Cerpen Karangan: Khalila
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 4 November 2021
“Nah sekarang kakak akan mengenalkan ketua OSIS yang akan ikut serta menemani kalian
mengenal lingkungan sekolah baru kalian.” Kakak perempuan itu menjelaskan dengan ramah. Sama
sekali tak memperlihatkan sikap sombong layaknya senior lain.
“Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayirio…” Aku kaget melihat ketua OSIS sekolahku. Dan
tentunya Aku tak membutuhkan perkenalannya, karena memang aku sudah mengenalnya. Aku tak
menduga akan bertemunya lagi, dan yang lebih tak kuduga ia satu sekolah denganku.
Aku pertama kali bertemu dengannya saat ia mengisi acara komunitas cerpen yang memang
dibentuknya sendiri bersama teman-temannya. Dan ia tahu namaku saat aku menjawab
pertanyaannya pada sesi tanya jawab.
Dan semenjak saat itu aku dan Ayirio, sering mengadakan acara pertemuan komunitas cerpen yang
dibentuknya. Ia seorang penulis yang sudah menerbitkan 2 buku. Memang masih tergolong sedikit,
namun tetap membanggakan bukan?
Hari demi hari aku semakin sering bertemu dengannya. Perasaan yang tak kumengerti selalu
muncul tiba-tiba. Teman temanku yang lain juga banyak yang mengikuti komunitas itu, jadi aku
bukan hanya berdua dengannya mempersiapkan segala acara, melainkan beramai-ramai.
Hingga akhirnya acara pertemuan komunitas semakin jarang dilakukan. Ayirio sudah kelas 12 SMA
dan akan mempersiapkan ujiannya. Dan tibalah ia lulus. Saat itu ada perasaan yang sedih
menyelimuti hatiku. Dan saat ia telah lulus, aku mulai mengerti perasaan ini. Perasaan yang
membuatku selalu merasa deg degan tak karuan.
Namun nyatanya, ia tak menunjukkan sedikit pun perasaan itu selama kami bertemu. Apa ia
menyembunyikannya? Apakah ia memendamnya dalam lubuk hatinya? Atau jangan jangan
perasaan hatiku ini tak pernah sama dengan perasaan hatinya?
Pada akhirnya, aku harus melupakannya sekuat tenaga. Ia sudah lulus dan kami tak pernah lagi
bertemu. Saat ia lulus, ia tak mengatakan apa pun. Hatiku semakin yakin bahwa ia tak pernah
memiliki perasaan yang sama denganku. Aku berusaha tak pernah mengingatnya lagi, karena aku
tahu hati ini terlanjur terluka karenanya. Melupakan memang sulit, tapi aku harus melakukannya.
“Jangan lupa beli buku yang itu. Itu buku saya yang keempat.” Ia menunjuk ke arah rak di sebelah
kanan, membuyarkan lamunanku mengingat cerita lama yang ternyata ada lanjutannya. Ia tiba-tiba
muncul membuat cerita lama itu berlanjut, entah apa endingnya.
Aku hanya diam. Ia tiba-tiba muncul tak diundang. Wajahnya tak tampak rasa bersalah sedikit pun,
ia malah menyuruhku membeli buku terbarunya. Ia memang tak bersalah, aku yang salah.
Harusnya aku sudah melupakan perasaan ini, tapi ia kembali dan membuat perasaan ini tetap
terjaga rapi nan indah dalam hatiku.