Anda di halaman 1dari 69

Hiperaktivitas pada Anak

dalam Sudut Pandang


Psikologi
Daftar Isi
Daftar Isi ............................... i
Sambutan .............................. 2
Pendahuluan ......................... 7
Apa Itu ADHD? ..................14
Bagaimana Ciri-ciri
ADHD? ................................ 17
Apa yang menyebabkan
ADHD? ................................ 39

Bagaimana Upaya yang


Dapat Dilakukan?. ............. 41

Referensi… .......................... 63

i
Sambutan
Puji syukur kepada
rahmat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dalam
bentuk sebaik-baiknya
makhluk, dengan rahmat dan
kuasa-Nya manusia tercipta
dengan bentuk yang berbeda-
beda sehingga manusia
mempunyai rasa keingintahuan
yang tinggi agar saling
mengenal, bertukar pikiran,

2
memunculkan hal baru dalam
tatanan hidup di dunia.
Buku saku yang
berjudul “Hiperaktivitas pada
Anak dalam Pandangan
Psikologi” ini dibuat demi
melaksanakan tugas mata kuliah
Psikologi Kepribadian 2
Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang di-
ampu oleh Drs. Rachmat
Mulyono M.Si. Dalam

3
menyelesaikan buku ini kami
telah berusaha untuk mencapai
hasil yang maksimum, tetapi
dengan keterbatasan wawasan
pengetahuan dan pengalaman
yang kami miliki, kami
menyadari bahwa buku ini
masih jauh dari harapan yang
diinginkan.
Kami sangat berharap buku ini
dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai cara

4
menghadapi anak dengan
ADHD. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam
buku ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan buku yang telah
kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Harapan penulis semoga

5
makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca
dalam bidang akademis maupun
non-akademis.

6
Pendahuluan

Apa Anda pernah mem-


perhatikan tingkah laku anak-
anak yang secara umum me-
nyenangkan dan menyebarkan
energi positif pada kita? Energi
yang seakan mengingatkan kita
tentang betapa hangat dan me-
nyenangkannya masa kecil kita.
Sungguh menyenangkan bukan,
menyaksikan anak-anak tum-
buh dan berkembang sesuai
dengan waktunya. Namun,

7
pernah kah anda melihat sesuatu
yang berlebihan dari seorang
anak? Perilaku yang agak men-
jengkelkan dan mengganggu
kegiatan sekitar dan teman-te-
mannya, bahkan cenderung im-
pulsif dan membahayakan
dirinya sendiri dan orang lain.
Jika Anda pernah mengala-
minya, mungkin ini saarnya kita
memberi perhatian lebih khusus

8
terhadap anak tersebut. Men-
gapa? Simak contoh kasus
dibawah ini.

Terdapat seorang anak


yang menyita perhatian di
Sekolah Dasar Islam Terpadu
Surabaya. Sejak kecil anak ter-
sebut sudah memiliki kesulitan
untuk mengotrol perilakunya.
Perilaku hiperaktif membuat
nya tidak mampu duduk dalam
keadaan diam. Anak tersebut
cenderung bertindak dan

9
melakukan kegiatan semaunya
dan tidak menghiraukan
perintah dari orang tua, guru.
Anak tersebut sering berdiri
dari tempat duduk, dalam satu
menit ia mampu berdiri
sebanyak lima kali. Ia suka
menggigit pensil hingga patah
dan sering mengganggu teman-
temannya seperti memukul,
mencubit dan mengambil ba-
rang temannya, ia juga suka

10
mencoret-coret meja. Anak ter-
sebut juga sering berjalan
bahkan berlari-lari di dalam ke-
las saat proses belajar
mengajar tengah berlangsung.
Ia juga sering keluar dari kelas
untuk ke perpustakaan maupun
ruang guru. Di perpustakaan ia
akan mengambil buku dan di ru-
ang guru ia sering memakan
dan meminum apa yang ada di
meja guru.

