SKRIPSI
Oleh :
Yudha Adi Prabowo
NIM : 128114087
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
Yudha Adi Prabowo
NIM : 128114087
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembimbing Utama
Dr. Teuku hands Sai “tullah Sulaiman. If.Si.. Apt. iangpal 2$ Claret 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oleh :
NIM : 128114087
Fakultas Farmasi
Mengetahui
Panitia Penguji
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan
DENGAN PEL \RUT PEG 400 DAN LAKTOSA SEBAGAI /“A RRIER
!1•lA TF.RlA L” ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang
telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka. sebagaimana layaknya karya
ini. maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas kasih,
“Formulasi Sediaan Tablet Liquislod Glibenklamid dengan Pelarut PEG 400 dan
Laktosa sebagai Carrier Material” dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas
peneliti mendapatkan motivasi, kerja keras, pantang menyerah, kritik dan saran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
2. Bapak Dr. Teuku Nanda Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt. sebagi Dosen
skripsi.
3. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt., sebagai dosen penguji yang telah
4. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., sebagai dosen penguji yang
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Bapak Musrifin, Bapak Agung, Mas Kunto, Bapak Parlan, Bapak Kayat,
dan segenap laboran dan staff karyawan, yang telah membantu selama
penelitian berlangsung.
9. Fx. Wiryadi, Fl. Rahartini dan Yana Adi Prakosa sebagai orang tua dan
10. Teman skripsi seperjuangan Buana Cahaya Wijaya dan Desion Sudi
Yohannes Wikan, Alberto, Rizki Zul, Aris Dwi Saputra, Firmiana Lisa,
Novena Adi, Clarisa Dian, Putri Wulandari, Claudia Rosari Dewi yang
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perkuliahan penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis untuk
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
INTISARI........................................................................................................... xviii
ABSTRACT ............................................................................................................xix
C. Keaslian Penelitian................................................................................ 3
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Pelarut non-volatile................................................................... 10
d. Superdisintegran ...............................................................................11
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Glibenklamid ........................................................................................19
3. Laktosa .................................................................................................21
D. Hipotesis.....................................................................................................25
C. Definisi Operasional...................................................................................27
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Kecepatan alir.......................................................................................36
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ................................................................................................58
B. Saran ...........................................................................................................58
LAMPIRAN ...........................................................................................................63
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel II. Parameter indeks kompresibilitas, hausner ratio, dan kategori ..........15
Tabel III. Penggunaan uji keseragaman kandugan dan uji keragaman bobot
untuk sediaan .......................................................................................17
Tabel VIII. Hasil prediksi formula optimum dan hasil formula R1 dan R2 ..........57
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 16. Kurva baku glibenklamid dalam bufer fosfat pH 8,5 .........................52
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 11. Analisis statistik sifat alir, sifat fisik dan disolusi tablet liquisolid
glibenklamid dengan software Design Expert 9.0 dan formula
optimum........................................................................................103
Lampiran 12. Analisis statistik sifat alir, sifat fisik dan disolusi tablet liquisolid
glibenklamid dengan software R.3.2.3 ..........................................113
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Kata kunci : glibenklamid, PEG 400, laktosa, sifat fisik tablet, disolusi tablet,
simplex lattice design.
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kedua yang digunakan untuk pengobatan diabetes tipe II. Glibenklamid merupakan
obat yang memiliki masalah dengan kelarutan. Glibenklamid termasuk salah satu
obat yang masuk dalam golongan 2 dari Sistem Klasifikasi Biofarmasetika (BCS)
yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan memiliki permeabilitas yang
tinggi (Sirisha, Sruthi, and Eswariah, 2012). Obat dengan kelarutan yang rendah
waktu yang dibutuhkan obat untuk melarut seluruhnya. Kecepatan disolusi menjadi
kecepatan pembatas (rate-limiting step) dari proses absorbsi. Obat yang memiliki
kelarutan obat glibenklamid dalam air. Tablet liquisolid dibuat dengan cara
mencampurkan zat aktif yang sukar larut dalam air dengan pelarut non-volatile
material, dan disalut dengan coating material sehingga menjadi serbuk kering
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemudian dikempa menjadi tablet (Gubbi and Jarag, 2009). Tablet liquisolid
memiliki komponen utama yaitu pelarut sebagai pelarut obat dan carrier material
sebagai penyerap (adsorben). Syarat pelarut dalam tablet liquisolid yaitu harus
inert, memiliki titik didih yang tinggi dan non-volatile. Contoh pelarut yang biasa
polisorbat (Syed et al.,2012). Syarat carrier material yaitu harus memiliki daya
adsorpsi yang tinggi sehingga dapat menyerap cairan menjadi serbuk kering dan
dikempa menjadi tablet. Contoh carrier material yaitu starch, cellulose dan laktosa
Penelitian ini menawarkan pelarut polietilen glikol 400 (PEG 400) dan
laktosa sebagai carrier material. PEG 400 sering digunakan sebagai pelarut dalam
yang sukar larut dalam air dan bersifat larut air. Penelitian yang dilakukan oleh
Penta (2014) tentang formulasi tablet liquisolid gliburide dengan pelarut PEG 400
pada proporsi 5 mg dapat memiliki waktu hancur kurang dari 5 menit, memiliki
nilai kerapuhan kurang dari 0,5%, dan dapat terdisolusi sampai 100% dalam waktu
tablet, memperbaiki sifat fisik tablet, mudah dikeringkan, dan memberikan laju
pelepasan obat yang baik. Laktosa cocok digunakan dalam tablet yang
sebagai carrier material dengan proporsi 329 mg akan membuat tablet memiliki
kekerasan sampai 5 kg, memiliki waktu hancur kurang dari 5 menit, memiliki
kerapuhan kurang dari 0,125% dan dapat terdisolusi sampai 100 % dalam waktu 45
menit. Formulasi sediaan tablet liquisolid glibenklamid dengan pelarut PEG 400
terhadap sifat fisik dan profil disolusi serta mendapatkan proporsi formula optimum
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pelarut PEG 400 dan laktosa sebagai carrier material
2. Berapa proporsi optimum campuran bahan pelarut PEG 400 dan laktosa
C. Keaslian Penelitian
microcrystaline cellulose oleh Sirisha (2012). PEG 400 dapat melarutkan zat aktif
kombinasi PEG 400 dan laktosa, dapat meningkatkan kecepatan disolusi dibanding
glikol dan carrier material laktosa dapat melepaskan zat aktif sebesar 100 % setelah
liquisolid glibenklamid dengan pelarut PEG 400 dan laktosa sebagai carrier
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
E. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pelarut PEG 400 dan laktosa sebagai carrier material
b. Tujuan khusus
Mengetahui proporsi campuran bahan pelarut PEG 400 dan laktosa sebagai
carrier material terhadap sifat fisik dan profil disolusi tablet liquisolid
glibenklamid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi liquisolid
oleh Spires pada tahun 2002. Liquisolid juga disebut dengan powdered solution
diterapkan untuk obat dengan dosis terapi kecil (kurang dari 50 mg). Penelitian
penerapan obat dengan dosis terapi besar (lebih dari 50 mg). Hal ini akan
sehingga berpengaruh pada volume bobot tablet menjadi tinggi. Pada umumnya,
dengan jumlah besar. Polimer hidrofilik akan meningkatkan persen obat terbasahai
Penelitian tablet liquisolid ibuprofen yang memiliki dosis besar, penggunaan obat
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebesar 25 % dan 58-66% untuk carrier material pada bobot 800 mg tiap formula
(Oktara, 2012).
kelarutan obat yang sukar larut dalam air atau hampir tidak larut air sehingga
diformulasikan menjadi bentuk sediaan padat dengan pelepasan obat yang baik.
seluruhnya dalam waktu yang singkat. Peningkatan kelarutan obat dalam metode
oleh sifat fisikokimia obat, formulasi dan pelarutan. Sifat fisikokimia obat dan
yang terjadi pada permukaan solut (zat terlarut), semakin besar luas permukaan,
maka semakin cepat pelapasan obat. Formulasi berpengaruh pada bahan tambahan
obat sediaan oral untuk zat aktif yang sulit larut dalam air, tidak membutuhkan
eksipien dalam jumlah banyak dibanding fomulasi lainnya yaitu dispersi padat.
zat aktif tidak mempengaruhi proses pencampuran karena bentuk berupa padatan
sehingga tidak begitu besar berpengaruh terhadap kestabilan, pelepasan obat dapat
pembuatan dengan metode liquisolid adalah terbatasnya metode ini untuk obat
dengan dosis besar, karena akan terjadi peningkatan jumlah carrier material
(bahan penyerap) dan coating material (bahan penyalut) dalam jumlah besar
carrier material (bahan penyerap) dan coating material (bahan penyalut) dalam
jumlah besar akan mempengaruhi kompresibilitas dan sifat alir menjadi kurang
baik, menyebakan akan sulit dikempa menjadi tablet (Yadav et al., 2009).
yang dinyatakan oleh Spireas. Model matematika ini digunakan untuk menghitung
jumlah bahan tambahan ( pelarut, carrier material dan coating material) sehingga
memiliki kemampuan mengalir dan kompresibilitas yang baik. Rasio antara liquid
medication (W) dan carrier material (Q) dikenal dengan liquid load factor (Lf).
