Anda di halaman 1dari 7

OSTEOPOROSIS

Definisi

Menurut World Health Organization (WHO), osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh penurunan densitas massa tulang danperburukan mikroarsitektur tulang sehingga
tulang mudah rapuh dan patah, yang biasanya melibatkan pergelangan tangan, tulang belakang,
tulang panggul, tulang rusuk, pelvis, dan humerus. Definisi osteoporosis menurut National Institute
of Health (NIH) adalah penyakit yang mengganggu kekuatan tulang yang menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya fraktur.

(Hough, S., Ascott Evan B., Brown S., Cassim B., De Villiers T., LipschitzS., et al. NOFSA Guideline
for the Diagnosis and Management ofOsteoporosis. South Africa: NOFSA; 2010)

Epidemiologi

Osteoporosis terjadi lebih sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia dan juga
hilangnya jaringan tulang secara progresif. Osteoporosis menyebabkan lebih dari 8,9 juta kasus
fraktur setiap tahun di dunia, dimana 4,5 juta kasus terjadi di Amerika dan Eropa. Saat ini
diperkirakan ada sekitar 0,3 juta fraktur panggul pertahun di Amerika Serikat dan 1,7 juta di
Eropa. Hampir semua peristiwa ini dikaitkan dengan osteoporosis, baik primer atau sekunder.
Rasio wanita dan pria pada fraktur pinggul 2:1. Insiden fraktur pergelangan tangan di Inggris
dan Amerika berkisar 400-800 per 100.000 wanita. Fraktur kompresi tulang belakang jauh
lebih sulit untuk diperkirakan karena sering tanpa gejala. Diperkirakan lebih dari satu juta
wanita pasca menopause Amerika akan mengalami patah tulang tulang belakang dalam
perjalanan satu tahun. Diperkirakan 40% wanita dan 13% pria berusia 50 tahun dan lebih tua
akan mengalami patah tulang osteoporosis pada kehidupan mereka. Ada kecenderungan angka
kematian di masa depan akan meningkat menjadi 47% untuk wanita dan 22% untuk pria.
(Clunie G, Keen R. Osteoporosis. 2nd ed. United States of America: Oxford University Press;
2014.p.7-14.)

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2004
pada 14 provinsi menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai
tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Tingkat kecenderungan ini 6 kali lebih besar
dibandingkan di Belanda. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi yakni
Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), DI Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara
(22,8%), Jawa Timur (21,42%), dan Kalimantan Timur (10,5%).

(Jahari AB, Prihatini S. Risiko osteoporosis di Indonesia. Gizi Indonesia. 2007;1(30)


Etiologi

Osteoporosis diklasifikasikan menjadi beberapa bagian menurut etiologi dan lokalisasinya.


Osteoporosis pada awalnya dibagi menjadi osteoporosis terlokalisir dan osteoporosis yang
menyebar, dan dua kategori ini kemudian digolongkan lebih lanjut menjadi osteoporosis primer dan
sekunder. (medscape)

Osteoporosis terjadi ketika ada suatu ketidak seimbangan antara formasi tulang baru dan resapan
dalam tulang yang telah tua. Tubuh bisa gagal untuk membentuk tulang baru yang cukup, atau
terlalu banyak tulang yang sudah tua yang akan diserap kembali, atau kedua-duanya. Dua mineral
penting untuk formasi tulang normal adalah kalsium dan fosfat. Selama masa muda, tubuh
menggunakan mineral ini untuk menghasilkan tulang. Kalsium penting bagi fungsi jantung, otak,
dan organ tubuh lainnya. Untuk menjaga agar organ tersebut tetap berfungsi, tubuh menyerap
kembali zat kapur yang disimpan tulang untuk memelihara level kalsium darah. Jika intake kalsium
tidak cukup atau jika badan tidak menyerap cukup kalsium, maka akan mempengaruhi
pembentukan tulang dan jaringannya. Seperti itu, tulang boleh menjadi lebih lemah,
menghasilkan tulang mudah pecah dan rapuh yang dapat pecahkan dengan mudah. Biasanya,
hilangnya tulang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Sering, seseorang mengalami
fraktur sebelum mengetahui bahwa ia menderita osteoporosis. Dan pada saat itu mungkin saja hal
tersebut telah mencapai stadium lanjut dan telah menimbulkan kerusakan yang serius. Penyebab
utama terjadinya osteoporosis adalah ketiadaan hormon tertentu, khususnya estrogen pada
perempuan dan androgen pada pria. Perempuan, terutama yang berumur lebih dari 60 tahun, sering
didiagnosis dengan penyakit ini. Menopause diikuti dengan menurunnya kadar estrogen dan
meningkatkan resiko perempuan untuk menderita osteoporosis. Faktor lainnya yang turut
berkontribusi terhadap boneloss pada kelompok umur ini adalah termasuk tidak adekuatnya
pemasukan kalsium dan vitamin D, sedikitnya latihan weight-bearing dan perubahan dalam
fungsi endokrin lainnya yang terkait dengan pertambahan usia (sebagai tambahan terhadap
sedikitnya kadar estrogen).

(http://www.emedicinehealth.com/osteoporosis/page2_em.htm#osteoporosis_ca

Faktor Resiko

Usia
Setiap peningkatan umur 1 dekade berhubungan dengan peningkatan risiko 1,4-1,8.
Setelah usia 35 tahun diperkirakan kepadatan tulang juga akan berkurang secara alami.
(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC
(eCl). Juli 2014;2(2).
(Safriadi F. Bone metastases and bone loss medical treatment in prostate cancer patients. Acta
medica Indonesiana. 2013; 45(1).