11
Kira-kira apa yang ter-
benak dalam pikiran anda
setelah membayangkan contoh
kasus di atas? Seorang anak
yang menjengkelkan? Apa anda
melihatnya sebagai sesuatu
yang abnormal? Apakah
menurut anda anak tersebut
menderita suatu gangguan?
Apakah menurut anda anak ter-
sebut memerlukan penanganan
khusus? Untuk menjawab per-
tanyaan-pertanyaan tersebut

12
mungkin Anda perlu menge-
tahui lebih lanjut tentang Atten-
tion-Deficit/Hyperactivity Dis-
order atau lebih sering disebut
ADHD. Mari kita bahas lebih
lanjut tentang ADHD!

13
Apa Itu ADHD?

Copyrights: google image

Definisi ADHD

Dalam U.S. Department


of Health and Human Services
National Institutes of Health
NIH Publication No. QF-16-

14
3572, ADHD adalah kelainan
yang menyulitkan seseorang un-
tuk memberi perhatian dan
kontrol perilaku yang impulsif.
Dia juga mungkin gelisah dan
hampir selalu aktif. ADHD
bukan hanya gangguan masa
kecil. Walaupun gejala ADHD
dimulai pada masa kanak-ka-
nak, ADHD dapat berlanjut me-
lalui masa remaja dan dewasa.
Padahal hiperaktif cenderung
membaik ketika seorang anak

15
menjadi remaja, masalah
dengan kurangnya perhatian,
disorganisasi, dan kontrol im-
puls yang buruk sering terus
berlanjut hingga remaja hingga
dewasa.

16
Bagaimana Ciri-ciri ADHD?

Setelah mengetahui
pengertian dari ADHD, mung-
kin Anda telah dapat memba-
yangkan bagaimana ciri-ciri
yang ditunjukkan oleh
seseorang yang memiliki
gangguan tersebut. Berikut be-
berapa karakteristik berdasar-
kan DSM-IV.

17
Dalam DSM 5 dijelaskan karak-
teristik mengenai ADHD se-
bagai berikut:

a) Gejala dominan inatensi


atau kurang perhatian:
selama minimal 6 bulan
(tidak konsisten) anak
mengalami;
(1) Sering gagal mem-
berikan perhatian
pada sesuatu yang
dikerjakan dan
terkadang banyak

18
membuat kesalahan
dalam pengerjaan
tugas dan aktivitas
lainnya.
(2) Sering kesulitan un-
tuk menahan per-
hatian pada aktivitas
bermain (kesulitan
untuk tetap fokus
selama belajar,
percakapan, ataupun
saat membaca).

19
(3) Sering tidak
mendengarkan saat
sedang percakapan
dengan orang lain
(pikiran ada di tem-
pat lain).
(4) Sering tidak mengi-
kuti instruksi /
aturan dan gagal me-
nyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan
rumah (cepat ke-
hilangan fokus dan

20
mudah keluar jalur
saat sedang
mengerjakan tugas).
(5) Sering kesulitan da-
lam mengatur tugas
dan aktivitas yang
akan dikerjakan
(kesulitan menjaga
barang-barang, tidak
bisa memanajemen
waktu dengan baik).
(6) Sering menghindar,
tidak suka atau tidak

21
mau berhubungan
dengan tugas yang
membutuhkan usaha
mental
(mengerjakan tugas
sekolah, membuat
laporan, melengkapi
formulir).
(7) Sering kehilangan
sesuatu yang dibu-
tuhkan untuk tugas
ataupun aktivitas
(alat-alat sekolah,

22
buku, dompet,
kunci, kaca mata,
ponsel).
(8) Sering mudah diali-
hkan oleh rangsan-
gan yang tidak ada
hubungannya.
(9) Mudah lupa dalam
aktivitas sehari-hari.
b) Hiperaktivitas dan im-
pulsivitas: selama mini-
mal 6 bulan yang tidak
konsisten dengan level

23
perkembangan dan be-
rakibat negatif pada so-
sial dan akademik. Pada
remaja atau orang de-
wasa (17 tahun ke atas),
minimal 5 gejala dibu-
tuhkan;
(1) Sering gelisah
(mengetukkan tan-
gan atau kaki atau
menggeliat di tem-
pat duduk)

24
(2) Sering meninggal-
kan tempat duduk
disaat situasi yang
mengharuskan untuk
tetap di tempat
duduk.
(3) Sering belari-lari
atau memanjat pada
situasi yang tidak te-
pat. (pada remaja
atau orang dewasa,
dapat berupa

25
perasaan gelisah
saja.)
(4) Sering tidak dapat
bermain atau ikut
serta dalam aktivitas
waktu luang dengan
tenang.
(5) Sering merasa tidak
nyaman atau tidak
bisa berdiam diri un-
tuk waktu yang
lama.

