Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERBILIRUBINEMIA

Dosen Pembimbing : Amelia Arnis, S.Kep., M.Nurs

Di Susun Oleh :
Hirza Qalby Tazkia (P17120017013)
Zul Fayed Kholis Daulay (P17120017040)

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................................ 3
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 2
1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................................. 1
2.1 Definisi Hiperbilirubinemia ............................................................................................. 2
2.2 Patofisiologi Hiperbilirubinemia ..................................................................................... 2
2.3 Komplikasi Hiperbilirubinemia ....................................................................................... 2
2.4 Pathway Hiperbilirubinemia ............................................................................................ 2
2.5 Manifestasi Klinik Hiperbilirubinemia ........................................................................... 2
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Hiperbilirubinemia .................................................................. 2
2.7 Penatalaksaan Terapeutik ................................................................................................ 2
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 1
3.1 Pengkajian ........................................................................................................................ 2
3.2 Diagnosa ........................................................................................................................... 2
3.3 Intervensi .......................................................................................................................... 2
3.4 Implementasi

3.5 Perencanaan Pemulangan

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................................... 1


4.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 2
4.2 Saran ................................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita
semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dan Asuhan Keperawatan
“Hiperbilirubinemia”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas Keperawatan Anak.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Amelia Arnis, S.Kep., M. Nurs selaku dosen pembimbing

2. Ibu Suryati B, S.Kep., MKM selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Anak

3. Ibu Mumpuni, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan

4. Seluruh dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Jakarta 1

5. Seluruh Civitas Akademik Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes


Jakarta 1

6. Teman-teman Angkatan 2017/2018 Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Jakarta 1

Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta
bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Jakarta, Januari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bilirubin merupakan suatu pigmen kuning dengan sebuah struktur tetrapirol yang tidak
larut dalam air berasal dari sel-sel darah yang telah hancur ( 75% ), katabolisme protein-
protein hem lain (22%) dan inaktivasi eritropoiesis sumsum tulang (3%). Bilirubin yang
tidak terkonjugasi akan ditransfer ke dalam sirkulasi sebagai sebuah kompleks dengan
albumin, walaupun sejumlah kecil dialirkan ke dalam sirkulasi secara terpisah. Bilirubin
larut lemak akan diubah menjadi larut air oleh hati melalui beberapa langkah yang terdiri
atas fase pengambilan spesifik, konjugasi, dan ekskresi (Setiati dkk, 2017).

Hyperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal (Suriadi dan Rita, ). Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5mg/dL, yang secara klinis ditandai oleh
adanya ikterus, dengan faktor penyebab fisiologik dan non-fisiologik (Marthindas dkk,
2013).

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan
pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali dirawat dalam
minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini. Bayi dengan hiperbilirubinemia
tampak kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna kuning pada sklera dan
kulit (Marthindas dkk, 2013). Hasil penelitian di dunia pada tahun 2003, kematian bayi
terjadi pada usia neonatus dengan penyebab infeksi 33%, asfiksia/ trauma 28%, BBLR
24%, kelainan bawaan 10%, dan lain-lain 5%. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi
baru lahir adalah ensefalopati biliaris (lebih dikenal dengan kernikterus). Ensefalopati
biliaris merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki
angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy,
tuli nada tinggi, paralysis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup
(Hidayati dan Martsa, 2016).
Hasil penelitian pada tahun 2007 angka kejadian hiperbilirubin mencapai angka 2,6%,
dan dari penelitian yang di lakukan di RSUD Kota Bandung diperoleh hasil kejadian
hiperbilirubin mencapai 12,3%. Wilayah kota administrasi Jakarta Utara merupakan salah
satu daerah administratif di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk
yang tinggi. Pusat kesehatan masyarakat jakarta utara salah satunya adalah Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Utara. Menurut data di RSUD Koja Jakarta Utara
tahun 2013 kejadian hiperbilirubin sebanyak 123 bayi, dan terjadi peningkatan ditahun
2014 menjadi 148 bayi (Hidayati dan Martsa, 2016).