Liquid medication merupakan obat yang tidak larut yang kemudian didispersikan
Liquid load factor (Lf) merupakan rasio jumlah liquid medication (W) dan carrier
Lf = ......................................................................................... (1)
𝑊
𝑊
Nilai R : rasio antara carrier material (Q) dengan coating material (q). Nilai R
Hubungan antara liquid load factor (Lf) dan nilai R ditunjukkan dengan persamaan
dan memiliki kemampuan mengalir yang baik. Nilai Ψ dan ϕ menyatakan jumlah
baik yang ditandai dengan kekerasan tablet yang mencukupi dan tanpa adanya
cairan yang keluar pada saat pencetakan tablet (Abbas, Rasool, and Rajab, 2014 ).
Parameter nilai liquid load factor (Lf) dan nilai R dapat digunakan untuk optimasi
akan meningkat.
Ketika obat larut dalam pelarut non-volatile menjadi larutan atau bentuk
cair, obat akan berada pada keadaan dispersi molekuler di dalam campuran serbuk.
Campuran obat dengan pelarut non-volatile yang membentuk suspensi akan berada
dalam keadaan dispersi kasar. Hal tersebut menyebabkan luas permukaan obat
peningkatan fraksi obat yang tidak larut dibanding dengan fraksi yang larut
campuran serbuk liquisolid, akan memiliki luas permukaan yang besar pada
cetak langsung yang memiliki luas permukaan yang kecil karena tidak ada
Jayaveera, 2011).
digunakan. Peningkatan kelarutan obat dalam air terjadi karena adanya pelarut non-
dielektrik obat yang tidak larut air setelah pencampuran. Semakin rendah tetapan
dielektrik pelarut, campuran yang digunakan maka semakin besar obat yang dapat
larut di dalamnya karena obat bersifat tidak larut dalam air. PEG 400 memiliki
tetapan dielektrik sebesar 12,4 yang termasuk dalam kategori tetapan dielektrik
2012). Pelarut non-volatile yang digunakan dalam pembasahan partikel obat akan
10
Pembasahan dalam liquisolid ini dapat dilihat dari sudut kontak yang kecil. Sudut
kontak yang kecil berarti pembasahan meningkat (Kulkarni, Aloorkar, Mane and
Gaja, 2010).
a. Pelarut non-volatile
aktif yang memiliki kelarutan rendah. Pelarut tersebut tidak mengalami penguapan
dan terdispersi dalam sistem liquisolid. Syarat pelarut dalam tablet liquisolid adalah
inert, memiliki titik didih yang tinggi (lebih dari 1000 C). Contoh pelarut non–
b. Carrier material
material harus memiliki daya adsorpsi yang tinggi sehinga dapat menyerap liquid
medication agar menjadi serbuk yang kering supaya dapat dicetak menjadi tablet.
Contoh carrier material dalam liquisolid adalah starch, cellulose dan laktosa
c. Coating material
carrier material dalam menyerap liquid medication. Syarat coating material yang
baik adalah memiliki diameter partikel berkisar antara 0,01-5 µm, memiliki daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
absorpsi yang tinggi yang dapat menyerap partikel carrier basah menjadi serbuk
kering yang memiliki laju alir yang baik. Coating material yang paling sering
d. Superdisintegran
kecepatan disolusi tablet (Edge ,Steele, Stainforth, Chen, and Woodcock, 2002).
memenuhi kompaktibilitas yang baik, ukuran partikel kecil, dan memiliki sifat alir
sehingga mampu mendesak ke arah luar secara cepat yang akan menyebabkan tablet
Tablet liquisolid dibuat dengan cara melarutkan bahan aktif yang sukar
larut dalam air dengan pelarut menjadi suspensi atau bentuk cair diubah
tablet (Gubbi, et al., 2009). Tablet liquisolid memiliki komponen utama yaitu
adanya pelarut dan carrier material. Tablet liquisolid dirancang khusus sehingga
12
obat yang tidak larut air yang didispersikan dalam pelarut non-volatile (Sprieas,
2002). Berikut merupakan tahapan secara umum pembuatan tablet liquisolid pada
gambar 1.
(+)
Tablet Bahan penghancur
Gambar 1. Skema pembuatan secara umum liquisolid (Syead and Pavani, 2012).
Tablet liquisolid dapat diaplikasikan dengan baik untuk bahan obat dengan
dosis kecil. Peningkatan laju pelepasan obat sebanding dengan fraksi obat yang
dapat membuat tablet menjadi lebih cepat untuk terdisolusi. Bahan pelicin
menjadi tablet.
a. Sudut diam
partikel berbentuk kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecil nilai sudut
diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembapan serbuk atau granul. (Syead
tan α : hr ...........................................................................................(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
α adalah sudut diam, h adalah ketinggian kerucut (cm), dan r adalah jari-
jari (cm) (Sulaiman, 2007). Berikut hubungan sudut diam dan sifat alir serbuk
b. Kecepatan alir
untuk mengalir melalui suatu alat. Mudah tidaknya granul atau serbuk dipengaruhi
ukur maka kerapatan serbuk ruahan dinyatakan dalam gram per ml (g/ml).
14
M
Bobotjenisruah = ..........................................................................(7)
Vo
M merupakan bobot serbuk dan Vo merupakan volume wadah dalam satuan ml.
(DirjenPOM, 2014).
yang diperoleh dengan cara mengetuk dengan secara mekanis gelas ukur atau
bejana pengukur yang berisi serbuk. Kerapatan serbuk mampat, dapat dihitung
dengan rumus :
M ...............................................................................................................................
Bobot jenis ketuk = (8)
Vf
e. Indeks kompresibilitas
dipengaruhi oleh kerapatan, ukuran ,dan bentuk partikel. Semakin kecil persen
indeks pengetapan serbuk atau granul, semakin baik sifat alirnya. Sebaliknya,
semakin besar indeks pengetapan serbuk atau granul, semakin buruk sifat alirnya
f. Hausner ratio
alir dari serbuk, dan tidak bernilai mutlak untuk suatu bahan tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Ukuran dan distribusi ukuran partikel atau granul akan mempengaruhi bobot
tablet, keseragaman bobot, waktu disintegrasi, kerapuhan (friabilitas) sifat alir, dan
dalam batas-batas tertentu. Hal ini penting karena berhubungan dengan sifat alir,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Bobotair dalamsampel
%MC = x 100% ............................................................... (11)
Bobot sampel kering
(Dewi, 2010).
a. Keragaman bobot
Keragaman bobot tablet menentukan dosis dari tiap tablet yang telah
pada contoh bets yang mewakili menggunakan metode analisis yang sesuai.
b. Keseragaman kandungan
masing kandungan zat aktif dalam satuan sediaan. Keseragaman kandungan untuk
menggunakan metode analisis yang sesuai dan kemudian dihitung nilai penerimaan.
Np = |M − x͞ | + ks .................................................................................... (12)
17
Tabel III. Penggunaan uji keseragaman kandugan dan uji keragaman bobot
untuk sediaan
c. Kekerasan tablet
d. Kerapuhan tablet
pengangkutan. Kerapuhan tablet dianggap cukup baik bila hasilnya kurang dari 1
% (Sharma, 2010).
