Anda di halaman 1dari 3

Judul : Sajak Cinta pada Usia 57

Penulis : WS Rendra

Tema : Ungkapan Rasa Cinta

Citraan : “Kamu bagaikan buku yang tak pernah tamat aku baca
( Indra Pengelihatan ),
Kamu adalah lumut di dalam tempurung kepalaku ( Indra Peraba )”
Hubungan antara kata kata ini dengan tema puisi ini yang
bertemakn cinta adalah ini menggambarkan perasaan seseorang
yang tenggelan dalam rasa cinta terhadap lawan jenisnya. Sifat
cinta yang bagaikan buku akan selalu ada hal baru yang akan
membuat buku tersebut tidak akan pernah habis, serta bagaikan
lumut yang selalu menempel dan susah untuk hilang didalam
tempurung kepala ku atau didalam kepala penulis.

Makna : Makna dari puisi ini menjelaskan tentang bagaimana


rasanya itu cinta yang lebih dari pecaran,perkawinan maupu
perpisahan juga berapa banyak waktu yang dihabiskan dalam cinta,
bagaimana ia tidak memiliki akhir, bagaimana ia susah hilang, dan
bagaimana rasanya orang yang tenggelam dalam cinta. Dari makna
diatas kita dapat menarik kesimpulan untuk tidak terlalu tergelam
dalam cinta yang akan membebani pikiran kita jika terlalu dalam
dalam memikirkan sesuatiu yang belum tentu menjadi milik kita.

Setiap ruang yang tertutup akan retak


karena mengandung waktu yang selalu mengimbangi
Dan akhirnya akan meledak
bila tenaga waktu terus terhadang

Cintaku kepadamu Juwitaku


Ikhlas dan sebenarnya
Ia terjadi sendiri, aku tak tahu kenapa
Aku sekedar menyadari bahwa ternyata ia ada

Cintaku kepadamu Juwitaku


Kemudian meruang dan mewaktu
dalam hidupku yang sekedar insan
Ruang cinta aku berdayakan
tapi waktunya lepas dari jangkauan
Sekarang aku menyadari
usia cinta lebih panjang dari usia percintaan
Khazanah budaya percintaan…
pacaran, perpisahan, perkawinan
tak bisa merumuskan tenaga waktu dari cinta

Dan kini syairku ini


Apakah mungkin merumuskan cintaku kepadamu

Syair bermula dari kata,


dan kata-kata dalam syair juga meruang dan mewaktu
lepas dari kamus, lepas dari sejarah,
lepas dari daya korupsi manusia
Demikianlah maka syairku ini
berani mewakili cintaku kepadamu

Juwitaku
belum pernah aku puas menciumi kamu
Kamu bagaikan buku yang tak pernah tamat aku baca
Kamu adalah lumut di dalam tempurung kepalaku
Kamu tidak sempurna, gampang sakit perut,
gampang sakit kepala dan temperamenmu sering tinggi
Kamu sulit menghadapi diri sendiri
Dan dibalik keanggunan dan keluwesanmu
kamu takut kepada dunia

Juwitaku
Lepas dari kotak-kotak analisa
cintaku kepadamu ternyata ada
Kamu tidak molek, tetapi cantik dan juwita
Jelas tidak immaculata, tetapi menjadi mitos
di dalam kalbuku

Sampai disini aku akhiri renungan cintaku kepadamu


Kalau dituruti toh tak akan ada akhirnya
Dengan ikhlas aku persembahkan kepadamu :
Cintaku kepadamu telah mewaktu
Syair ini juga akan mewaktu
Yang jelas usianya akan lebih panjang
dari usiaku dan usiamu

Anda mungkin juga menyukai