Anda di halaman 1dari 6

JUDUL LAPORAN

PENGOBATAN DASAR HERNIA INGUINALIS

LATAR BELAKANG

Hernia adalah istilah umum yang menggambarkan tonjolan atau penonjolan suatu organ atau

jaringan melalui pembukaan abnormal dalam struktur anatomi. Meskipun ada berbagai jenis

hernia, mereka biasanya terkait dengan perut, dengan sekitar 75% dari semua hern ia

(LeBlanc, 2013).

Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi

atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya,

hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal,

umbilikalis, femoralis, dll. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia

inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis. (Rather, 2016 ).

Dari kasus semua jenis hernia abdomen, 75% merupakan hernia inguinalis. Hernia

ingunalis lateralis ditemukan sekitar 50% sedangkan hernia ingunalis medialis 25% dan

hernia femoralis sekitar 15% dan 10% hernia abdomen yang lainnya. Bank Data

Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan distribusi penyakit

sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit di Indonesia tahun 2004, hernia

menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari

total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita (Sesa,

2015).

Hernia inguinalis adalah salah satu prosedur bedah yang paling umum di dunia. Setiap

tahun, lebih dari 20 juta perbaikan hernia inguinal dilakukan di seluruh dunia, dan di
Amerika Serikat saja jumlahnya mencapai 800,000.1-4 Di negara-negara industri, risiko

seumur hidup untuk menjalani operasi reparatif dari hernia inguinalis telah diperkirakan 27%

untuk pria, dan 3% untuk perempuan. Untuk sebagian besar pasien, koreksi operatif hernia

inguinalis berhasil dengan minimal gejala sisa pasca operasi, diikuti oleh masa penyembuhan

beberapa minggu dan tidak ada komplikasi jangka panjang (Bjurstrom, 2014).

Hernia inguinalis memiliki 9: 1 didominasi laki-laki, 3 dengan insiden yang lebih tinggi

di antara pria 40-59 tahun. Diperkirakan bahwa lebih dari seperempat dari pria dewasa di

Amerika Serikat memiliki medis dikenali hernia inguinalis.4 Pria dengan hernia hiatus

didiagnosis telah terbukti memiliki dua kali lipat risiko hernia inguinalis. Di antara

perempuan,berat badan, batuk kronis, hernia umbilikalis, usia yang lebih tua, dan masyarakat

pedesaan telah dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi dari hernia inguinalis. Baik

merokok atau alkohol telah terbukti mempengaruhi terjadinya hernia. Beberapa studi telah

menunjukkan bahwa pria yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih

rendah dari hernia inguinal dibandingkan pria dengan berat badan normal(Sesa, 2015).

Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum

Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan

struktur anatomi pada regio inguinal. (Kulacoglu, 2011).

Salah satu penanganan yang dilakukan pada pasien hernia adalah herniotomi atau

herniorafi dampak kesehatan yang timbul pada pasien yang dilakuakn herniorafi adalah rasa

nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi (Demetrashvili, 2016).

PERMASALAHAN

Identitas Pasien
Nama Tn. S
Tanggal Lahir : 16–06–1950
Alamat : Desa Gondang, Kec. Gondang, Kab. Nganjuk
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal Periksa : 27 Agustus 2019
No. Rekam Medis : 419

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Benjolan di lipatan paha kanan, sejak 2 tahun yang lalu. awalnya sebesar bola bekel,
keluar terutama saat berdiri dan mengejan, hilang bila berbaring dan dimasukkan sendiri
• Sejak 2 minggu yang lalu benjolan membesar dan tidak bisa dimasukkan kembali
• mual (-), muntah (-), panas (-)
• BAB lancar, BAK lancar

Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (+) tidak terkontrol


Diabetes Melitus (-)
Asma (-)
Alergi obat dan makanan (-)
Penyakit jantung (-)
Riwayat TBC (-)
Riwayat operasi BPH 4 bulan yang lalu
Riwayat Kebiasaan : Riwayat merokok (+) sehari 2-6 batang rokok, alkohol (-), olahraga (+)
jarang, jarang membawa barrang-barang berat
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat hipertensi (-) , DM (-), sakit jantung (-), asma/alergi (-).
Riwayat Gizi : pasien sehari – hari makan dengan nasi sayur tiga kali sehari @ 1 piring dengan
lauk tahu tempe, kadang telur, jarang makan buah dan tidak minum susu.
Riwayat Sosial Ekonomi : Sehari-hari pasien sudah tidak bekerja. Pasien tinggal bersama
istrinya. Saat ini, biaya perawatan pasien menggunakan BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : Baik, compos mentis
- Tanda Vital :
a. Tensi : 140 / 90 mmHg
b. Nadi : 85 x/menit, irama reguler
c. Pernapasan : 18 x/menit
d. Suhu : 37,2 °C per axiler
- Status Gizi
BB = 72 kg TB = 165 cm
BMI = 26,45 kg/m2 (overweight)
- Kulit : ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-).
- Kepala : bentuk mesocephal, rambut warna hitam dan putih
- Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-),
strabismus (-/-), cowong (-/-)
- Telinga : sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-)
- Hidung : deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
- Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil lidah atropi (-)
- Thoraks : bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan abdominothorakal,
sela iga melebar (-)
- Jantung : HR 85 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, bising jantung (-), gallop (-)
- Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+) , rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
- Ekstremitas atas & bawah : akral hangat (+/+), nadi kuat (+/+)
- Status lokalis :
Look : massa berbentuk bulat, hiperemi (-)

Feel : ukuran 8x7x6 cm, nyeri tekan (-), konsistensi padat kenyal, kalor (-)
Auskultasi : BU (-)

- Pemeriksaan Khusus/ Provokasi Test


Finger Test : tidak dilakukan
Thumb Test : tidak dilakukan
Zieman Test : tidak dilakukan
Transluminasi test : negatif

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

RENCANA KEGIATAN :
- Melakukan pemeriksaan kepada pasien baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang jika diperlukan. Memberikan penjelasan mengenai cara pemeriksaan
dan tujuan dari pemeriksaan
- Menegakkan diagnosis
- Memberikan pengobatan farmakologi & non farmakologi
- Memberikan edukasi
PEMERIKSA :
Pemeriksa adalah dr. Nur Sofianah, dokter Internsip Puskesmas Gondang periode Juni – Oktober
2019
WAKTU PELAKSANAAN :
Hari / Tanggal : Jumat / 27 Agustus 2019
TEMPAT PELAKSANAAN :
Balai pengobatan umum Puskesmas Gondang
SASARAN
Pasien yang tekah mendafatar di BP umum
ALAT YANG DIGUNAKAN
- Lampu & senter
- Timbangan berat badan, meteran untuk mengukur tinggi badan
- Sphygmomanometer
- Stetoskop

PELAKSANAAN

- Pemeriksaan pada pasien telah dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Agustus 2019 pada sekitar
pukul 09.00 WIB. Pemeriksaan dilaksanakan mulai dari anamnesis menanyakan keluhan
utama dan keluhan lainnya termasuk riwayat penyakit riwayat pengobatan dan mengecek
pemahaman pasien mengenai penyakitnya.
- Dari hasil pemeriksaan pasien didiagnosis dengan Hernia inguinalis ireponibel
- Terapi Non-farmakologis : pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-
usaha sebagai berikut :
a. Menjelaskan diagnosis penyakit pasien.
b. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien.
c. Menjelaskan penatalaksanaan, komplikasi, prognosis yang akan dilakukan kepada pasien
d. Menjelaskan bahwa kasus ini harus dirujuk ke spesilais bedah untuk terapi dan tindakan
selanjutnya

MONITORING & EVALUASI

Upaya pengobatan dasar yang dilakukan yaitu melakukan rujukan ke Spesialis Bedah untuk
monitoring dan evaluasi terhadap penyakit pasien.

Anda mungkin juga menyukai