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk pecah
permukaan yang kontak dengan cairan dalam tubuh. Tekanan kompresi akan
maka waktu hancur tablet makin lambat (Siregar, 2008). Waktu yang diperlukan
18
f. Disolusi tablet
Disolusi adalah proses melarutnya zat aktif (bahan obat) dalam sediaan obat
ke dalam suatu medium. Pada umumnya medium yang digunakan berupa air. Suatu
obat untuk diabsorbsi, pertama kali obat tersebut harus dapat terlarut dalam
cairan obat tersebut akan diabsorbsi. Efektifitas dari suatu tablet dalam melepaskan
obatnya untuk diabsorbsi sistemik tergantung pada laju disintegrasi dari bentuk
sediaan, deagregasi dari granul dan disolusi dari partikel zat aktif (Sulaiman, 2007).
terhadap jumlah zat aktif yang terlarut ke dalam medium sebagai fungsi waktu.
intensitas, dan lama kerja obat di dalam tubuh.Pada tahun 1897, Noyes dan Whitney
W adalah berat zat aktif yang terlarut dalam medium selama waktu t,
koefisien difusi zat yang terlarut dalam medium yang digunakan, S adalah luas
kontak muka zat aktif- medium, h adalah tebal lapisan tipis (film-difusi), sedangkan
untuk sediaan tablet lepas segera. Tabel penerimaan untuk sediaan tablet lepas
19
terlarut dalam medium yang dinyatakan dalam persentase kadar pada masing-
masing monografi (Dirjen POM, 2014). Glibenklamid memiliki nilai Q30 yaitu
75% harus dapat larut setelah 30 menit dalam medium disolusi (United States
B. Monografi Bahan
1. Glibenklamid
Glibenklamid adalah serbuk hablur putih atau hampir putih, tidak berbau
Padmanabha, Nalini, and Prakash, 2011). Glibenklamid tidak larut dalam air, agak
sukar larut dalam metilen klorida, sukar larut dalam etanol dan metanol (Dirjen
POM, 2014). Glibenklamid memiliki kelarutan dalam air sebesar 0,00206 mg/ml
20
2014).
kedua yang digunakan untuk pengobatan diabetes tipe II memiliki durasi aksi obat
sekresi hormon insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas. Interaksi dengan
depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Kanal Ca terbuka
dan ion Ca2+ akan masuk sel β, merangsang granula yang berisi insulin dan akan
terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C (Suherman,
Glibenklamid lebih efektif diminum 30 menit sebelum makan agar mencapai kadar
optimal di plasma. Obat ini cepat diserap dalam saluran pencernaan, cukup
diberikan satu kali sehari. Dosis yang dianjurkan untuk DM tipe 2 adalah 2,5-5 mg
Glibenklamid termasuk salah satu obat yang masuk dalam golongan 2 dari
dalam air dan memiliki permeabilitas yang tinggi (Sirisha, Sruthi, and Eswariah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Polietilen glikol 400 merupakan cairan kental jernih, tidak berwarna, bau
khas lemah, sedikit higroskopis. PEG 400 dapat larut dalam air, etanol (95%),
aseton, glikol lain dan hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter, dan
dalam hidrokarbon alifatik. PEG 400 adalah golongan dari polietilen glikol
dengan berat molekul yang rendah. PEG 400 memiliki bobot jenis 1,128 g/cm3
(Kibbe, 2000). PEG 400 merupakan pelarut non-volatile yang digunakan dalam
(Sirisha et al., 2012). Polietilen glikol 400 (PEG 400) memiliki sifat yang stabil,
iritatif, dan efektif dalam rentang pH yang lebar (Rowe et al., 2009).
3. Laktosa
22
360,31 g/mol dan titik leleh 2140C. Laktosa mudah larut dalam air secara perlahan-
lahan, praktis tidak larut dalam etanol (Dirjen POM, 2014). Laktosa memiliki
stabilitas yang baik dan merupakan zat yang dapat memberikan pelepasan dan laju
disolusi zat aktif dengan baik. Laktosa adalah salah satu jenis carrier material yang
larut dan kemanisan laktosa lebih rendah daripada gula lainnya (Dewi, 2010).
dengan baik, mudah dikeringkan, harganya murah dan tidak peka terhadap variasi
dalam tablet yang mengandung zat aktif dalam konsentrasi kecil karena mudah
Nama lain dari aerosil adalah silicon dioxide, cab-o-sil, fumed silica,
Wacker HDK N20. Aerosil memiliki rumus bangun SiO2 dengan berat molekul
60,08. Bahan ini berbentuk serbuk keputih-putihan, ringan, tidak berbau, dan
tidak berasa, dan praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan asam,
kecuali asam hidrofluorat. Larut dalam larutan hangat hidroksida alkali. Aerosil
23
Emcocel, Fibrocel, Vivapur, dan Tabulose. Pemeriannya berupa serbuk putih, tidak
berbau, tidak berasa. Kelarutannya larut dalam 5% b/v larutan NaOH, praktis tidak
larut dalam air, larutan asam, dan sebagian pelarut organik. Avicel digunakan
sebagai pengikat (binder) pada konsentrasi 20-90 % (Rowe et al., 2009). Avicel
memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang baik dan dapat meningkatkan waktu
hancur (Sulaiman, 2007). Avicel PH-102 merupakan pengikat kering yang paling
serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, dan mudah mengalir. Larut sebagian
dalam etanol 95% dan praktis tidak larut dalam air. Sodium Starch Glycolate
(Kibbe, 2000).
7. Magnesium Stearat
lemah khas,. Magnesium stearat tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam
eter (Depkes RI, 2014). Magnesium stearat umum digunakan sebagai pelicin
24
C. Landasan Teori
meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut atau tidak larut dalam air sehingga
memiliki komponen utama yaitu pelarut dan carrier material sangat mempengaruhi
sifat fisik dan kecepatan disolusi tablet. Bahan pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah PEG 400. PEG 400 dapat meningkatkan kelarutan obat yang
sukar larut, mempercepat waktu hancur karena bersifat larut dalam air, dan bersifat
stabil (Siregar, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Penta (2014) tentang
formulasi tablet liquisolid gliburide dengan pelarut PEG 400 pada proporsi 5 mg
dapat memiliki waktu hancur kurang dari 5 menit, memiliki nilai kerapuhan kurang
dari 0,5%, dan dapat terdisolusi sampai 100% dalam waktu 15 menit.
Mekanismenya ketika obat larut dalam PEG 400, obat akan berada pada keadaan
dispersi molekuler dan ketika campuran menjadi suspensi, obat akan berada dalam
besar, menurunkan tetapan dielektrik obat, dan menurunkan sudut kontak sehingga
Formulasi dengan laktosa menunjukkan kecepatan pelepasan zat aktif yang baik
dan cocok digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif dalam konsentrasi
kecil (Siregar, 2008). Laktosa juga dapat memperbaiki sifat fisik tablet dan tidak
peka terhadap variasi moderat dalam kekerasan tablet pada pengempaan. Penelitian
25
ketoprofen dengan laktosa sebagai carrier material pada proporsi 329 mg akan
membuat tablet memiliki kekerasan sampai 5 kg, memiliki waktu hancur kurang
dari 5 menit, memiliki kerapuhan kurang dari 0,125% dan dapat terdisolusi sampai
100 % dalam waktu 45 menit. Proporsi PEG 400 sebagai pelarut dan laktosa sebagai
carrier material diperoleh dengan metode optimasi simplex lattice design dengan
D. Hipotesis
1. PEG 400 dan laktosa dapat memberikan pengaruh terhadap sifat fisik tablet
dari 5 menit, memiliki kerapuhan kurang dari 0,5%, memiliki kekerasan sampai
2. Proporsi PEG 400 dengan jumlah 5 mg dan laktosa yang berada pada proporsi
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan kombinasi pelarut PEG 400 dan laktosa sebagai carrier material.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan PEG 400 dan laktosa
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat alir serbuk liquisolid
(kecepatan alir, sudut diam, indeks kompresibilitas, hausner ratio), sifat fisik
4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan
kelembaban ruangan.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. Definisi Operasional
1. Sifat fisik tablet merupakan parameter untuk mengukur kualitas dari tablet
tablet.
yang terdiri dari kecepatan alir, indeks kompresibilitas, sudut diam, dan
hausner ratio.
9. Sudut diam merupakan sudut yang dibentuk antara timbunan sebuk pada
bidang horizontal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
10. Liquid medication merupakan larutan obat atau obat yang tidak larut air
1. Alat
cetak tablet single punch KORSCH, statif, mortir dan stamper, Dissolution
alat gelas.
