Anda di halaman 1dari 1

Halo, sebut saja namaku Ana. Ya, itu nama akhiran milikku.

Kalau ingin
memperkenalkan diri, mungkin aku akan lebih menjelaskan tentang bagaimana kehidupan
pribadiku, pencapaian apa yang pernah kuraih dan bagaimana pesona serta kharismaku, cukup
sampai di situ. Aku tidak akan bercerita tentang orang lain. Karena dalam episode ini, aku ingin
mengapresiasi diriku yang sudah berjuang cukup keras hingga di usia 24 tahun.
Sejatinya tumbuh kembangku amatlah pelik. Aku hadir di antara orang tua yang
mendidikku cukup keras sehingga di dalam hatiku kurangnya penafsiran kata cinta. Terlebih saat
aku berbuat salah dan menumpahkan susu, ibu akan berkata, “Harusnya kamu tau gelas yang
nampak terlihat mata, cukup aneh jika kau tumpahkan begitu saja.” Atau saat aku kelupaan
membawa raport untuk dikumpulkan ke kelas, sekuat tenaga aku akan menelepon sang ibu dan
menyuruhnya ke sekolah. Hal semacam itu yang mengganggunya hingga aku merasa beliau tidak
mencintaiku. Tidak mencintai putrinya yang masih buta tentang keadaan. Masih awam dalam
menjalani kehidupan Tentu saja cemoohan di atas sudah diperhalus karena sudah diterjemahkan.
Tapi saat terucap dalam bahasa daerah, makna dan artinya luar biasa menyakitkan. Mungkin ibu
beranggapan sikapnya benar saat menasehatiku, tapi ketika dewasa jujur saja analogi tentang
semua firasat baik yang dia berikan belum cukup membuatku tenang. Hingga aku tidak
mendapatkan kasih sayang dan cinta yang berkesan.
Dari kehidupan yang aku alami, aku mencoba merangkak pelan-pelan ke atas. Aku tidak
diarahkan untuk mengambil cita-cita yang seperti apa, aku juga tidak diberikan fasilitas mau
kehidupan seperti apa hingga aku merasa tidak ada yang potensial dalam semua aktivitas yang
kukerjakan. Sia-sia yang berujung petaka karena aku mengerjakan semuanya tak pernah selesai.
Tidak ada penyemangat, tidak ada dukungan dan lagi-lagi tidak ada getaran cinta yang
membangkitkan gairah jiwa. Hingga di satu sisi, aku pergi ke toko buku dan membaca satu buku
hingga habis. Bukan novel, bukan saja komik. Tapi pengembangan diri, sebuah pembahasan
yang bisa membangkitkan sisi terangku. Kelompok Stoa adalah para ahli filsafat Yunani yang
percaya bahwa manusia harus menjalani hidup dengan masuk akal dan sejalan dengan alam.
Menurut mereka, orang yang benar-benar bijaksana adalah yang tidak terpengaruh oleh rasa sakit
atau rasa senang.

Anda mungkin juga menyukai