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas yang disertai oleh bebrapa data tentang
kasus terjadinya hiperbilirubinemia, maka kelompok kami tertarik untuk membuat
makalah tentang Hiperbilirubinemia dan Asuhan Keperawatan Hiperbilirubinemia pada
Anak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menambah mengetahui mengenasi masalah pada bayi yang lahir
mengalami hiperbilirubinemia.
2. Tujuan Khsusus
Agar dapat mengetahui mengenai :
a. Definisi Hiperbilirubinemia
b. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
c. Komplikasi Hiperbilirubinemia
d. Pathway Hiperbilirubinemia
e. Manifestasi Klinik Hiperbilirubinemia
f. Pemeriksaan Diagnostik Hiperbilirubinemia
g. Penatalaksaan Terapeutik

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai konsep dan asuhan
keperawatan bayi hiperbilirubinemia.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Memberikan gambaran kepada civitas akademi keperawatan sejauh mana
pemahaman konsep dan asuhan keperawatan bayi hiperbilirubinemia dapat
dipahami oleh mahasiswa keperawatan.

D. Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Tujuan Umum, Tujuan
Khusus, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI berisi Definisi Hiperbilirubinemia, Patofisiologi


Hiperbilirubinemia, Komplikasi Hiperbilirubinemia, Pathway Hiperbilirubinemia,
Manifestasi Klinik Hiperbilirubinemia, Pemeriksaan Diagnostik Hiperbilirubinemia dan
Penatalaksaan Terapeutik

BAB III PEMBAHASAN berisi Pengkajian, Diagnosa, Intervensi

BAB IV PEMBAHASAN berisi Kesimpulandan Saran


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Hiperbilirubinemia
Hyperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi dan Rita, ). Hiperbilirubinemia adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5mg/dL, yang secara klinis
ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab fisiologik dan non-fisiologik
(Marthindas dkk, 2013).
Bilirubin merupakan suatu pigmen kuning dengan sebuah struktur tetrapirol
yang tidak larut dalam air berasal dari sel-sel darah yang telah hancur ( 75% ),
katabolisme protein-protein hem lain (22%) dan inaktivasi eritropoiesis sumsum tulang
(3%). Bilirubin yang tidak terkonjugasi akan ditransfer ke dalam sirkulasi sebagai
sebuah kompleks dengan albumin, walaupun sejumlah kecil dialirkan ke dalam
sirkulasi secara terpisah. Bilirubin larut lemak akan diubah menjadi larut air oleh hati
melalui beberapa langkah yang terdiri atas fase pengambilan spesifik, konjugasi, dan
ekskresi (Setiati dkk, 2017).

B. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Bayi baru lahir memproduksi bilirubin sebanyak 6 - 8 mg/kgBB perhari, dua
kali individu dewasa (per kilogram berat badan)4 . Peningkatan serum bilirubin dapat
bersifat fisiologis atau patologis. Disebut hiperbilirubinemia, dimana pada neonatus
yang dominan adalah bilirubin indirek, bila kadarnya > 10 mg/dl, yang dapat
menyebabkan terjadinya kern icterus dan berakibat kerusakan neurologis menetap atau
bahkan kematian (Wibowo, 2007).
Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan
hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi
nonezimatik dalam sistem retikuloendotelial. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin
tak terkonjugasi diambil oleh protein intraselular “Y protein” dalam hati. Pengambilan
tergantung pada aliran darah hepatic dan adanya ikatan protein. Bilirubin yang tak
terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin
disfosfoglukuronat (UDPGA) glukuronil transferase menjaadi bilirubin mono dan
diglucuronida yang polar, larut dalam air (bereaksi direk) (Suriadi dan Rita, 20 ).
Bilirubin yang terkonjugasi yang larut air dapat dieliminasi melalui ginjal.
Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane kanalikular.
Kemudian ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorpsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik. Warna kuning dalam kulit akibat akumulasi pigmen bilirubin
yang larut-lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi indirek) (Suriadi dan Rita, 20 ).
Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari
defisiensi atau akibat tidak aktifnya glukuronil transferase. Rendahnya pengambilan
dalam hepatic kemungkinan karena penurunan protein hepatic sejalan dengan
penurunan aliran darah hepatic. Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin
dalam 24 jam pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan icterus fisiologis
muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir (Suriadi dan Rita, 20 ).