2. Bahan
29
simplex lattice design dari software Design Expert 9.0. Formula yang digunakan
Jumlah (mg)
Bahan
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8
Glibenklamid 5 5 5 5 5 5 5 5
PEG 400 5 5 10 15 15 20 25 25
Laktosa 307 307 302 297 297 292 287 287
Aerosil 12 12 12 12 12 12 12 12
Avicel PH-102 200 200 200 200 200 200 200 200
SSG 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5
Mg Stearat 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Total 550 550 550 550 550 550 550 550
Keterangan :
Formula R1, Formula R2 : PEG 400 0% dan laktosa 100%
Formula R3 : PEG 400 25% dan laktosa 75%
Formula R4, Formula R5 : PEG 400 50% dan laktosa 50%
Formula R6 : PEG 400 75% dan laktosa 25%
Formula R7, Formula R8 : PEG 400 100% dan laktosa 0%
pada suhu 600C selama ± 10 menit. Glibenklamid dan pelarut PEG 400 dimasukkan
dalam mortir dan diaduk hingga rata sehingga membentuk suspensi. Campuran
tersebut kemudian diserap dengan laktosa yang sudah dikeringkan dan diaduk
hingga terbentuk massa serbuk. Massa serbuk kemudian ditambahkan aerosil dan
30
rpm. Massa serbuk dikeluarkan dari cube mixer kemudian diayak dengan
pengayak mesh 16. Massa serbuk yang telah diayak kemudian dimasukkan ke
dalam cube mixer dan ditambahkan Avicel PH-102, SSG dan Mg stearat yang sudah
ditimbang. Massa serbuk dikeluarkan dan diayak dengan pengayak mesh 16. Massa
serbuk dicampur selama 15 menit di dalam cube mixer dengan kecepatan yang
sama. Massa serbuk kemudian diuji homogenitas dan sifat alir. Serbuk yang telah
diuji, kemudian dikempa menjadi tablet. Tablet yang sudah dikempa dilakukan
bagian bawah lubang ditutup, kemudian tutup lubang corong dibuka sehingga
seluruh serbuk keluar dari corong, dicatat kecepatan alirnya. Sudut diam dihitung
dari gundukan berbentuk kerucut dengan tangen sudut diamnya, yaitu besar
antara serbuk dengan permukaan dengan tinggi serbuk yang diketahui (Sulaiman,
2007).
Timbang saksama kurang lebih 100 gram serbuk (M) dan dimasukkan
dalam gelas ukur 250 ml tanpa pemampatan. Permukaan serbuk diratakan dan
dibaca volume awal (Vo) pada skala tersebut. Gelas ukur dipasang pada penyangga.
Mesin dihidupkan dan dihentakan sebanyak 500 ketukan sampai bobot volum
serbuk mencapai minimum. Perubahan volume serbuk dihitung sebagai Vf. Bobot
31
dimasukkan dalam labu takar 100 ml dilarutkan metanol sampai batas tanda (Bilal,
et al., 2013).
takar 100 mL kemudian diencerkan dengan metanol samapi batas tanda. Larutan
dimasukkan dalam kuvet dan diamati absorbansi pada panjang gelombang 200 –
Larutan induk dibuat seri kadar dengan konsentrasi 3,98 µg/ml; 5,97
µg/ml; 7,96 µg/ml; 9,55 µg/ml; 11,94 µg/ml dan diencerkan dengan metanol dalam
labu takar 100 ml sampai batas tanda. Setelah itu larutan dibaca dengan
didapat dari masing-masing pengenceran diplotkan dengan kadar dan dibuat kurva
dengan persamaan garis dan regresi linier maksimum (Bilal, et al., 2013).
4) Homogenitas serbuk
metanol dalam labu takar 100 ml sampai batas tanda. Larutan disonifikasi selama
32
CGMPs, 2003).
a. Keseragaman kandungan
hardness tester, kemudian salah satu bagian dari mesin ini akan bergerak maju
untuk menghancurkan tablet dan alat membaca ukuran tablet yang hancur. Hasilnya
Dua puluh tablet diambil dan ditimbang seluruh tablet secara bersamaan
dan dicatat sebagai bobot awal. Seluruh tablet dimasukkan ke dalam attrition tester
dibersihkan dari debu dan ditimbang kembali. Dihitung selisih dari penimbangan
awal dengan penimbangan akhir dikalikan 100 persen, maka akan diperoleh nilai
33
tester. Tabung dimasukkan kedalam bejana yang telah diisi air bersuhu 37o±0,2 o
C, tinggi air tidak kurang dari 15 cm sehingga tabung dapat turun naik dengan jarak
7,5 cm. Kemudian dicatat waktu hancur tablet. Tablet dikatakan hancur apabila ada
bagian tablet ada yang tertinggal di atas kasa. Waktu hancur tablet dikatakan baik
e. Penetapan kadar
Sebanyak dua puluh tablet ditimbang lalu digerus, kemudian diambil 44,0
mg dengan saksama lalu dilarutkan dengan metanol dalam labu takar 100 ml sampai
Percobaan diulang sebanyak tiga kali tiap formula (run)dan dihitung rata-rata serta
f. Uji Disolusi
Larutan bufer fosfat pH 8,5 sebagai medium disolusi dibuat dengan cara
menimbang sebanyak 6,8 gram monobasic potassium phosphat dan 1,99 gram
NaOH kemudian ditambahkan akuadest ke dalam labu takar 1000 ml hingga batas
34
glibenklamid lalu dilarutkan 40 ml metanol di dalam labu takar 500 ml. Sonifikasi
selama 5 menit lalu ditambahkan medium disolusi hingga batas tanda. (United
bufer fosfat pH 8,5 hingga 10 mL. Larutan ini dimasukkan dalam kuvet dan diamati
absorbansi pada panjang gelombang 200 – 400 nm sehingga akan diketahui serapan
Larutan induk dibuat seri kadar dengan konsentrasi 2,68 µg/ml, 4,02
µg/ml, 5,36 µg/ml, 6,7 µg/ml, 8,04 µg/ml dan diencerkan sampai 10 ml dengan
bufer fosfat pH 8,5. Setelah itu larutan dibaca dengan Spektrofotometer UV pada
pengenceran diplotkan dengan kadar dan dibuat kurva dengan persamaan garis dan
fosfat pH 8,5 yang berfungsi sebagai media disolusi. Jarak pengaduk dayung
dari dasar labu adalah 2,5 ± 0,2 cm dan pengaduk dayung diputar pada
media disolusi yang digunakan adalah 900 ml. Sampel obat yang terlepas ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
medium diambil pada menit ke 0, 5, 10, 15, 30, dan 45 menit sebanyak 5 ml
pada posisi yang telah ditentukan. Setiap kali pengambilan sampel diganti dengan
volume yang sama (5,0 ml) dengan medium bufer. Serapan dari larutan uji
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari percobaan adalah data sifat alir serbuk,
homogenitas serbuk, penetapan kadar, profil disolusi dan sifat fisik tablet meliputi
Data sifat alir dan sifat fisik yang diperoleh, dihitung rata-rata dan standar
deviasi. Data sifat alir, sifat fisik, dan profil disolusi tablet dianalisis menggunakan
Design Expert 9.0 sehingga didapatkan interaksi dari kedua komponen untuk
Design Expert 9.0 dan R 3.2.3. Salah satu formula dengan proporsi optimum dipilih
dan diuji kembali sifat fisiknya dan dibandingkan dengan menggunakan uji T tidak
BAB IV
Serbuk liquisolid diuji sifat alirnya meliputi waktu alir, sudut diam, indeks
1. Kecepatan alir
alir alir serbuk. Kecepatan alir menunjukkan mudah tidaknya serbuk mengalir ke
Pada persamaan (14) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Nilai negatif menunjukkan penggunaan komponen PEG 400 dan komponen laktosa
interaksi positif PEG 400-laktosa dengan nilai interaksi sebesar + 371,14. Interaksi
antara komponen tersebut dalam formula dapat menaikkan kecepatan alir serbuk.
Kenaikan kecepatan alir serbuk terjadi karena laktosa sebagai adsorbent akan
menyerap PEG 400 menjadi serbuk kering sehingga menaikkan kecepatan alir
serbuk. Berdasarkan data kecepatan alir serbuk (lampiran 3), hasil menunjukkan
kecepatan alir semua formula serbuk berada pada rentang 39,95-55,78 gram/detik
sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu lebih
dari 10 gram /detik (Siregar, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antar formula Run (R) R1, R2, dan R3.
2. Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara permukaan suatu
Y= -482,82 X1+ 0,08 X2 +2,42 X1X2 + 0,002 X1X2 (X1 –X2) ................. (15)
Keterangan :
X1 = komponen PEG 400
X2 = komponen laktosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Keterangan :
Y= respon sudut diam
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--=Tolerence interval
Pada persamaan (15) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
diam dengan nilai -482,82 dan nilai positif penggunaan komponen laktosa
menaikkan sudut diam dengan nilai 0,08. Penurunan sudut diam terjadi karena PEG
400 akan berikatan dengan komponen lain, menyebabkan sudut kontak menjadi
kecil (kohesifitas) sehingga terjadi penurunan sudut diam. Berdasarkan model plot
interaksi sudut diam (gambar 6), kurva yang dihasilkan melengkung ke bawah. Hal
ini menunjukkan adanya interaksi positif dengan nilai interaksi sebesar +2,42.