26
(6) Terlalu sering ber-
bicara.
(7) Sering memotong
pembicaraan orang
lain.
(8) Sering kesulitan da-
lam menunggu gili-
ran.
(9) Sering menyela atau
memaksa orang lain
(seperti memotong
pembicaaan atau ak-
tivitas orang lain,

27
menggunakan ba-
rang orang lain tanpa
izin pemiliknya,
pada remaja atau
orng dewasa dapat
berupa memaksa
masuk atau men-
guasai apa yang se-
dang dilakukan oleh
orang lain).

Namun, tidak semua kriteria


yang disebutkan di atas terdapat
pada anak ADHD, Martin

28
(2008: 27-37) melengkapi
karakteristik anak ADHD antara
lain:

1) Kurang mampu
memberi perhatian
dan mudah ter-
ganggu konsentrasi
nya yang disebabkan
oleh ketidakampuan
anak ADHD dalam
memilih stimulus
yang penting dan

29
yang tidak penting
dari sesuatu hal.
2) Hiperaktivitas yang
ditandai dengan
gejala kegelisahan
sampai gerakan
yang terus menerus,
serta adanya variasi
emosi yang lebih
bessar dan intens
pada anak ADHD
sehingga ia lebih ce-
pat frustasi karena

30
hal kecil, namun ce-
pat melupakan
kesedihan itu pula.
3) Kesulitan mem-
perhitungkan
konsekuensi dari tin-
dakan atau rencana
tertentu, sehingga
anak ADHD cender-
ung ingin selalu
menguasai semua
interaksi sosial yang

31
berakibat penolakan
dari lingkungan.
4) Kesulitan dalam me-
matuhi peraturan,
hal ini disebabkan
karena anak ADHD
memiliki masalah
dalam pengendalian
diri sehingga ia tidak
bisa menaati pera-
turan meskipun ia
ingin menaatinya.

32
5) Hiperfokus yang di-
alami anak ADHD
menyebabkan anak
tersebut hanya dapat
fokus terhadap satu
hal yang menarik
baginya sampai ia
idak peduli dengan
keadaan sekitar.

Menurut Sugiarmin (2007), ciri


dari anak dengan ADHD meli-
puti 3 hal, antara lain:

33
a) Gangguan Pemusa-
tan Perhatian
Individu sangat mu-
dah teralihkan per-
hatian nya apabila ia
mendapat rangsan-
gan baru dari alat in-
dera nya. Dengan
demikian, anak
dengan ADHD tidak
dapat melakukan ak-
tivitas yang sama da-
lam waktu yang

34
lama, sehingga
mempengaruhi
proses penerimaan
informasi dari ling-
kungannya.
b) Gangguan Pengen-
dalian Diri
Individu cenderung
melakukan suatu tin-
dakan atau perilaku
tanpa disertai
pemikiran tentang
apa dampak yang

35
akan terjadi nant-
inya. mereka sulit
untuk menentukan
prioritas kegiatan,
sulit dalam memper-
timbangkan perilaku
yang akan ditampil-
kannya. Hal ini
berdampak tidak
hanya pada diri nya
sendiri, namun juga
pada lingkungan
sekitarnya.

36
c) Gangguan Aktivitas
yang Berlebihan
Hal ini dapat dilihat
sejak individu masih
bayi, dengan ban-
yaknya gerakan dan
sulit untuk dite-
nangkan. Perilaku
hiperaktif ini tidak
mempunyai tujuan.
Individu tidak
mampu mengontrol

37
dan mengkoordi-
nasikan aktivitas
motoriknya, se-
hingga tidak dapat
dibedakan gerakan
penting dan gerakan
yang tidak penting.
Mereka dapat
melakukan gerakan-
gerakan tersebut
tanpa lelah.