C. Komplikasi Hiperbilirubinemia
Komplikasi Hiperbilirubinemia dalam buku Asuhan Keperawatan Anak (Suriadi dan
Rita, 20 ), diantaranya yaitu;
1. Bilirubin encephalophaty (komplikasi serius)
2. Kernicterus;
3. Kerusakan neurologis;
4. Cerebral palsy;
5. Retardasi mental;
6. Hyperaktif;
7. Bicara lambat;
8. Tidak ada kordinasi otot;
9. Tangisan yang melengking
D. Pathway Hiperbilirubinemia

Image by google

E. Manifestasi Klinik Hiperbilirubinemia


Manifestasi Klinik Hiperbilirubinemia dalam buku Asuhan Keparawatan Anak
(Suriadi dan Rita, 20 ), diantaranya yaitu;
1. Tampak ikterus akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang
cenderung tampak kuning terang atau orange; sclera, kuku atau kulit dan
membrane mukosa
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetic atau infeksi
3. Jaundice hari ke dua sampai hari ke tujuh merupakan jaundice fisiologis
4. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat
F. Pemeriksaan Diagnostik Hiperbilirubinemia
Pemeriksaan Diagnostik Hiperbilirubinemia dalam buku Asuhan Keparawatan Anak
(Suriadi dan Rita, 20 ), diantaranya yaitu;
1. Pemeriksaan bilirubin serum, pada bayi cukup bulan bilirubin mencapai puncak
kira-kira 6 mg/dl, antar 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 10 mg/dl,
tidak fisiologis. Pada bayi dengn premature kadar bilirubin mencapai
puncaknya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin lebih
dari 14 mg/dl adalah tidak fisiologis.
2. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu
3. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis
dari atresia biliary

G. Penatalaksaan Terapeutik
Penatalaksaan Terapeutik dalam buku Asuhan Keparawatan Anak (Suriadi dan Rita,
20 ), diantaranya yaitu;
1. Fototerapi; dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubinemia patologis
dan berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinaj dan urine
dengan oksidasi foto pada bilirubin dan biliverdin.
2. Fenobarbital; dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi.
3. Antibiotic; apabila terkait dengan infeksi
4. Transfuse tukar; apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HYPERBILIRUBIN PADA NEONATUS

A. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik
2. Inspeksi : warna pada sclera, konjungtiva, membrane mukosa, mulut, kulit,
urine, dan tinja.
3. Pemeriksaan billirubin menunjukan adanya peningkatan
4. Tanyakan berapa lama lama jaundice muncul dan sejak kapan
5. Apakah bayi ada demam
6. Bagaimana kebutuhan pola minum
7. Riwayat keluarga
8. Apakah anak sudah mendapat imunisasi hepatitis B

B. Diagosa Keperawatan
1. Resiko injury ( internal ) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin
sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan ekskresi bilirubin.
2. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
( insensible water loss ) tanpa disadari sekunder dari fototerapi
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan
bonding
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang
tua
6. Risiko injury pada mata berhubungan dengan fototerapi