Interaksi komponen PEG 400 dan komponen laktosa memberikan pengaruh dalam
menaikkan sudut diam. Komponen laktosa yang memiliki bentuk partikel halus
akan mengalami kesulitan untuk mengalir sehingga dapat menaikkan sudut diam
serbuk. Berdasarkan data sudut diam serbuk (lampiran 3), hasil menunjukkan sudut
diam campuran serbuk berada pada rentang 18,890 – 29,400 sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dikatakan memenuhi persyaratan sudut diam yang baik yaitu kurang dari 300. Hasil
uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar formula Run (R).
3. Hausner ratio
Berikut model plot interaksi respon hausner ratio yang ditunjukkan pada
gambar 7.
Keterangan :
Y= respon hausner ratio
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--=Tolerence interval
Pada persamaan (16) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
Nilai positif menunjukkan penggunaan komponen PEG 400 dan komponen laktosa
Komponen PEG 400 berpengaruh dominan dalam menaikkan respon hausner ratio.
Hal ini disebabkan karena komponen PEG 400 akan membasahi serbuk dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Serbuk dibutuhkan tekanan yang keras untuk dikempa menjadi tablet. Berdasarkan
model plot interaksi hausner ratio (gambar 7), kurva yang dihasilkan sigmoid. Hal
hausner ratio dengan nilai interaksi -0,00007. Berdasarkan data hausner ratio
(lampiran 3) menunjukkan bahwa hasil dari semua formula (run) memiliki nilai
hausner ratio yang berada pada rentang 1,18-1,31. Nilai hausner ratio yang
dihasilkan memenuhi persyaratan yaitu masuk dalam kategori sifat alir baik sampai
agak baik. Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
4. Indeks kompresibilitas
Keterangan :
Y= respon indeks kompresibilitas
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--=Tolerence interval
41
Pada persamaan (17) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
nilai 24942,45 dan 0,10. Komponen PEG 400 merupakan komponen yang dominan
ini disebabkan karena komponen PEG 400 sebagai pelarut akan membuat serbuk
menjadi padat dan terbasahi sehingga menyebabkan sifat alir kurang baik.
Berdasarkan model plot interaksi indeks kompresibilitas (gambar 8), kurva yang
dihasilkan sigmoid. Hal ini menunjukkan adanya interaksi negatif PEG 400-laktosa
dengan nilai interaksi sebesar -143,06. Interaksi antara komponen tersebut dalam
PEG 400 menjadi serbuk kering secara maksimal sehingga menurunkan indeks
dihasilkan adalah baik sampai agak baik. Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa
serbuk campuran. Campuran dinyatakan homogen jika kadar zat aktif pada
42
maksimum dengan konsentrasi 0,995 µg/ml Hasil Serapan maksimum yang terukur
229,0
panjang gelombang dalam kisaran 229,5 nm. Metanol memiliki absorbansi UV cut
off pada panjang gelombang 210 nm (Moffat, Oselton, and Widdop, 2011). Hasil
tersebut merupakan serapan dari zat akitif glibenklamid. Ada beberapa faktor yang
tinggi dan zat penggangu (Gandjar and Rohman, 2009). Hasil kemudian dibuat
regresi linier kurva baku glibenklamid dalam metanol adalah y = 0,062x + 0,025
dan nilai r = 0,995. Hasil regresi (r) uji yaitu sebesar 0,995. Menurut Miller dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Miller (2010), nilai r yang dianjurkan untuk sebuah analisis dengan menggunakan
persamaan regresi linier adalah r dengan nilai diatas 0,99. Persamaan kurva baku
menunjukkan korelasi yang linier karena r hitung lebih besar dari r tabel pada n= 5
0,8
y = 0,062x + 0,025
0,7
R² = 0,995
0,6
0,5
Absorbansi
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (µg/ml)
pada bagian atas (3), tengah (4), dan bawah (3) titik sampel pada cube mixer.
serbuk akhir. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil diperoleh
dengan rata-rata kadar 128,03 ± 2,5 (%) dan koefisien variansi (CV) sebesar 1,95%.
Hasil yang didapat memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 5 % yang berarti serbuk
44
aktif tiap tablet. Farmakope Indonesia V mempersyaratkan bahwa apabila dosis tiap
Keterangan :
Y= respon keseragaman kandungan
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--=Tolerence interval
Pada persamaan (18) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
menurunkan pelepasan zat aktif glibenklamid dengan nilai - 962,92 dan nilai positif
pelepasan zat akitf glibenklamid karena PEG 400 akan membuat obat tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
berikatan dengan pelarut sehingga sulit lepas apabila digunakan dalam jumlah
karena laktosa dapat memudahkan tablet melepaskan zat aktif obat ketika dalam
campuran serbuk. Sifat laktosa yang dapat melepaskan zat aktif dengan baik
menyebabkan peningkatan pelepasan zat aktif dalam tablet (Siregar, 2008). Hasil
persamaan nilai p-value yang diperoleh sebesar 0,2544 (p>0,05) maka dapat
maupun interaksi PEG 400 dan laktosa pengaruhnya kecil terhadap keseragaman
kandungan tablet liquisolid. Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa ada perbedaan
rata-rata yang tinggi tiap tabletnya yaitu antara 92,32 % sampai 105,22% dengan
nilai penerimaan kurang dari 15% (L1) sesuai dengan tablet persyaratan
2. Kekerasan tablet
tablet terhadap guncangan mekanik dan pengikisan yang akan mempengaruhi sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
fisik tablet. Kekerasan tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan pengempaan, bahan
Model plot interaksi respon kekerasan tablet ditunjukkan pada gambar 12.
Keterangan :
Y= respon kekerasan
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--=Tolerence interval
Pada persamaan (19) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
kekerasan tablet yaitu dengan nilai – 3,62 dan nilai positif menunjukkan
disebabkan karena laktosa yang bersifat pengabsorbsi, lebih mudah mengikat PEG
47
interaksi positif dengan nilai interaksi sebesar 0,01 sehingga campuran PEG 400-
laktosa tidak berpengaruh secara dominan dalam menaikkan kekerasan tablet. Hasil
persamaan menunjukkan nilai p-value yang diperoleh 0,1384 (p>0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antar formula sehingga
penambahan tunggal maupun interaksi PEG 400 dan laktosa pengaruh kecil
terhadap kekerasan tablet liquisolid. Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa ada
semua formula memiliki kekerasan pada rentang 3,36-5,41 kg. Pada umumnya
kekerasan kurang dari 4 kg, masih dapat memenuhi persyaratan apabila persyaratan
3. Kerapuhan tablet
dalam tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar
massa tablet yang hilang (Sulaiman, 2007). Kerapuhan tablet juga dapat
48
Keterangan :
Y= respon kerapuhan tablet
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--= Tolerence interval
Pada persamaan (20) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
kerapuhan tablet yaitu dengan nilai 41,81 dan nilai negatif menunjukkan
tablet disebabkan karena komponen PEG 400 yang dominan dengan laktosa akan
memudahkan udara luar akan masuk dalam tablet sehingga mudah terkena lembab
dan dapat menaikkan kerapuhan tablet. Berdasarkan model plot interaksi kerapuhan
maka kurva yang dihasilkan adalah sigmoid. Hasil persamaan menunjukkan nilai
p-value yang diperoleh 0,0410 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
PEG 400 dan laktosa pengaruhnya kecil terhadap kerapuhan tablet liquisolid. Hasil
uji stastistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antar
49
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk pecah
menjadi partikel-partikel kecil yang larut dalam cairan. Obat akan hancur terlebih
dahulu sebelum mengalami disolusi. Waktu hancur bukan menjadi parameter nilai
Keterangan :
Y= respon waktu hancur tablet
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--= Tolerence interval
Pada persamaan (21) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
tablet. Nilai negatif menunjukkan penggunaan komponen PEG 400 dan komponen
laktosa masing-masing menurunkan waktu hancur tablet yaitu dengan nilai - 6,81
dan – 0,01. Komponen PEG 400 merupakan komponen yang dominan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menurunkam waktu hancur. Hal tersebut disebabkan karena komponen PEG 400
bersifat hidrofilik sehingga air lebih mudah terpenetrasi ke dalam pori-pori tablet
sehingga waktu hancur tablet menjadi lebih cepat. Berdasarkan model plot interaksi
waktu hancur maka kurva yang dihasilkan melengkung ke bawah. Hal ini
ditunjukkan interaksi positif dengan nilai interaksi sebesar 0,03 sehingga campuran
PEG 400-laktosa akan meningkatkan waktu hancur tablet menjadi lebih lama
namun pengaruhnya tidak begitu besar. Hasil persamaan menunjukkan nilai p-value
yang diperoleh oleh 0,0038 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
PEG 400 dan laktosa pengaruhnya kecil terhadap waktu hancur tablet liquisolid.
Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifkan yaitu pada
formula Run (R) R1, R2, dan R3. Berdasarkan hasil data waktu hancur tablet
Farmakope Indonesia V yaitu waktu hancur tablet kurang dari 15 menit (Dirjen
POM, 2014).
51
persyaratan tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110 % (United States
absorbansi sampel dalam uji disolusi tablet glibenklamid. Hasil yang didapat pada
penentuan panjang gelombang yaitu pada 204,5 nm. Hasil panjang gelombang
glibenklamid pada medium bufer fosfat pH 8,5 ditunjukkan pada gambar 15.
204,5
52
relative besar. Menurut Gianitto (2007) glibenklamid dalam medium disolusi bufer
fosfat memiliki panjang gelombang 204,5 nm. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa panjang gelombang tersebut dapat digunakan untuk penetuan kurva baku
2. Kurva baku
0,8
0,7 y = 0,091x + 0,013
0,6 R² = 0,998
Absorbansi
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (µg/ml)
antara 0,2 sampai 0,8 karena memiliki persen kesalahan terkecil yaitu 0,5%
(Gandjar et al., 2009). Persamaan regresi linier kurva baku glibenklamid dalam
metanol adalah y = 0,091x + 0,013 dengan nilai r = 0,998. Menurut Miller dan
Miller (2010), nilai r yang dianjurkan untuk sebuah analisis dengan menggunakan
persamaan regresi linier adalah r dengan nilai diatas 0,99. Kurva baku diatas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menunjukkan korelasi yang linier karena r hitung lebih besar dari r tabel pada n= 5
(0,998 > 0,503), sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk perhitungan
bahwa selama proses tersebut terjadi pada seluruh permukaan tablet yang ada dalam
tablet glibenklamid dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 75%. Pada
penelitian ini digunakan waktu 45 menit. Waktu tersebut digunakan untuk melihat
apakah obat masih melepaskan zat aktif atau tidak. Hasil pengungkapan disolusi
obat dengan melihat nilai Q30 yaitu persentase kadar obat terdisolusi dalam medium
Keterangan :
Y= respon obat terdisolusi (Q30)
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
--= Tolerence interval
54
Pada persamaan (22) dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan
Nilai positif menunjukkan penggunaan komponen PEG 400 dan komponen laktosa
masing-masing meningkatkan disolusi tablet yaitu dengan nilai 59030,87 dan 0,46.
kecepatan disolusi karena komponen PEG 400 akan membasahi obat sehingga
meningkat. Berdasarkan model plot interaksi disolusi, kurva yang dihasilkan adalah
menurunkan laju disolusi karena memiliki nilai negatif sebesar -340,06. Penurunan
disolusi terjadi karena komponen PEG 400 akan membuat obat menjadi bentuk cair
sehingga sulit terabsorbsi dengan laktosa yang berfungsi sebagai adsorbent. PEG
400 dalam jumlah banyak dapat menyebabkan fraksi obat yang tidak larut lebih
banyak dibanding dengan fraksi obat yang larut sehingga terjadi penurunan laju
diperoleh oleh diperoleh 0,2578 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
PEG 400 dan laktosa memberikan pengaruh yang besar terhadap disolusi tablet
liquisolid. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan
antar formula. Berikut profil hasil uji disolusi tablet liquisolid glibenklamid
dinyatakan dalam (%) disolusi, hasil kadar yang didapat dimasukkan dalam kurva
55
120
100
obat terdisolusi (%)
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8
Pada gambar 18 menunjukkan profil disolusi tiap formula (Run) (R) dari
menit ke-0 sampai menit ke-45. Hasil ini mencapai 75% zat aktif larut dalam waktu
30 menit. Dalam penelitian ini seharusnya perlu dibuat satu formula glibenklamid
yang digunakan sebagai kontrol. Kontrol yang dimaksud adalah kontrol formula
pembanding dari kedelapan formula Run (R) tablet liquisolid glibenklamid untuk
menunjukkan terjadinya peningkatan kelarutan. Dalam hal ini pelarut PEG 400
untuk melarutkan atau mensuspensikan obat yang tidak larut dalam air sehingga
versi 9.0 yang diawali dengan menentukan parameter sifat fisik (keseragaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kandungan, kerasan, kerapuhan, waktu hancur ) dan disolusi tablet. Nilai dan bobot
Pada tabel VII pemberian nilai dan bobot respon kemudian dibuat hasil
prediksi untuk mendapatkan persamaan polinomial dan grafik untuk setiap respon.
Berikut hasil prediksi model plot formula optimum tablet dengan menggunakan
sofware Design ekspert 9.0 yang dapat dilihat pada gambar 19.
Keterangan :
Y= Desirability
A= komponen PEG 400
B= komponen Laktosa
= Design point
= Convidence interval
optimum. Prediksi tersebut kemudian dipilih salah satu formula sebagai formula
optimum. Formula optimum yang dipilih adalah formula dengan proporsi PEG 400
5 mg dan laktosa 307 mg (0% : 100%) yang sama dengan formula Run
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
yang besarnya nol sampai dengan satu yang artinya bahwa semakin nilai
desirability mendekati satu maka semakin tinggi mendapatkan nilai respon yang
dengan hasil percobaan yang kemudian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan
Berikut hasil prediksi formula optimum dan hasil formula Run (R) R1 dan R2
Tabel VIII. Hasil prediksi formula optimum dan hasil formula Run R1 dan
R2
Paramater Prediksi Hasil formula Nilai p-value
formula optimum
optimum R1 R2 R1 R2
Keseragaman 99,18 100,63 97,23 0,240 0,075
Kandungan (%)
Kekerasan (Kg) 3,52 3,36 4,40 0,630 0,114
Kerapuhan (%) 0,42 0,36 0,41 0,501 0,969
Waktu hancur 1,50 0,99 2,12 0,063 0,101
(menit)
Disolusi obat (Q30) 78,68 75,73 77,17 0,444 0,111
waktu hancur, kerapuhan, dan disolusi tablet mempunyai nilai p-value lebih dari
0,05 untuk fomula Run R1 dan R2 sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
signifikan antara prediksi dan hasil formula optimum. Hasil ini menunjukkan
bahwa formula hasil percobaan tablet liquisolid glibenklamid sesuai dengan teori
dan membuktikan bahwa formula optimum yang didapat dari simplex lattice design
BAB V
A. Kesimpulan
liquisolid glibenklamid.
2. Campuran bahan pelarut PEG 400 dan Laktosa sebagai carrier material
Laktosa (0% : 100%) metode Simplex Lattice Design dengan proporsi jumlah
B. Saran
1. Perlu dilakukan pemilihan obat, pelarut, carrier material, coating material yang
lain agar dapat mengetahui pengaruh sifat fisik dan disolusi tablet liquisolid.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.A., Rasool, A.A., and Rajab, N.A., 2014, Preparation and Comparative
Evaluation of Liquisolid Compact and Solid Dispersion of Candesarta
Cilexetil, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
Vol. 6, 1-2.
Abdul, B.M., Swathimutyam, P., Padmanabha, R.A., Nalini, S., and Prakash,V.D.,
2011, Development and Validation of Glibenclamide in Nanoemulsion
Formulation by using RP-HPLC, Journal of Pharmaceutical and
Biomedical science, Vol. 8, 1.
Al-Sarraf, M.A., Hussein, A.A., and Jabbar, A.S., 2014, Dissolution Enhancement
of Telmisartan by Liquisolid Compacts, International Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences,Vol. 6, 4-6.
Anilkumar, S., Arun,W., Amol, P., and Harinith, M., 2010, Development and
Characterisation of Oral Dissolving Tablet of Nifedipine Using Camphor as
a Subliming Material, Research Journal of Pharmaceutical Biological and
Chemical Sciences, Vol. 1, 46-49.
Arulkumaran, K.S.G., and Padmapreetha, J., 2014, Enhancement of Solubility of
Ezetimibe by Liquisolid Technique, International Journal of
Pharmaceutical Chemistry and Analysis,Vol. 1, 15-18.
Bilal, A., Rehman, K., Akash, M.A.H., Hussain, K., Ibrahim, M., and Hussan, S.S.,
2013, Development and Validation of Analytical Method for Qualitative
and Quantitative Determination of Glibenclamide in Different Brands of
Tablet Dosage form using UV-visible Spektroscopy, Journal Molecular and
Genetic Medicine, Vol.7, 3-7.
