Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok


mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.

Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau menarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir,
berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan..

Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang di alami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam (Nanda-I, 2012).

B. Manifestasi Klinis
Menurut Mustika Sari (2002) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2014) tanda dan
gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu:
1. Kurang spontan
2. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berekspresi (ekspresi sedih)
4. Afek tumpul
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengann
klien lain atau perawat
7. Mengisolasi (menyendiri)
8. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
9. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
10.Pemasukan makanan dan minuman terganggu
11.Retensi urine dan feses
12.Aktivitas menurun kurang energi (tenaga)
13.Harga diri rendah
14.Posisi janin saat tidur
15.Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.

C. Rentang Respon Sosial

Menurut Trimelia (2011) Rentang respon isolasi sosial:

a. Respon Adaftif

Respon adaftif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungan yang umum berlaku
dan lazim dilakukan oleh semua orang, jadi individu tersebut masih dalam batas normal
dalam menyelesaikan masalah. Respon ini meliputi:

1) Solide (menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan seorang untuk


merenungkan apa yang dilakukan di lingkungan sosialnya dan juga suatu cara
mengevalusi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

2) Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan


ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
3) Mutualisme atau bekerja sama adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal di mana individu mampu untuk saling memberi dan menerima.

4) Interdependen atau saling ketergantungan adalah suatu hubungan saling


ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan
interpersonal.

b. Respon Maladaptif

Respon maladaftif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang


menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku dan tidak lazim
dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:

1) Kesepian adalah individu sulit merasa minim, merasa takut dan cemas.

2) Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan


dengan orang lain.

3) Ketergantungan akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa


percaya diri akan kemampuannya.

4) Manipulasi adalah individu memperlakukan orang lain sebagai objek, hubungan


terpusat pada masalah pengendalian orang lain.

5) Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu


belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.

6) Narsisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha
untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus.

D. Komponen konsep diri


1. Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran,bentuk,struktur,fungsi,keterbatasan,makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh
2. Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi,sukar dicapai dan tidak
realistis.ideal diirinyang samar tidak jelas dan cenderung menuntut.
3. Gangguan harga diri adalah penilaiam individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri/cita-
cita/hamper langsung menghasilkan perasaan berharga.
4. Gangguan penampilan peran adalah serangkaian pola yang diharapkan oleh
lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok
social.peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai
pilihan .
5. Gangguan identitas kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri penuh dengan
keraguan sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

E. Klasifikasi Konsep Diri


1. Aktualisasi diri yaitu pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal hal positif maupun yang negative dari dirinya
3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa lebih renah dari orang lain
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek aspek identitas
masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realisstis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan ,kepanikan,serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
F. Perkembangan Hubungan Sosial

Menurut Stuart dan Sudden (1998) dalam Mustika Sari (2012). Untuk
mengembangkan hubungan sosial positif, setiap tugas perkembangan sepanjang daur
kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses sehigga kemampuan membina hubungan
sosial dapat menghasilkan keputusan individu.

1. Bayi

Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan


biologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat senderhana dalam
menyampaikan kebutuhannya. Konsisten ibu dan anak seperti stimulasi sentuhan,
kontak mata, komunikasi yang hangat merupakan aspek penting yang harus dibina
sejak dini karena kaan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar.

2. Pra sekolah

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri dan mulai
mengenal lingkungan lebih luas, di mana anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja sama, kompetesi,
kompromi.

3. Remaja

Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya dan
sejenisnya dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan sangat
tergantung sedangkan hubungan dengan orang tua mulai interdependen.

Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua akan
mengakibatkan keraguan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa
percaya diri yang kurang.

4. Dewasa muda

Pada usia ini individu mempertahankan hubungan interdependen dengan orang


tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan
saran dan pendapat orang lain, seperti: memilih pekerjaan, memeilih karir,
melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah,
pekerjaan, pernikahan akan mengakibatkan individu menghindari hubungan intim,
menjauhi orang lain, putus asa akan karir.

5. Dewasa Tengah

Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan
orang tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika iya telah menikah maka peran
menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa. Merupakan situasi
tempat menguji kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan pisah tempat tinggal
dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan mendapatkan dukungan dari
orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri,
produktivitas dan kreativitas berkurang, perhatian pada orang lain berkurang.
6. Dewasa lanjut

Pada masa individu akan mengalami kehilangan, baik itu kehilangan fisik,
kegiatan, pekerjaan, teman hidup, (teman sebaya dan pasangan), anggota keluarga
(kematian orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan orang
lain. Individu yang mempunyai perkembangan yang baik dalam menerima kehilangan
yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat
membantu dalam menghadapi kehilangannya.

Kegagalan pada masa ini dapat menyebabkan individu merasa tidak berguna, tidak
dihargai dan hal ini dapat menyebabkan individu menarik diri dan rendah diri.

1. Pengkajian
Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi pengumpulan data,
analisis data, dan perumusan masalah pasien. Data yang dikumpulkan adalah data
pasien secara holistik, meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

1) Identitas pasien

a. Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan dan kontak dengan pasien
tentang: nama perawat, nama pasien, panggilan perawat, panggilan pasien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan No. RM dapat dengan melihat rekam medis.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.

2) Keluhan utama/alasan masuk

Tanyakan kepada pasien/keluarga pertanyaan berikut.

a. Apa yang menyebabkan pasien/keluarga datang ke RS saat ini


b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini
c. Bagaimana hasilnya.

3) Faktor predisposisi
a. Gangguan tugas perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas
dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial selanjutnya.
Misalnya: adanya kegagalan menjalin hubungan intim dengan sesama jenis atau
lawan jenis maka tidak mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, kegagalan dalam
bekerja, bergaul, sekolah, ittu semua akan mengakibatkan ketergantungan pada
orang tua, dan endahnya ketahanan terhadap berbagai kegagalan.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak jelas
(double bind) yaitu saat keadaan dimana individu menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu yang bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap
komunikasi.
c.

4. Faktor presipitasi

a. Faktor eksternal dan internal


Stressor sosial budaya, keluarga dan psikologik.
Misal: stres terjadi akibat ansietas atau rasa cemas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas
atau rasa cemas terjadi akibat berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan
atau orang yang dicintai.
b. Koping individu tidak efektif

J. Diagnosa Keperawatan

1. isoslasi social:menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

2. Gangguan konsep diri:harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

K. Intervensi Keperawatan

1. isoslasi social:menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah


a. Bina hubungan saling percaya

- Sapa klien

- Beri salam/panggil nama klien

- Tanyakan nama panggilan

- Sebutkan nama perawatan sambil berjabat tangan

- Jelaskan maksud hubungan interaksi

b. Diskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien

c. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan

2. Gangguan konsep diri:harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

a. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya

- Bina hubungan perawat-klien yang terapeutik

- Salam terapeutik

- Komunikasi terbuka,jujur dan empati

- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

- Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai