Anda di halaman 1dari 18

PAPER ANTROPOLOGI

LAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

KELOMPOK 6

MADE YUDHI ARNAYA (P07120018106)


NI PUTU YUNIK DEWANTI (P07120018107)
NI KADEK DYAH AYU NILA CHANDRA (P07120018108)
NI MADE PRADNYA PUTRI (P07120018109)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA,
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi paper agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, Februari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 4
1.1 Latar belakang .................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ............................................................... 5
1.3 Tujuan penelitian ................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 6
2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial.............................................. 6
2.2 Fungsi Stratifikasi Sosial .................................................... 7
2.3 Pendekatan Stratifikasi Sosial ............................................ 8
2.4 Teori Stratifikasi Sosial ...................................................... 9
2.5 Bentuk Stratifikasi Sosial ................................................... 10
2.6 Sifat Stratifikasi Sosial ....................................................... 14
2.7 Dampak Stratifikasi Sosial ................................................. 15
BAB III PENUTUP ................................................................................ 17
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 17
5.2 Saran ................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah ada sejak manusia mengenal


kehidupan bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada
pembedaan jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin,
pembagian kerja dan sebagainya. Semakin kompleks dan majunya pengetahuan dan
teknologi dalam masyarakat, maka sistem lapisan dalam masyarakat akan semakin
kompleks pula. Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut, dalam sosiologi dikenal
dengan stratifikasi sosial (social stratification).

Pitirim A. Sorokin (dalam Soerjono Soekanto, 1990:228), menyatakan


stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang
lebih rendah. Selanjutnya menurut Sorokin, dasar dan intinya adalah kewajiban dan
tanggung jawab nilai-nilai sosial serta pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat.

Stratifikasi sosial lebih berkenaan dengan adanya dua atau lebih kelompok-
kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, umumnya setiap anggota
mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak sama pula. Dimana
pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan dua bagian dari
sistem sosial setiap masyarakat.

Status sosial atau kedudukan sosial merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari jati diri seseorang. Status sosial memberikan identitas terhadap

4
seseorang sebagai bekal dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan masyarakat
biasanya selalu terdapat pembedaan status antara orang satu dengan orang yang
lainnya, antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Dapat dikatakan bahwa
status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan
dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise nya, dan hak-hak
serta kewajiban-kewajibannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka muncul pertanyaan
mengenai rumusan masalah sebagi berikut :
1.2.1 Apa pengertian stratifikasi sosial?
1.2.2 Apa fungsi stratifikasi sosial?
1.2.3 Bagaimana pendekatan stratifikasi sosial?
1.2.4 Bagaimana teori stratifikasi sosial?
1.2.5 Bagaimana bentuk stratifikasi sosial?
1.2.6 Bagaimana sifat stratifikasi sosial?
1.2.7 Bagaimana dampak stratifikasi sosial?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagi berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian stratifikasi sosial
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi stratifikasi sosial
1.3.3 Untuk mengetahui pendekatan stratifikasi sosial
1.3.4 Untuk mengetahui teori stratifikasi sosial
1.3.5 Untuk mengetahui bentuk stratifikasi sosial
1.3.6 Untuk mengetahui sifat stratifikasi sosial
1.3.7 Untuk mengetahui dampak stratifikasi sosial

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin


“stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi,
stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas secara bertingkat.

Beberapa definisi stratifikasi sosial adalah Sebagai berikut:

a. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial Sebago perbedaan


penduduk atau masyarak kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat
(hierarki).

b. Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial Sebagai penggolongan orang-


orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan
hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege, Dan prestise.

c. Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial Sebagai suatu pola yang di tempatkan


diatas kategori dari hak-hak yang berbeda.

Sejak lahir seseorang memperoleh sejumlah status tanpa memandang


perbedaan antar individu atau kemampuan. Berdasarkan status yang diperoleh dengan
sendirinya itu, anggota masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan usia, jenis kelamin,
hubungan kekerabatan, dan keanggotaan dalam kelompok tertentu, seperti kasta, dan
kelas.

Bentuk-bentuk stratifikasi sosial (lapisan) masyarakat berbeda-beda dan


banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat

6
kapitalis, demokratis, komunis dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi, mulai
ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi
sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks, perbendaan
antara pemimpin dengan yang dipimpin. Golongan buangan/budak dengan golongan
dan bukan buangan/budak, pembagian kerja dan bahkan juga suatu pembedaan
berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju teknologi suatu masyarakat,
semakin kompleks pula sistem lapisan masyarakat.

