Anda di halaman 1dari 5

PUI SI

MAAF Untuk Ayah dan Ibu


29 April 2012 06:41 Diperbarui: 25 Juni 2015 05:58 1 0 2

Maaf, Bu. Maaf karna kata maaf pun membisu di bibirku.

Maaf, Ayah.

Karena sakit di dadamu itu bagian yang selalu saja ku masukkan setiap hari.
Maaf, karena anakmu ini selalu gagal menyimpan amarahmu.

Anakmu ini tak pernah berhasil menyeka tangis dalam matamu.

Maaf, aku gagal menjadi anak yang baik menurut pandanganmu.

Aku tau betapa dalam sakit menusuk rusukmu, saat aku memalingkan wajah
hanya karna aku sedang malas berbicara.

Aku mengerti, lebam yang merangsuk tertiup duri saat anakmu tak
menghiraukan teguranmu.

Maaf, Bu. Maaf karna yang paling sederhana pun tak bisa ku kerjakan.
Melengkungkan senyum di tepian bibirmu.

Aku paham, betapa besar amarah meradang di jantungmu, yang sengaja kau
redam.

Melihat anakmu tak mengindahkan tawa di raut wajahmu.

Saat kerja kerasmu berserimbah peluh, menjadi sia-sia karna aku tak
mampu meluruhkan keluhanmu.

Maafkan aku, Ayah.

Yang paling mudah pun tak bisa ku lakukan.


Menciptakan ketenangan di jiwamu.

Andai saja aku tahu caranya, andai saja aku bisa.

Aku ingin menghapus segala gundah yang menggelisahkan hatimu.

Tentang anakmu yang tak kunjung membuatmu bahagia, atau anakmu yang
tidak juga menjadikanmu bangga.

Tuhan, datang padaku.

Ajari aku memperbaiki retakan di dada Ibuku, mengembalikan senyum di sudut


dalam bibirnya.

Tuhan, rengkuh aku.

Beritahu padaku, caranya mengubah lelah di sela kecewa milik Ayahku,


menjadikan bangga diantara bahagianya.

Untuk Ibu dan Ayahku, maafkan anakmu, yang selalu memaksamu meliarkan
amarah yang menahan tangis.

Maafkan aku, yang belum berhasil melukiskan senyum karna memiliki


aku, anakmu.

www.fasihhradiana.blogspot.com and (@Fasihrdn)

Sumber : https://www.kompasiana.com/fasihradiana/55101bbc8133115334bc61f5/maaf-untuk-
ayah-dan-ibu
Puisi Maafkan Kami, Guru
Mei 18, 2010
Kami tahu...

darah remaja adalah darah yang mengandung api yang membara

Kami tahu,

kami masih remaja berumur belasan tahun

kami juga manusia,

yang penuh kesalahan dan dosa-dosa

Kami tahu,

pemikiran kami belumlah matang

kami hanya bisa berpikir pendek

bertindak dulu baru berpikir

Kami juga tahu,

pada hari ini kami wajib menanggung dosa sendiri

termasuk kepada manusia pun,

kami juga tetap harus menghormati mereka

Namun,

inilah kami

remaja

bertindak sebelum berpikir

"ada juga sih, yang mikir dulu.... tapi kelamaan,

akhirnya gini deh, kena hantam sama guru"


beginikah remaja dari dulu sampai sekarang?

Setelah diberi nasihat,

kami langsung menyalami mereka,

para pendidik kami yang terhormat

ke ruang guru, minta maaf

Apa reaksinya?

"kalian terlalu cepat untuk memutuskan minta maaf pada saya

sana duduk dan renungkan dulu!!

pergi!!!," katanya sambil mengusir.

benarkah cara kami?

untuk meminta maaf kepada bapak/ibu guru

dalam tempo setelah dinasihati?

Terlalu cepat kami merenungkan itu

kami juga terlalu tergesa-gesa

kami takut,

ini akan terjadi lagi....

hanya demi solidaritas teman; kebebasan;

biasanya dialami kami sendiri

Kami,

benar-benar khilaf

siapapun kami

kami adalah siswa-siswi,


yang tidak dipandang bulu; kaya-miskin; pintar-bodoh,

(mungkin) tidak mudah bagi kami untuk berkata

"cuek aja lagi...."

amat berdosa kami berkata seperti itu...

Kami, benar-benar minta maaf

untuk kalian dan semua pihak

sekolah kami tercinta

bapak/ibu guru, dan semuanya....

kami sungguh telah merepotkan kalian....

maafkan kami

Sumber : https://www.nadiakhadijah.com/2010/05/kami-tahu.html

Anda mungkin juga menyukai