38
Apa yang menyebabkan
ADHD?

Mengutip salah satu


karya dari salah satu Institut
Kesehatan Mental di US, beri-
kut ini adalah beberapa faktor
penyebab yang memungkinkan
seorang anak mengalami
ADHD, faktor-faktor ini ber-
dasarkan berbagai penelitian
yang dilakukan oleh Institut ter-

39
sebut (NIMH) dan juga be-
berapa penelitian di seluruh
dunia.

 Gen
 Merokok, penggunaan
alkohol, atau
penggunaan narkoba
selama kehamilan
 Paparan racun ling-
kungan, seperti tingkat
tinggi memimpin, pada
usia muda
 Berat badan lahir rendah

40
 Cidera otak

Bagaimana Upaya yang


Dapat Dilakukan?

Obat

Bagi banyak orang, obat ADHD


mengurangi hiperaktif dan im-
pulsif serta meningkatkan ke-
mampuan mereka untuk fokus,
bekerja, dan belajar. Pen-
gobatan lini pertama untuk
ADHD adalah stimulan.

41
Stimulan: Meskipun
mungkin terlihat tidak biasa un-
tuk mengobati ADHD dengan
obat yang dianggap sebagai
stimulan, itu efektif. Banyak
peneliti berpikir bahwa stimulan
itu efektif karena obat mening-
katkan kimia dopamin otak,
yang memainkan peran penting
dalam pemikiran dan perhatian.

Non-Stimulan: Obat-
obatan ini membutuhkan waktu
lebih lama untuk mulai bekerja

42
selain stimulan, tetapi juga
dapat meningkatkan fokus, per-
hatian, dan impulsif pada
seseorang dengan ADHD. Dok-
ter dapat meresepkan non-stim-
ulan jika seseorang memiliki
efek samping yang mengganggu
stimulan, jika stimulan tidak
efektif, atau dalam kombinasi
dengan stimulan untuk mening-
katkan efektivitas. Dua contoh

43
obat-obatan non-stimulan ter-
masuk atomoxetine dan
guanfacine.

Antidepresan: Mes-
kipun antidepresan tidak disetu-
jui oleh Food and Drug Admin-
istration (FDA) A.S. khusus un-
tuk pengobatan ADHD, anti-
depresan kadang-kadang
digunakan untuk mengobati
orang dewasa dengan ADHD.
Antidepresan yang lebih tua,
disebut trisiklik, kadang-kadang

44
digunakan karena mereka, sep-
erti stimulan, mempengaruhi
bahan kimia otak norepinefrin
dan dopamine. Ada banyak
jenis dan merek yang berbeda
ini obat-obatan — semuanya
dengan potensi manfaat dan
efek samping. Kadang-kadang
beberapa obat atau dosis harus
berbeda diadili sebelum
menemukan yang bekerja untuk
yang tertentu orang. Siapa pun

45
yang minum obat harus dimoni-
tor erat dan hati-hati oleh dokter
yang meresepkan mereka.Hub-
ungi dokter Anda segera jika
Anda memiliki masalah dengan
obat Anda atau jika Anda kha-
watir hal itu mungkin dilakukan
lebih banyak ruginya daripada
kebaikan. Dokter Anda mung-
kin dapat menyesuaikan dosis
atau ubah resep Anda ke yang
berbeda itu mungkin bekerja
lebih baik untuk Anda.

46
Terapi

Ada berbagai jenis terapi yang


telah dicoba untuk ADHD,
tetapi penelitian menunjukkan
bahwa terapi mungkin tidak
efektif dalam mengobati gejala
ADHD. Namun, menambahkan
terapi untuk rencana perawatan
ADHD dapat membantu pasien
dan keluarga lebih baik menga-
tasi tantangan sehari-hari.

47
Terapi Untuk Anak-
anak dan Remaja: Orang tua
dan guru dapat membantu anak-
anak dan remaja dengan ADHD
tetap teratur dan mengikuti pe-
tunjuk arah dengan alat seperti
menjaga rutinitas dan jadwal,
mengatur barang sehari-hari,
menggunakan pekerjaan rumah
dan buku catatan penyeleng-
gara, dan memberikan pujian
atau penghargaan ketika aturan
diikuti.