Pada masyarakat-masyarakat kecil dan bersahaja, biasanya pembedaan


kedudukan dan peranan bersifat minim, karena warganya sedikit dan orang-orang
yang dianggap tinggi kedudukanya juga tak banyak baik macam maupun jumlahnya.
Di dalam masyarakat yang sudah kompleks, pembedaan kedudukan dan peranan juga
bersifat kompleks karena banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat
diterapkan padanya.

Bentuk –bentuk konkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Akan tetapi


secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga macam
yaitu yang ekonomis, politis, dan yang didasarkan kepada jabatan-jabatan tertentu
dalam masyarakat.

2.2 Fungsi Stratifikasi Sosial

Adapun beberapa fungsi startifikasi sosial antara lain:

1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,


tingkat kekayaan, wewenang pada jabatan

2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat


menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima
anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan

7
3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan

4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku,


cara berpakaian dan bentuk rumah

5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan

6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem


sosial yang sama dalam masyarakat

2.3 Pendekatan Dalam Stratifikasi Sosial


Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:
1. Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi
pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota
masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota
masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu:
metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang
mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah
kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.

8
2.4 Teori-Teori Stratifikasi Sosial
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi
sosial:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap
bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat
untuk berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”.
2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang
mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin
intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur stratifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam
hubungan pemilikan modal.
Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan
perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme,
teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian
mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori
Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.

9
2.5 Bentuk Stratifikasi Sosial

Bentuk-bentuk startifikasi sosial: suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan


suatu kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka
dapatlah bentuk-bentuk strata sosial

2.5.1 Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial

Beberapa acuan yang dijadikan sebagai dasar pembentukan stratifikasi sosial


antara lain:

1. Ukuran kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan


anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan
digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara
lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam
berbagi kepada sesame.

2. Ukuran kekuasaan dan wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan


menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab
orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orangorang lain yang
tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan
kekayaan.

3. Ukuran kehormatan

10
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas
dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.

4. Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat


yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat
yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-
gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, doktorandus, doctor ataupun gelar profesional seperti profesor.

Dari dasar pembentukan stratifikasi sosial tersebut maka dapat


diklasifikasikan ke dalam empat bentuk:

a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi

Dalam stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam
ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum
klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut.

1) Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat
memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan kelas ini
dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang
dijalankan, dan lain-lain.

2) Kelas sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan.
Keadaan golongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas atas.

11
3) Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat
memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas
pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani.

b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial

Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota


masyarakat ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh
karena itu, anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat
menempati kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak
memiliki kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh:
seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam
pelapisan sosial.

c. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik

Apabila kita berbicara mengenai politik, maka pembicaraan kita berhubungan


erat dengan sistem pemerintahan. Dalam stratifikasi sosial, media politik dapat
dijadikan salah satu kriteria penggolongan. Orang-orang yang menduduki jabatan di
dunia politik atau pemerintahan akan menempati strata tinggi. Mereka dihormati,
disegani, bahkan disanjung-sanjung oleh warga masyarakat. Orang-orang yang
menduduki jabatan di pemerintahan dianggap memiliki kelas yang lebih tinggi
dibandingkan warga biasa. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan
masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas yaitu elite
kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan kelompok lapisan
bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai disebut massa atau
kelompok terdominasi (terkuasai).

12
d. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar
pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih
tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang
sama. Adapun penggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian atau
pekerjaan sebagai berikut.

1) Elite yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang
dinilai tinggi oleh masyarakat.

2) Profesional yaitu orang yang berijazah dan bergelar kesarjanaan serta orang dari
dunia perdagangan yang berhasil.

3) Semiprofesional mereka adalah para pegawai kantor, pedagang, teknisi


berpendidikan menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para pedagang
buku, dan sebagainya.

4) Tenaga terampil mereka adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik


mekanik seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris, dan stenografer.

5) Tenaga tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga dan tukang kebun.

e. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pendidikan

Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan
untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu,
diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan
rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.

13
f. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa

Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-
beda. Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan
kepemilikan tanah sebagai berikut.

1) Golongan wong baku (cikal bakal), yaitu orangorang keturunan para pendiri desa.
Mereka mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan berkewajiban memikul beban
anak keturunan para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol
atau sikep.

