Anda di halaman 1dari 2

Terlalu Pahit

Azka Amalya Savitri


@azura_savitri

“kamu belum dewasa, kamu sudah dewasa, kamu terlalu dewasa”


Bukankah terlalu pahit untuk menjadi seorang dewasa ? pahit yang tidak senikmat kopi tapi seperti
brotowali.

Aku selalu mencoba yang terbaik dalam hidup ini, tapi satu hal yang aku lupakan yaitu diriku sendiri.
Untuk memenuhi harapan mereka, untuk bisa lebih dari mereka, untuk membahagiakan mereka,
selalu tentang mereka hingga aku diriku sendiri terlupakan. Mereka bilang aku belum cukup dewasa
untuk mencapai harapanku, kemudian mereka bilang aku sudah cukup dewasa untuk melakukan
semua sendiri, hingga pada akhirnya mereka bilang aku terlalu dewasa untuk melakukannya. Terlalu
pahit bukan ? tidakkah mereka juga mengalami proses kedewasaan ? apakah mereka melaluinya
sendiri tanpa bantuan alam semesta dan seisinya ? Terkadang kata “LELAH” hadir dalam hidupku ini,
rasa tidak sanggup menghadapi kedewasaan ini membuatku ingin menyerah. Semudah itukah yang
lain melalui kedewasaan, atau hanya aku, diriku sendiri yang tak kuasa menahan arusnya.

Selalu berfikir positif tentang bagaimana dunia memperlakukanku adalah cara termudah
menyangkal bahwa aku, diriku telah terabaikan. Pernah sekali aku menjadi seorang penulis, penulis
yang meluapkan semua emosi dan kekecewaanya dalam tulisan entah itu puisi ataupun cerita. Tapi
mereka menghatamku dengan hujatan, mereka bilang emosi dan kekecewaan itu tidak pantas
ditulis, mereka bilang itu tindakan BODOH dan TIDAK DEWASA. Hingga akhirnya aku berbalik
menjadi seorang pelukis yang melukiskan emosi dan kekecewaanku tentang mereka dan dunia ini,
tapi seperti tidak ada habisnya, mereka kembali menghantamku dengan cacian, mereka bilang aku
membuang waktu seperti PECUNDANG, TIDAK DEWASA menghadapi masalah, hanya bisa berkeluh
kesah. Kemudian aku mempertanyakan ini kepada sang pencipta “Ya Tuhan, apakah salah
menunjukan sebuah emosi ? Ya Tuhan bagaimana caraku menyampaikan emosi ini SECARA DEWASA
? apa itu KEDEWASAAN ? tidak bisakah engkau hilangkan aku atau biarkan aku tetap menjadi anak
anak hingga aku tak perlu melalui KEDEWASAAN yang pahit ini”

Tidak ada sekolah untuk mengajari apa itu dewasa, bagaimana cara menghadapi kedewasaan, jadi
bagaimana aku bisa memahami kedewasaan ini ? jika melakukannya sendiri bukankah sebuah hal
yang wajar bila melakukan kesalahan, tapi mengapa mereka bilang itu tidak pantas ? aku hanya
manusia yang pasti melakukan kesalahan, apa hanya aku, diriku sendiri yang melakukan kesalahan ?
apakah mereka tidak ? Beribu pertanyaan muncul dalam benakku, tapi bahkan satu pertanyaan pun
tidak bisa diungkapkan atau mendapat jawaban. Aku mulai memendam semua emosi dan
kekeceewaanku, mereka bilang seperti ini cara orang dewasa menghadapi masalah, tapi kenapa
pahit sekali, bukankah ini terlalu pahit, apakah hanya aku yang merasakan kepahitan ini ?

Aku mulai tidak tau lagi kemana arah arus kedewasaan ini. Aku mulai menyalahkan diriku sendiri
atas apa yang terjadi dan tanpa sadari aku melukai diriku sendiri

Anda mungkin juga menyukai