48
Selain itu ada juga be-
berapa terapi lain berupa per-
mainan yang dapat diterapkan
pada anak-anak.

Terapi permainan so-


sialiasi memiliki tahapan-taha-
pan yang akan dilewati selama
terapi tersebut berlangsung
yaitu, tahap awal, tahap
pengenalan tugas, tahap penga-
lihan sasaran, tahap kerja sama,
tahap relaksasi hingga sampai
pada tahap evaluasi. Kelebihan

49
dari terapi ini dibandingkan
dengan terapi lainnya yaitu anak
akan cenderung merasa nyaman
saat berlangsungnya sesi terapi
dan dapat dilakukan dimana saja
baik di rumah, di sekolah atau-
pun di tempat terapi.

Treatment mengajarkan
bagaimana anak diminta untuk
menjelaskan apa yang baru saja
dilakukan dan mengapa anak
melakukannya tanpa berpikir,
mengurangi kadar situasi saat

50
emosi anak kuat, mengajari
menunda kepuasan, dan
mengajari proses pemecahan
masalah. Keempat hal tersebut
terdapat pada terapi permainan
sosialisasi dan menjadi konsep
dasar dari permainan-per-
mainan yang diterapkan dalam
terapi tersebut.

Permainan pertama ada-


lah meluncur. Salah satu
tujuannya adalah mengajarkan
anak melakukan proses menaiki

51
anak tangga dengan mematuhi
peraturan dalam permainan ini,
yaitu tertib bergiliran menaiki
anak tangga.

Permainan kedua adalah


bermain ayunan. Salah satu
tujuannya adalah melatih ke-
mampuan kontrol diri dan ber-
tanggung jawab akan kesela-
matan dirinya dan teman seper-
mainannya. Dengan bermain
ini, anak akan belajar
bagaimana mengatur emosinya.

52
Permainan ketiga adalah
bermain puzzle. Salah satu
tujuannya adalah mengajarkan
proses pemecahan masalah. Da-
lam permainan ini, anak akan
memasang dan melepas kep-
ingan potongan-potongan gam-
bar yang akan melatihnya untuk
berpikir kreatif serta mengem-
bangkan kemampuan nya untuk
membuat kesimpulan.

53
Permainan keempat ada-
lah melempar bola. Dalam per-
mainan ini anak akan mendapat
kesempatan menangkap dan
melempar bola. Salah satu
tujuannya adalah anak diajarkan
untuk bersabar menunggu gili-
rannya dalam menerima dan
melempar bola.

Permainan yang terakhir


adalah estafet bola. Dalam per-
mainan ini, anak akan belajar
bagaimana bekerja sama dengan

54
teman-temannya dalam mem-
bawa bola. Dan perubahan per-
ilaku yang diharapkan adalah
agar anak berfikir dahulu sebe-
lum bertindak seperti tidak me-
maksakan kehendak pada orang
lain, tidak menganggu orang
lain, atau tidak usil di dalam ke-
las atau saat bermain.

Menurut Jeffree (2009)


perilaku impulsif anak ADHD
dapat berkurang dengan adanya

55
treatment yang berhasil diberi-
kan kepada subjek tersebut. Hal
ini disampaikan pula oleh Pav-
lov yang mengatakan bahwa
dengan adanya stimulus maka
respon yang diharapkan akan
muncul melalui adanya sebuah
pembiasaan.

Maksud dari penerapan


terapi ini adalah untuk mem-
berikan intervensi kepada
subjek agar dapat meningkatkan
perilaku positif sesuai dengan

56
yang diharapkan. Karena terapi
ini sangat dekat dengan kesehar-
ian anak dengan ADHD, maka
akan semakin mudah untuk
mengubah perilaku anak men-
jadi lebih baik dari sebelumnya.