Bohwmik, D., Chiranji, B., Krishnakanth, Pankaj, and Marget, R., 2009, Fast
Dissolving Tablet : An Overview, Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, Vol.1, 163-177.
Dewi, K.S., 2010, Formulasi Sediaan Tablet Fast Disinegrating Antasida dengan
Starch 1500 sebagai Bahan Penghancur dan Laktosa sebagai Bahan Pengisi,
Skripsi, 2, 13- 20.
Drugbank.com, 2015, Drugbank : Glyburide (DB01016),
http://www.drugbank.ca/drugs/DB01016, diakses tanggal 24 April 2016.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2014, Farmakope
Indonesia, jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
pp.753, 1523- 1526.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Edge, S., Steele, D.F., Stainforth., J.N., Chen A., and Woodcock, P.M., 2002,
Powder Compaction Properties of Sodium Starch Glycolat Disintegrant,
Drug Development and Industrial Pharmacy, 28.
Fudholi, A., 2013, Disolusi & Pelepasan Obat in vitro, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, pp. 3,59, 137-138, 142.
Gandjar, I.G., and Rohman, A., 2009, Pengantar Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, pp. 254-256.
Gianotto, E.A.S., Arantes, R.P., Lara-Filho, M.J., Filho A.C.S.C., and Fregonezi-
Nery, M.M, 2007, Dissolution Test for Glibenclamide Tablet, Quim.Nova,
Vol. 30, 1218-1221.
Gubbi, S., and Jarag, R., 2009, Liquisolid Technique for Enhancement of
Dissolution Properties of Bromhexine Hydrochloride, J. Pharm and
Tech, Vol. 2, 382 – 386.
Hadisoewignyo, L., 2012, Likuisolid: Teknik Pembuatan Tablet untuk Bahan Obat
Tidak Larut Air, Medicinus, Vol. 25, 32-37.
John Willey Rowe, R.C.,P.J., Sheskey, and Quinn, M.E., 2009, Handbook of
Pharmaceuticals Excipient, 6th ed., The Pharmaceutical Press, London, pp.
283, 581.
Kibbe, A.H., 2000, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 3rd ed., The
Pharmaceutical Press, London, pp.102, 143, 305, 501, 555.
Kulkarni, A.S., Aloorkar, N.H., Mane, M.S., and Gaja, J.B., 2010, Liquisolid
Systems : A Review, International Journal of Pharmaceutical Sciences and
Nanotechnology, Vol. 3,795-802.
Kumar, S., Dilbaghi, N., Rani, R., Bhanjana, G., and Umar, A., 2013, Novel
Approaches for Enhancement of Drug Bioavailability, American Scientific
Publishers, Vol. 2, 4.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., and Widdop, B., 2011, Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons, 4th ed, The Pharmaceutical Press, London, p. 509.
Nagabandi, V.K., Ramarao, T., and Jayaveera, K.N., 2011, Liquisolid Compacts:
A Novel Approach to Enhance Bioavailability of Poorly Soluble Drugs,
International Journal of Biomedical Research, Vol. 1, 89-102.
61
62
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, 36thed., The
Pharmaceutical Press, London, p.64.
Syead, I.A., and Pavani, E., 2012, The Liquisolid Technique: Based Drug Delivery
System, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug
Research, 91.
Vraníková, B., and Gajdziok, J., 2013, Liquid System and Aspects Influencing
Their Research and Development, Acta Pharm., 447-465.
Yadav,V.B., and Yadav, A.V., 2009, Liquisolid Granulation Technique for
Tablet Manufacturing: an Overview, Journal of Pharmacy Research, 670-
674.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
1. Glibenklamid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. PEG 400
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3. Laktosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
67
5. Avicel PH 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
69
7. Magnesium Stearat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
71
72
1 2 3 SD
h r Sudut h r Sudut h r Sudut Sudut diam
diam (O) diam (O) diam (O) (0)
R1 2,5 7,5 18,44 3 7,5 18,44 2,7 7,5 19,80 18,89 ± 0,79
R2 3 7,5 21,80 3 8 20,56 3,3 7,5 23,75 22,04 ± 1,61
R3 3,5 7,5 25,01 3 7,5 21,80 3 8 20,56 22,46 ± 2,30
R4 3,4 6,5 27,47 4,1 6,5 32,24 3,8 7 28,49 29,40 ± 2,51
R5 3,7 7,5 26,26 3,5 7,5 25,02 3,3 7 25,24 25,51 ± 0,66
R6 3,7 6,75 28,73 3,7 6,75 28,73 3,7 6,75 28,73 28,73 ± 0,00
R7 3,8 7,5 26,87 3,7 9 22,35 3,6 8,25 23,58 24,27 ± 2,34
R8 3,8 7,5 26,87 3,7 8 24,82 3,5 8 23,63 25,10 ± 1,64
Sudut diam
2,5
tan α : hr = = 0,33
7,5
α : 18,440
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
74
75
Formula R1
No Serapan Konsentrasi Kadar (%) tablet
(mg/L)
1 0,285 4,20 105,00
2 0,271 3,97 99,25
3 0,282 4,15 103,75
4 0,265 3,87 96,75
5 0,278 4,08 102,00
6 0,270 3,95 98,75
7 0,289 4,26 106,50
8 0,268 3,92 98,00
9 0,262 3,82 95,50
10 0,275 4,03 100,75
Rata-rata (x͞) ± Simpangan deviasi (SD) 100,63± 3,64
Nilai penerimaan (Np) 8,74
Formula R2
No Serapan Konsentrasi Kadar (%) tablet
(mg/L)
1 0,260 3,79 94,75
2 0,269 3,94 98,50
3 0,259 3,78 94,50
4 0,255 3,71 92,75
5 0,278 4,08 102,00
6 0,278 4,08 102,00
7 0,251 3,62 90,50
8 0,253 3,68 92,00
9 0,280 4,11 102,75
10 0,279 4,10 102,50
͞
Rata-rata (x) ± Simpangan deviasi (SD) 97,23 ± 4,85
Nilai penerimaan (Np) 12,91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Formula R3
No Serapan Konsentrasi Kadar (%) tablet
(mg/L)
1 0,255 3,71 92,75
2 0,250 3,63 90,73
3 0,253 3,68 92,00
4 0,245 3,55 88,71
5 0,258 3,76 96,00
6 0,263 3,83 95,97
7 0,243 3,52 88,00
8 0,258 3,76 94,00
9 0,249 3,61 90,25
10 0,260 3,79 94,76
͞
Rata-rata (x) ± Simpangan deviasi (SD) 92,32 ± 2,88
Nilai penerimaan (Np) 13,08
Formula R4
No Serapan Konsentrasi Kadar (%) tablet
(mg/L)
1 0,289 4,26 106,50
2 0,279 4,10 102,50
3 0,290 4,28 107,00
4 0,257 3,74 93,55
5 0,291 4,30 107,26
6 0,286 4,21 105,24
7 0,254 3,69 92,25
8 0,286 4,21 105,24
9 0,266 3,89 97,25
10 0,259 3,78 94,50
͞
Rata-rata (x) ± Simpangan deviasi (SD) 101,13 ± 6,07
Nilai penerimaan (Np) 14,57
Formula R5
No Serapan Konsentrasi Kadar (%) tablet
(mg/L)
1 0,266 3,89 97,25
2 0,258 3,76 94,00
3 0,260 3,79 94,75
4 0,259 3,78 94,50
5 0,242 3,50 87,50
6 0,258 3,76 94,00
7 0,257 3,74 93,55
8 0,263 3,30 95.76
9 0,266 3,89 97,25
10 0,254 3,69 92,34
͞
Rata-rata (x) ± Simpangan deviasi (SD) 94,09 ± 2,79
Nilai penerimaan (Np) 11,11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Formula R6
No Serapan Konsentrasi (mg/L) Kadar (%) tablet
1 0,295 4,35 108,87
2 0,255 3,71 92,75
3 0,276 4,05 101,25
4 0,271 3,97 99,25
5 0,293 4,32 108,00
6 0,291 4,29 107,25
7 0,298 4,40 110,00
8 0,270 3,95 98,75
9 0,275 4,03 100,75
10 0,279 4,09 102,25
͞
Rata-rata (x) ± Simpangan deviasi (SD) 102,91 ± 5,5
Nilai penerimaan (Np) 14,61
Formula R7
No Serapan Konsentrasi Kadar (%) tablet
(mg/L)
1 0,268 3,92 97,98
2 0,261 3,81 95,25
3 0,296 4,37 109,25
4 0,264 3,86 96,37
5 0,267 3,90 97,50
6 0,268 3,92 98,00
7 0,277 4,07 101,75
8 0,294 4,34 108,50
9 0,297 4,38 109,50
10 0,260 3,79 94,75
Rata-rata (x͞) ± Simpangan deviasi (SD) 100,89 ± 5,97
Nilai penerimaan (Np) 14,94
Formula R8
No Serapan Konsentrasi Kadar (%) tablet
(mg/L)
1 0,292 4,31 107,75
2 0,284 4,18 104,44
3 0,288 4,24 106,00
4 0,291 4,29 107,25
5 0,289 4,26 106,50
6 0,287 4,23 105,65
7 0,294 4,34 108,50
8 0,293 4,32 108,07
9 0,271 3,97 99,25
10 0,270 3,95 98,75
Rata-rata (x͞) ± Simpangan deviasi (SD) 105,22 ± 3,50
