangsa. Dimakan nyala
Aku memang gagal dan terbuang. Dosa terhina dari yang paling ternista. Mengecap
pahitnya empedu karena karma yang tak pernah layu. Aku pengemis asa, selalu
tenggelam dalam Maya. Menolak layak, tak beriak, hanya sekedar ada, tidak
sempurna.
Sempuna, Kita.
Kita tidak sempurna jika berdiri dengan ego hati. Kita berbeda jika menilik dengan
besar kepala. Kau terlalu pongah untuk memijak jalan setapak menuju sahaja. Aku
terlalu merendah untuk dapat melangkah lebih jauh dan bersauh. Kau awal dan aku