2) Golongan kuli gandok (lindung), yaitu orang-orang yang mempunyai rumah


sendiri, tetapi tidak mempunyai hak pakai atas tanah desa.

3) Golongan mondok emplok, yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri


pada tanah pekarangan orang lain.

4) Golongan rangkepan, yaitu orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum
mempunyai rumah dan pekarangan sendiri.

5) Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda yang belum menikah dan masih
tinggal bersama-sama dengan orang tuanya.

2.6 Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat sistem di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification) dan terbuka (open social stratification). Sistem lapisan yang bersifat
tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan
yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang
demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat
adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat
mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan,

14
atau bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di
bawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar
kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan
masyarakat daripada sistem yang tertutup.

2.7 Dampak Stratifikasi Sosial


Ternyata stratifikasi sosial juga diperlukan dalam suatu lingkungan
masyarakat. Melalui stratifikasi sosial juga diperlukan dalam suatu lingkungan
masyarakat. Melalui stratifikasi sosial setiap masyarakat harus menempatkan
individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong
mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya Sebagai akibat penempatan
tersebut. Dengan demikian masyarakat menghadapi dua persoalan, pertama
menempatkan individu-individu tersebut dan kedua mendorong agar mereka
melaksanakan kewajibannya. dengan kemampuan-kemampuanya dan seterusnya,
maka persoalanya tak akan terlalu sulit untuk dilaksananakan. Tetapi kenyataanya
tidaklah demikian. Kedudukan dan peranan tertentu sering memerlukan kemampuan-
kemampuan dan latihan-latihan tertentu. Pentingnya kedudukan dan peranan tersebut
juga tidak selalu sama. Maka tak akan dapat dihindarkan bahwa masyarakat harus
menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa Sebagai pendorong agar
individu mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang ssesuai dengan posisinya
dalam masyarakat. Balas jasa dapat berupa intensif bidang ekonomis, estetis, atau
mungkin secara perlambang. Yang paling penting adalah bahwa individu-individu
tersebut mendapat hak-hak, yang merupakan himpunan kewenangan-kewenangan
untuk melakukan tindakan-tindakan atau untuk tidak berbuat sesuatu. Sering pula
dijumpai hak-hak yang secara tidak langsung berhubungan dengan kedudukan dan
peranan seseorang. Akan tetapi hak-hak tersebut sedikit banyaknya merupakan
pendorong bagi si individu. Hak-hak tersebut di lain pihak juga mendorong individu-
individu untuk memperoleh kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat.

15
Dengan demikian maka mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat. Karena gejala
tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat; yaitu
penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan
mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta
perannya. Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya pendorong agar
masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin


“stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi,
stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Fungsi stratifikasi sosial yaitu Sistem
pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat menyangkut prestise
dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah
penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan lain lain. Pendekatan stratifikasi meliputi
obyektif, subjektif dan reputasi. Teori stratifikasi sosial meliputi Evolusioner-
Fungsionalis, Teori Surplus Lenski, dan lain lain. Stratifikasi sosial memiliki bentuk
bentuk dalam politik, ekonomi dan lain lain. Stratifikasi sosial memiliki dampak bagi
masyarakat

3.2 Saran

Adapun beberapa saran yang didapatkan dalam melakukan penyusunan paper ini
khususnya pada mata kuliah antropologi yaitu, mahasiswa harus memahami
pentingnya startifikasi sosial . Melalui pengetahuan yang di dapat dengan membaca
makalah ini maka mahasiswa dapat memiliki kemampuan dalam memaknai
pembagian lapisan sosial pada masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.

Darmansyah. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Batavia Pers.

Darmansyah, dkk. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.

Dwi Lestari, Fitri. 2017. Jurnal Stratifikasi Sosial Universitas Gunadarma.

Terdapat pada url


http://fitridwilestari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/52089/6.+Stra
tifikasi+Sosial.pdf diakses pada tanggal 3 Februari 2018

Lawang, Robert M. Z. 1994. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mannheim, Karl. 1986. Sosiologi Sistematis. Jakarta: Bina Aksara.

Mawardi dan Nur Hidayati. 2000. IAD, ISD, dan IBD. Bandung: Pustaka Setia.

Soelaeman, M. Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta
Aneka Gama.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2011. Ilmu Alamiah Dasar-Ilmu
Sosial Dasar-Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: IAIN SA Press.

18

Anda mungkin juga menyukai