Nilai penerimaan (Np) 12,11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Replikasi Rata-rata ± SD
Formula 1 2 3
Bobot yang hilang (%) Bobot yang hilang (%)
R1 0,78 0,03 1,45 0,36 ± 0,37
R2 0,22 0,30 0,72 0,41 ± 0,27
R3 0,36 0,89 0,05 0,43 ± 0,43
R4 0,04 0,12 0,19 0,11 ± 0,08
R5 0,18 0,32 0,30 0,24 ± 0,09
R6 0,15 0,04 0,13 0,11 ± 0,06
R7 0,68 0,32 0,30 0,43 ± 0,21
R8 0,16 0,32 0,23 0,24 ± 0,08
Replikasi Rata-rata ± SD
Formula 1 2 3
menit menit
R1 1,20 1.00 0,78 0,99 ± 1,84
R2 2,53 1.80 2,04 2,12 ± 0,22
R3 3,80 4,10 3,92 3,94 ± 0,15
R4 5,16 5,25 5,45 5,29 ± 0,15
R5 4,98 5,10 5,20 5,09 ± 0,11
R6 4,42 4,40 4,50 4,44 ± 0,05
R7 4,02 3,54 3,57 3,71 ± 0,27
R8 4,10 3,44 3,55 3,69 ± 0,35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
80
Formula R1
81
82
Formula R2
83
84
Formula R3
85
86
Formula R4
87
88
Formula R5
89
90
Formula R6
91
92
Formula R7
93
94
Formula R8
95
96
Formula R1
Konsentrasi sampel 1
Y= 0,062x + 0,025
0,285 = 0,062x + 0,025
X= 4,20 mg/L
Kadar sampel (%) = Kadar sampel (mg) 𝑊͞ 100% = 0,42 mg 𝑊͞ 100% = 0,955%
44 𝑊𝑊 44 𝑊𝑊
Kadar 550 mg tablet (%) = 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊ℎ 𝑊𝑊𝑊 𝑊͞ 100% = 5,25 mg 𝑊͞ 100% = 105,00%
𝑊𝑊𝑊 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 5 𝑊𝑊
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Kondisi :
M = 𝑊͞
Nilai penerimaan :
Np = ks = 2,4(3,64) = 8,74%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Formula R1
Diketahui
fp (faktor pengenceran) = 10 ml /5 ml = 2
Perhitungan :
X = 1,15 mg/L
99
2,08 𝑊𝑊
4. Kadar terdisolusi = 𝑊͞ 100 %
𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊
551 𝑊𝑊
= 𝑊͞ 5 ,23 𝑊𝑊 = 5,24 mg
550 𝑊𝑊
Keterangan :
faktor koreksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
ml metanol.
99,5 𝑊𝑊
Konsentrasi larutan induk = = 0,995𝑊𝑊/𝑊𝑊 = 995 𝑊𝑊/𝑊
100 𝑊𝑊
C1V1=C2V2
C1V1=C2V2
C1V1=C2V2
101
C1V1=C2V2
C1V1=C2V2
66,7 𝑊𝑊
Konsentrasi larutan induk = = 0,1334𝑊𝑊/𝑊𝑊 = 133,4 𝑊𝑊/𝑊
500 𝑊𝑊
C1V1=C2V2
102
C1V1=C2V2
C1V1=C2V2
C1V1=C2V2
C1V1=C2V2
Keterangan :
103
Lampiran 10. Analisis statistik sifat alir, sifat fisik dan disolusi tablet liquisolid
glibenklamid dengan software Design Expert 9.0 dan formula
optimum
1. Sifat alir
a. Respon kecepatan alir
Signifikasi model persamaan
104
105
106
107
108
109
110
111
112
Formula dengan proporsi PEG 400 : Laktosa (5:307) mg yang dipilih dengan nilai
desirability 0,459.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
a. Kecepatan alir
Uji normalitas
114
Uji Levene’s
Uji ANOVA
115
Nilai * p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda signifikan , p-value > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak signifkan.
b. Sudut diam
Uji normalitas
116
Keterangan *p-value > 0,05 menunjukkan data normal ,p-value < 0,05
menunjukkan data tidak normal.
Keterangan p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda bermakna, p > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak bermakna.
c. Hausner ratio
Uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Keterangan p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda bermakna, p > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak bermakna.
d. Indeks kompresibilitas
Uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Keterangan p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda bermakna, p > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
e. Homogenitas serbuk
Keterangan *p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda signifikan **p-value
< 0,05 menunjukkan data berbeda signifikan.
120
Keterangan *p-value > 0,05 menunjukkan data normal, **p-value < 0,05
menunjukkan data tidak normal.
Kruskal- Wallis
Keterangan p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda bermakna, p > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak bermakna.
g. Kekerasan tablet
Uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Keterangan p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda bermakna, p > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak bermakna.
h. Kerapuhan tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Uji Levene’s
Keterangan p-value > 0,05 menunjukkan antar formula homogen p-value <0,05
menunjukkan antar formula tidak homogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Uji ANOVA
i. Waktu hancur
Uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Uji Levene’s
Keterangan p-value > 0,05 menunjukkan antar formula homogen p-value <0,05
menunjukkan antar formula tidak homogen.
Uji ANOVA
Keterangan p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda signifikan, p-value <
0,05 menunjukkan data berbeda signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Nilai * p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda signifikan , p-value > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak signifkan.
j. Penetapan Kadar
Uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Uji Levene’s
Keterangan p-value > 0,05 menunjukkan antar formula homogen, p-value <0,05
menunjukkan antar formula tidak homogen.
ANOVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Keterangan p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda signifikan, p-value <
0,05 menunjukkan data berbeda signifikan.
Tukey HSD
Nilai *p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda signifikan, p-value > 0,05
menunjukkan data berbeda tidak signifkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
k. Uji disolusi
Uji normalitas
Formula p -value
(run)/ R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8
tablet
1 0,3668* 0,05701* 0,8490* 0,8516* 0,5078* 0,3902* 0,608* 0,6136*
2 0,5037* 0,06907* 0,1448* 0,6281* 0,8924* 0,4679* 0,813* 0,6097*
3 0,1053* 0,2328* 0,1103* 0,6307* 0,6978* 0,9143* 0,2733* 0,6194*
4 0,8592* 0,09777* 0,7635* 0,5607* 0,2356* 0,3514* 0,5824* 0,4101*
5 0,1043* 0,08321* 0,2716* 0,67* 0,9966* 0,7282* 0,2936* 0,7019*
6 0,1454* 0,07757* 0,03129* 0,789* 0,2911* 0,3998* 0,8167* 0,4563*
Keterangan *p-value > 0,05 menunjukkan data normal, **p-value < 0,05
menunjukkan data tidak normal.
Uji Levene’s
129
Uji ANOVA
l. Formula optimum R2
Uji t tidak berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
131
2. Formula optimum R1
Uji t tidak berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
133
A. Dokumentasi alat
1. Cube mixer
2. Alat uji kecepatan alir , sudut diam, hausner ratio dan indeks
kompresibilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Formula R1 Formula R2
Formula R3 Formula R4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Formula R5 Formula R6
Formula R7 Formula R8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Formula Optimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
BIOGRAFI PENULIS
tahun 2006-2009. SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada tahun 2009-2012. Kemudian
nasional peringatan Hari pendidikan Nasional (2013), seksi konsumsi pada acara
Tiga Hari Temu Akrab Farmasi “TITRASI” (2013 dan 2014) , memperoleh juara
II dalam Sanata Dharma Bussiness Plan Competition pada tahun 2014, lolos
program Dikti Mahasiswa Wirausaha Bina Desa “MAUBISA” pada tahun 2015,