KELOMPOK 6
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA,
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi paper agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Stratifikasi sosial lebih berkenaan dengan adanya dua atau lebih kelompok-
kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, umumnya setiap anggota
mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak sama pula. Dimana
pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan dua bagian dari
sistem sosial setiap masyarakat.
Status sosial atau kedudukan sosial merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari jati diri seseorang. Status sosial memberikan identitas terhadap
4
seseorang sebagai bekal dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan masyarakat
biasanya selalu terdapat pembedaan status antara orang satu dengan orang yang
lainnya, antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Dapat dikatakan bahwa
status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan
dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise nya, dan hak-hak
serta kewajiban-kewajibannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
kapitalis, demokratis, komunis dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi, mulai
ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi
sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks, perbendaan
antara pemimpin dengan yang dipimpin. Golongan buangan/budak dengan golongan
dan bukan buangan/budak, pembagian kerja dan bahkan juga suatu pembedaan
berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju teknologi suatu masyarakat,
semakin kompleks pula sistem lapisan masyarakat.
7
3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan
8
2.4 Teori-Teori Stratifikasi Sosial
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi
sosial:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap
bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat
untuk berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”.
2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang
mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin
intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur stratifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam
hubungan pemilikan modal.
Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan
perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme,
teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian
mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori
Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
9
2.5 Bentuk Stratifikasi Sosial
1. Ukuran kekayaan
3. Ukuran kehormatan
10
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas
dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
Dalam stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam
ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum
klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut.
1) Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat
memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan kelas ini
dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang
dijalankan, dan lain-lain.
2) Kelas sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan.
Keadaan golongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas atas.
11
3) Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat
memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas
pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani.
12
d. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar
pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih
tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang
sama. Adapun penggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian atau
pekerjaan sebagai berikut.
1) Elite yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang
dinilai tinggi oleh masyarakat.
2) Profesional yaitu orang yang berijazah dan bergelar kesarjanaan serta orang dari
dunia perdagangan yang berhasil.
5) Tenaga tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga dan tukang kebun.
Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan
untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu,
diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan
rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
13
f. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa
Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-
beda. Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan
kepemilikan tanah sebagai berikut.
1) Golongan wong baku (cikal bakal), yaitu orangorang keturunan para pendiri desa.
Mereka mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan berkewajiban memikul beban
anak keturunan para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol
atau sikep.
4) Golongan rangkepan, yaitu orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum
mempunyai rumah dan pekarangan sendiri.
5) Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda yang belum menikah dan masih
tinggal bersama-sama dengan orang tuanya.
Sifat sistem di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification) dan terbuka (open social stratification). Sistem lapisan yang bersifat
tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan
yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang
demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat
adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat
mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan,
14
atau bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di
bawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar
kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan
masyarakat daripada sistem yang tertutup.
15
Dengan demikian maka mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat. Karena gejala
tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat; yaitu
penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan
mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta
perannya. Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya pendorong agar
masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapun beberapa saran yang didapatkan dalam melakukan penyusunan paper ini
khususnya pada mata kuliah antropologi yaitu, mahasiswa harus memahami
pentingnya startifikasi sosial . Melalui pengetahuan yang di dapat dengan membaca
makalah ini maka mahasiswa dapat memiliki kemampuan dalam memaknai
pembagian lapisan sosial pada masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mawardi dan Nur Hidayati. 2000. IAD, ISD, dan IBD. Bandung: Pustaka Setia.
Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta
Aneka Gama.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2011. Ilmu Alamiah Dasar-Ilmu
Sosial Dasar-Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: IAIN SA Press.
18