Anda di halaman 1dari 2

Memutus Mata Rantai Peredaran dan Penggunaan NAPZA di Lingkungan Kampus

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah bahan / zat yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta
dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi dan mengancam kesehatan bagi
seseorang bahkan berdampak pada kematian.
Kasus peredaran NAPZA saat ini sudah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan, hampir
setiap hari kita disuguhi dengan berita-berita mengenai kasus penyalahgunaan obat-obatan
terlarang itu yang dilakukan oleh masyarakat dari segala usia, terutama remaja. Remaja
adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa. Pada masa
remaja terjadi perubahan secara fisik dan psikologis, perubahan mental dan sikap ingin
mencoba hal yang baru menjadi ciri khas remaja. Itulah kenapa, remaja menjadi pasar bagi
peredaran NAPZA.
Kampus sebagai pusat belajar bagi mahasiswa yang notabene nya adalah remaja menjadi
salah satu tempat yang strategis dalam peredaran dan penggunaan NAPZA. Oleh karena itu,
mejadi sebuah kewajiban bagi kampus dalam upaya memutus peredaran dan penggunaan
NAPZA. Pemutusan mata rantai jaringan peredaran NAPZA didasari atas ide mengenai
berlakunya Hukum Supply and Demand. Dalam istilah ekonomi berlaku “penawaran barang
(supply) berbanding lurus dengan permintaan barang (demand).” Bila kita bisa mengurangi
permintaan barang, maka otomatis penawaran barangnyapun akan berkurang. Dalam kasus
peredaran NAPZA, mengurangi permintaan berarti meminimalisir orang-orang yang
memakai NAPZA. Bila kita bisa mencegah seseorang untuk memakai NAPZA, maka
otomatis kita sudah melakukan usaha untuk mengurangi permintaan barang. Peredaran
NAPZA di luar boleh melimpah, tapi semua itu tentu tidak berarti bila tidak ada yang mau
membelinya. Jadi inti dari pemutusan mata rantai jaringan peredaran obat-obatan terlarang itu
adalah menggalakkan tindakan-tindakan preventif untuk mencegah seseorang mengkonsumsi
NAPZA. Adapun tindkan preventif tersebut adalah:
1. Adanya PIKMA dalam lingkungan kampus yang berperan dalam :
Menggalakkan Preventive Drug Education (PDE)
PDE ini berbentuk sosialisai, seminar, konseling atau penyuluhan akan bahaya NAPZA,
berbentuk kampanye ‘anti drug’ lainnya seperti penyebaran stiker, leaflet, brosur, dll.
Intinya adalah menumbuhkan kesadaran bagi mahasiswa dan masyarakat kampus
khususnya akan bahaya memakai NAPZA.
2. Screening NAPZA yang dilaksanakan pada saat penerimaan mahasiswa baru
3. Peraturan tentang Etika dan tata tertib kehidupan mahasiswa di kampus yang ditetapkan
melalui SK Rektor/ Pimpinan perguruan tinggi
4. Melakukan Razia NAPZA bagi seluruh masyarakat kampus
5. Menciptakan pribadi-pribadi yang tangguh dengan memberikan fasilitas keaktifan
mahasiswa dalam kegiatan kemahasiswaan yang meliputi kegiatan minat dan bakat
mahasiswa

Jadi inti dari pemutusan mata rantai peredaran dan penggunaan NAPZA dikampus melalui
peningkatan upaya promotif dan preventif yang dilaksanakan melalui kegiatan kampus dan
kegiatan kemahasiswaan.

Anda mungkin juga menyukai