C. Perencanaan
1. Bayi terbebas dari injury yang ditandai dengan serum bilirubin menurun, tidak
ada jaundice, reflex moro normal, tidak terdapat sepsis, refleksi hisap dan
menelan baik.
2. Bayi tidak menunjukan tanda – tanda dehidrasi yang ditandai dengan urine
output ( pengeluaran urine ) kurang dari 1-3 ml/kg/jam, membran mukosa
normal, ubun – ubun tidak cekung, temperature dalam batas normal.
3. Bayi tidak menunjukan adanya iritasi pada kulit yang ditandai dengan tidak
terdapat rash, dan tidak ada ruam macular eritematosa
4. Orang tua tidak tampak cemas yang ditandai dengan orang tua
mengekspresikan perasaan dan perhatian pada bayi dan aktif dalam partisipasi
perawatan bayi
5. Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan dan berpartisipasi
dalam perawatan bayi; dalam pemberian minum, dan mengganti popok
6. Bayi tidak mengalami injury pada mata yang ditandai dengan tidak ada
konjungtivis.
D. Implementasi
1. Mencegah adanya injury ( internal )
a. Kaji hyperbilirubin tiap 1 – 4 jam dan catat
b. Berikan fototerapi sesuai program
c. Monitor kadar bilirubin 4 – 8 jam sesuai program
d. Antisipasi kebutuhan transfuse tukar
e. Monitor Hb dan Hct
2. Mencegah terjadinya kurangnya volume cairan
a. Pertahankan intake ( pemasukan ) cairan
b. Berikan minum sesuai jadwal
c. Monitor intake dan output
d. Berikan terapi infuse sesuai program bila indikasi; meningkatnya
temperature, meningkatnya konsentrasi urine, dan cairan hilang
berlebih
e. Kaji dehidrasi, membrane mukosa, ubun – ubun, turgor kulit, dan mata
f. Monitor temperature setiap 2 jam
3. Mencegah gangguan integritas kulit
a. Inspeksi kulit setiap 4 jam
b. Gunakan sabun bayi
c. Merubah posisi bayi dengan sering
d. Gunakan pelindung daerah genital
e. Gunakan pengalas yang lembut
4. Mengurangi rasa cemas pada orang tua
a. Pertahankan kontak orang tua – bayi
b. Jelaskan kondisi bayi, perawatan, dan pengobatannya
c. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan, dengarkan rasa
takutnya, dan perhatian orang tua
5. Orang tua memahami kondisi bayi dan mau berpartisipasi dalam perawatan
a. Ajak orang tua untuk diskusi dengan menjelaskan tentang fisiologis,
alasan perawatan, dan pengobatan
b. Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi
c. Jelaskan komplikasi dengan mengenal tanda dan gejala; lethargi
kekakuan otot, menangis terus, kejang, dan tidak mau makan / minum
meningkatnya temperature, dan tangisan yang melengking
6. Mencegah injury pada mata
a. Gunakan pelindung pada mata saat fototerapi
b. Pastikan mata tertutup, hindari penekanan pada mata yang berlebihan
karena karena dapat menimbulkan jejas pada mata yang tertutup atau
kornea dapat tergores jika bayi dapat membuka matanya saat dibalut.

E. Perencanaan Pemulangan
1. Ajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan jelaskan
tentang daya tahan tubuh bayi.
2. Jelaskan pada orang tua pentingnya pemberian ASI apabila sudah tidak
ikterik. Namun bila penyebabnya bukan dari jaundice ASI tetap diteruskan
pemberiannya.
3. Jelaskan pada orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi dan segera
lapor dokter atau perawat
4. Jelaskan untuk pemberian immunisasi
5. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Mathindas dkk. 2013. Hiperbilirubinemia pada Neonatus. Ejournal unsrat. Vol. 5 no.
1. Diakses pada tanggal 19 Januari 2019, melalui link
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/2599/2142

Hidayati dan Martsa, 2016. Hubungan Faktor Ibu Dan Faktor Bayi Dengan Kejadian
Hiperbilirubinemia Pada Bayi Baru Lahir (Bbl) Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Koja,
Jakarta Utara Tahun 2015. Rakernas Aipkema 2016. Diakses pada tanggal 02 Februari 2019,
melalui link https://media.neliti.com/media/publications/169438-ID-hubungan-faktor-ibu-
dan-faktor-bayi-deng.pdf

Setiati, siti dkk. 2017. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing

Suriadi dan Rita, 20 . Asuhan Keperawatan Anak.

Wibowo, Satrio. 2007. Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus Dengan Dan Tanpa
Defisiensi Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase, Infeksi Dan Tidak Infeksi. UNDIP 2007.
Diakses pada tanggal 03 Februari 2019, melalui link
http://eprints.undip.ac.id/18714/1/Satrio_Wibowo2

Image link http://2.bp.blogspot.com/_8mqlNYnbrnk/TMnz1bQ9Z8I/

Anda mungkin juga menyukai