Puisi di atas adalah cuplikan dari banyaknya puisi yang ditulis oleh seorang Suci
Syahira Fauzi dalam buku karyanya yang berjudul Aku Tidak Cinta Buta. Puisi tersebut
mengungkapkan perasaan dan pemikiran tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
serta pertanyaan tentang apakah jodoh benar-benar ada. Berikut adalah interpretasi dari puisi
tersebut:
Pertanyaan awal di puisi ini menggambarkan kebingungan penulis tentang apakah
laki-laki dan perempuan bisa bersama-sama atau tidak. Ia merasa bahwa mungkin bumi tidak
diciptakan untuk perempuan dan mereka seharusnya tidak tinggal di dalamnya. Ia
berpendapat bahwa perempuan seharusnya "bersemayam di dalam makam lelaki yang tulus
hati," tetapi sayangnya, bahwa tulus hati tidak selalu dimiliki oleh laki-laki.
Puisi ini juga menyatakan perbedaan dalam pencarian antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki dianggap sebagai pencari yang ingin memiliki banyak hal, sementara perempuan
dianggap sebagai manifestasi tunggal yang melawan kepemilikan. Puisi ini juga mengangkat
pertanyaan tentang apakah jodoh sejati ada atau hanya merupakan lelucon. Penulis
berpendapat bahwa ketika perbedaan antara laki-laki dan perempuan ditempatkan dalam akal
sehat, hal ini bisa menjadi sumber pertikaian dan ketidakstabilan yang dapat merusak
hubungan.
Puisi tersebut diakhiri dengan kutipan "Min Zakariw wa unsa" dan perintah
"Lita'arofu" yang berarti "Dari laki-laki dan perempuan" dan "Mengenal satu sama lain."
Kutipan ini mencoba mengingatkan bahwa penting untuk saling mengenal dan memahami
perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta pentingnya saling pengertian dan pemahaman
dalam hubungan tersebut.
Tidak hanya puisi, namun buku ini juga berisikan nasihat-nasihat yang dikemas dalam
bentuk percakapan. Banyak nasihat tentang kehidupan, keluarga, maupun percintaan. Berikut
sedikit cuplikan dialog antara Bapak dan Marsih.
Darmi : ‘‘Pak apa benar rindu terbentuk karena jarak?’’
Bapak : “Jarak bukan penyebab utama, Dar.”
Darmi : ‘‘Lalu apa yang utama?’’
Bapak : “Karna kita mengijinkan hati kita sebagai inangnya.”
Darmi : “Bukankah virus lebih kuat jika didekat inangnya Pak?”
Bapak : “Itulah, merindukan seseorang yang ada di depan mata adalah sebodoh-
bodohnya cinta, Dar…”
Percakapan di atas membahas makna rindu dan cinta. Darmi kepada Bapak bertanya
apakah rindu terbentuk karena jarak. Bapak mengungkapkan bahwa jarak bukanlah penyebab
utama rindu. Hal ini menunjukkan bahwa rindu tidak hanya timbul karena seseorang berada
jauh dari kita fisik.
Darmi kemudian bertanya apa yang menjadi penyebab utama rindu. Bapak menjawab
bahwa penyebab utama rindu adalah karena kita mengijinkan hati kita menjadi "inangnya"
atau tempat berkembangnya perasaan rindu. Ini mengindikasikan bahwa rindu terbentuk
karena kita membiarkan perasaan cinta dan keinginan tumbuh dalam hati kita.
Darmi menjelaskan bahwa virus lebih kuat jika dekat dengan inangnya. Ini bisa
diartikan sebagai perumpamaan bahwa rindu mungkin lebih kuat dan berpengaruh saat
seseorang yang kita cintai berada dalam jangkauan kita, mirip dengan bagaimana virus bisa
lebih mudah menyebar ketika inangnya dekat.
Bapak menyimpulkan dengan mengatakan bahwa merindukan seseorang yang ada di
depan mata adalah tindakan bodoh cinta. Hal ini mungkin berarti bahwa jika seseorang yang
kita rindukan berada di depan mata kita, seharusnya tidak ada rindu karena kita bisa
berinteraksi langsung dengan mereka, sehingga rindu menjadi tak masuk akal. Percakapan ini
tampaknya menggambarkan pemahaman tentang rindu dan cinta, dengan penekanan pada
fakta bahwa jarak fisik bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan rindu, dan rindu bisa
muncul bahkan ketika seseorang berada di dekat kita jika kita membiarkan perasaan tersebut
tumbuh.
Banyak percakapan ataupun puisi seperti di atas yang dapat membantu kita menjadi
lebih berpikir lagi agar tidak buta tentang percintaan. Buku ini sangat di rekomendasikan
untuk remaja, karena dapat di jadikan bahan bacaan untuk mengolah ketidakstabilan batin
dan pikiran. Terdapat beragam topik yang di bahas dalam buku ini seperti percintaan,
keluarga, galau persoalan jodoh, lika liku kehidupan, motivasi, dan curahan hati lainnya.
Dengan membaca buku ini, kita dapat menganalisis diri sampai mengaduk perasaan hingga
pada akhirnya dapat memahami diri sendiri lebih dalam untuk sebuah proses memperbaiki
diri.
Tampilan fisik yang cerah dan elegan. Warna abu-abu yang mendominasi sampul
buku memberikan kesan estetik dan elegan. Kemampuan penulis untuk merangkai kata-kata
sangat baik. Setiap kalimatnya memancarkan kekuatan emosional yang luar biasa, sehingga
pembaca akan merasa terhanyut dalam aliran kata-kata yang memikat dan merenung atas
setiap baris yang ditulis. Menyelipkan ayat-ayat dari Al Qur’an membuat buku ini cocok
untuk yang suka perspektif- perspektif baru. Di dalamnya terdapat puisi, percakapan,
pertanyaan dan jawabannya. Terdapat beberapa kosakata asing yang perlu di baca berulang
kali untuk memahami maknanya. Juga terdapat kata-kata kotor yang kurang pantas, jadi tidak
disarankan untuk dibaca anak di bawah umur.
DATA PRIBADI
Sonia Intan Pratiwi, Kelahiran Boyolali 5 Juni 2004 merupakan mahasiswa semester 3 prodi
Tadris Bahasa Indonesia Fakultas Adab dan Bahasa UIN Raden Mas Said Surakarta. Alamat
rumahnya Dk Bantul rt 1/1, Penggung, Boyolali, Boyolali. Komunikasi lebih lanjut dapat
menghubungi nomor 085742559510 atau hubungi Instagram _soniaintann.