Terapi Untuk Dewasa:


Penyedia atau terapis kesehatan
mental berlisensi dapat mem-
bantu orang dewasa dengan
ADHD belajar mengaturnya

57
hidupnya dengan alat seperti
menjaga rutinitas dan melang-
gar turunkan tugas besar men-
jadi tugas yang lebih mudah
dikelola dan lebih kecil.

Pendidikan dan Pelatihan

Anak-anak dan orang dewasa


dengan ADHD perlu bimbingan
dan pemahaman dari orang tua,
keluarga, dan guru mereka men-
capai potensi penuh mereka dan

58
untuk berhasil. Kesehatan men-
tal profesional dapat mendidik
orang tua dari anak dengan
ADHD tentang kondisi dan
bagaimana hal itu
mempengaruhi keluarga.
Mereka bisa juga membantu
anak dan orang tuanya mengem-
bangkan keterampilan baru, si-
kap, dan cara berhubungan satu
sama lain. Contohnya termasuk:

- Pelatihan keterampilan
mengasuh anak

59
mengajarkan keterampi-
lan pada orang tua
mereka perlu men-
dorong dan menghargai
perilaku positif pada
anak-anak mereka.
- Teknik manajemen stres
dapat bermanfaat bagi
orang tua anak-anak
dengan ADHD dengan
meningkatkan kemam-
puan mereka untuk

60
berurusan dengan frus-
trasi sehingga mereka
dapat merespons dengan
tenang untuk perilaku
anak mereka.
- Kelompok pendukung
dapat membantu orang
tua dan keluarga terhub-
ung dengan orang lain
yang memiliki masalah
dan masalah serupa.

Menambah terapi perilaku, kon-


seling, dan praktis. Dukungan

61
dapat membantu orang dengan
ADHD dan keluarga mereka
lebih baik mengatasi masalah
sehari-hari.

62
Referensi

Attention-Deficit/ Hyperactivity
Disorder (ADHD): THE BA-
SICS (U.S. Department of
Health and Human Services Na-
tional Institutes of Health NIH
Publication No. QF-16-3572
Revised 2016)

Jurnal Psikologi : Teori & Tera-


pan Vol. 3, No.1, Agustus 2012
karya Deyla Erinta dan Meita
Santi Budiani

63
Erinta, Deyla dan Budiani,
Meita S. 2012. “Efektivitas Pen-
erapan Terapi Permainan So-
sialisasi untuk Menurunkan Per-
ilaku Impulsif pada Anak
dengan Attention Deficit Hyper-
activity Disorder (ADHD” da-
lam Jurnal Psikologi: Teori &
Terapan Volume 3 Nomor 1.
Surabaya: Program Studi
Psikologi Universitas Negeri
Surabaya.

64
Hikmawati, Iffa D dan Hidayati,
Erny. 2014. “Efektivitas Terapi
Menulis untuk Menurunkan
Hiperaktivitas dan Impulsivitas
pada Anaak dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)” DALAM Jurnal
Fakultas Psikologi Volume 2
Nomor 1. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi, Universitas Ahmad
Dahlan.

Ayu, Najlatun dkk. 2012. “Studi


Kasus tentang Konsentrasi

65
Belajar pada Anak ADHD di
SDIT At-Taqwa Surabaya dan
SDN V Babatan Surabaya” da-
lam Jurnal BK UNESA Volume
1 Edisi 2. Surabaya: Fakultas
Psikologi UNESA.

American Psychiatric Associa-


tion. 2013. Diagnostic & Statis-
tic Manual of Mental Disorder
V (DSM V). United States of
America: American Psychiatric.

66
Martin, Grant L. (2008). Terapi
untuk Anak ADHD. Jakarta:
PT. Bhuana Ilmu Populer.

Nevid, Jeffrey S., Rathus,


Spencer A., & Greene, Bev-
erly. 2005. Psikologi Abnormal
Jilid 2. Jakarta: Penerbit Er-
langga.
Santrock, John W. 1995. Life
Span Development (Perkem-
bangan Masa Hidup). Jakarta:
Penerbit Erlangga.

67
Dolphio, Bandi. (2009).
Layanan Perilaku Anak Hipe-
raktif. Sleman: PT Intan Sejati
Klaten.

68

Anda mungkin juga menyukai