Anda di halaman 1dari 2

Ablebsia dalam afeksi

Seharusnya paras menunjjukkan abet, tak ada abar antara kita


sebagai sesuatu yang absolut. Saya hanya ingin ada afeksi antara kita
yang dapat kita agih dalam asa yang andal. Mungkin saya hanyalah
avonturir hati yang tak bisa menjadi bahadur yang gagah berdiri diatas
ajung. Atau kamu hanya manusia bebal yang menjadi bala bain yang
terlempar dalam bandela. Atau aku hanya sebagai orang barbar yang
hanya bisa berongsang dan tak bergas dalam sikap yang alap. Kamu hanya
cerih dengan sampiran burkak yang juga berakhir cupai. Kamu juga
seorang yang daif pendusta dalil bausastra. Kita juga hanya delusi yang
selamanya dikotomi dan disharmoni yang tak dapat disatukan karena
banyak disperitas. Sikapmu distingsi dari kesan luar rupamu yang
menyimpan sikap dursila. Kita tak pernah ada pada titik ekuilibrium bahkan
kita malas mengelaborasi diri. Kita terjebak dalam ereksi tanpa tau esensi
dari estimasi estetika sehingga hati merasa ewa. Walaupun terevokasi
pada etos dan empati akhirnya berakhir pada emulasi dan ketulusan yang
artifisial. Ku tawarkan langkah futuristik tetapi banyak friksi yang
menghambat reaksi fusi ketika kau begitu plagmatis untuk fokus, entah
fobia atau frustasi hingga memilih fujur di titik ini. Mungkin sikapku juga
genjah, banyak garah terucap, dan tak mampu bersikap generik. Sikapmu
yang gamang membuatmu bergolak dengan bergoak yang secra frontal
tak mampu terbendung. Tiba sudah di titik helat, ketika hasad berlaku
holistik. Tak lagi ada jalan lurus, hanya hipotenusa yang sumbang dalam
langkah ini. Galat sudah semua ihtimal tanpa ada iktifak yang berakhir
indolen. Intuisi akan intrik tak mampu inheren dalam hati. Makin dijajak
makin jumawa, hingga hati makin jetis. Tak ada kata mudun terpandang
dari sudut nisbi walau bulat untuk melik hati. Tanpa tersisa kata niscaya
hingga tersisa kata nista terprovokasi dalam pretensi yang tak ada
konklusi. Tak kapabel lagi sikap keletah yang kau umbar mencuri hati,
semua terlihat langguk dan tak latif. Semua rancu dalam alur yang
random. Tak lagi sahaja dan sangkil yang dapat tercerita dalam sebuah
romansa.

By: Rimbasadewo

Anda mungkin juga menyukai