Jenis Kelamin
Osteoporosis lebih banyak diderita wanita karena penyakit ini erat kaitannya dengan
kadar estrogen dan menopause. Bahkan sebelum menopause, tulang wanita lebih ringan dan
kurang kuat. Sejak usia 45 tahun, ketika produksi estrogen berkurang, perbedaan yang terjadi
dapat mencapai enam kali lipat dibandingkan dengan pria. Pada usia lanjut, jumlah wanita yang
mengalami fraktur pinggul dua kali lebih banyak dibandingkan dengan pria.
(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC
(eCl). Juli 2014;2(2).
(Safriadi F. Bone metastases and bone loss medical treatment in prostate cancer patients. Acta
medica Indonesiana. 2013; 45(1).

2.5.1 Ras
Walaupun semua ras dan etnisitas memiliki risiko untuk mengidap osteoporosis, ras
asia dan eropa memiliki risiko paling besar. Pasien yang memiliki riwayat osteoporosis dalam
keluarganya memiliki risiko lebih besar untuk mengidap osteoporosis. Heritabilitas fraktur
serta kepadatan mineral tulang yang rendah, memiliki nilai yang relatif tinggi, mulai dari 25
hingga 80%. Teerdapat setidaknya 30 gen yang terkait dengan perkembangan osteoporosis.
(Safriadi F. Bone metastases and bone loss medical treatment in prostate cancer patients. Acta
medica Indonesiana. 2013; 45(1).

2.5.2 Defisiensi Vitamin D


Kadar vitamin D rendah pada darah sering terjadi pada usia lanjut. Kekurangan vitamin
D dalam tahap ringan berhubungan dengan peningkatan hormon paratiroid (PTH). PTH
meningkatkan resorpsi tulang, yang menyebabkan hilangnya massa tulang.
(Safriadi F. Bone metastases and bone loss medical treatment in prostate cancer patients. Acta
medica Indonesiana. 2013; 45(1).

2.5.3 Merokok
Merokok telah diusulkan dapat menghambat aktivitas osteoblas, dan merupakan faktor
risiko independen untuk osteoporosis. Merokok juga menghasilkan peningkatan pemecahan
estrogen eksogen, penurunan berat badan dan menopause dini, yang semuanya berkontribusi
untuk menurunkan kepadatan mineral tulang.

(Safriadi F. Bone metastases and bone loss medical treatment in prostate cancer patients. Acta
medica Indonesiana. 2013; 45(1).

2.5.4 Inaktifitas Fisik


Latihan beban dapat menekan tulang, membuat tulang berkontraksi, sehingga
merangsang pembentukan tulang. Sebalikan, inaktivitas yang berkepanjangan dapat
mengurangi massa tulang. Studi menunjukkan bahwa pria dan wanita yang melakukan latihan
yang menyangga berat sebanyak 3-5 kali dalam seminggu memiliki massa tulang yang sedikit
lebih besar dibandingkan dengan yang tidak.

(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC


(eCl). Juli 2014;2(2).
(Safriadi F. Bone metastases and bone loss medical treatment in prostate cancer patients. Acta
medica Indonesiana. 2013; 45(1).

Klasifikasi

Osteoporosis Primer
50-80% wanita dan 56-60% pria dengan osteoporosis merupakan penderita
osteoporosis primer. Osteoporosis primer dibagi dua, yaitu tipe I dan tipe II. Osteoporosis tipe
I atau tipe menopausal terjadi pada wanita menopause yang dengan kisaran usia 51-70 tahun.
Hal ini terjadi karena menurunnya kadar estrogen yang berperan dalam proses mineralisasi
tulang dan menghambat resorbsi tulang serta pembentukan osteoklas melalui produksi sitokin.
Akibatnya, osteoklas meningkat dan Bone Mass Density menurun tajam. Area yang paling
sering terkena adalah vertebra. Gejala awal berupa rasa nyeri pada tulang punggung ketika
mulai terjadi pengeroposan.
(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC
(eCl). Juli 2014;2(2).

Osteoporosis tipe II merupakan osteoporosis yang terjadi akibat dari kekurangan


kalsium berhubungan dengan makin bertambahnya usia. Tipe ini disebut sebagai osteoporosis
senilis, dan biasanya terjadi pada kisaran usia 70 tahun ke atas Osteoporosis senilis juga bisa
terjadi pada wanita. Jadi, wanita yang sudah lanjut usia bisa terkena osteoporosis senilis dan
postmenopausal. Area yang tersering terkena adalah pinggul, vertebra, bahu, dan tibia
proksimal. Tanda khas dari tipe ini adalah penurunan tinggi badan dan kifosis dengan
punggung menonjol dan kepala mengarah ke depan.

(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC


(eCl). Juli 2014;2(2).
2.3.1 Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis ini ditemukan hanya sekitar 5% dari seluruh osteoporosis. Osteoporosis
sekunder disebabkan oleh underlying disease, atau karena tindakan pembedahan atau efek obat
yang mempercepat pengeroposan tulang. Berbeda dengan osteoporosis primer yang terjadi
karena faktor usia, osteoporosis sekunder bisa saja terjadi pada orang yang masih berusia muda.
Osteoporosis sekunder ditemukan pada hamper 2/3 wanita sebelum menopause. Osteoporosis
ini juga ditemukan pada orang yang mengidap penyakit cushing disease (kelainan hormon
karena tingginya kortisol dalam darah), hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), hiperparatiroid,
tumor atau keganasan, dan anoreksia nervosa. Obat-obatan yang berpengaruh terhadap proses
osteoporosis sekunder adalah golongan steroid.

(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC


(eCl). Juli 2014;2(2).

2.3.2 Osteoporosis pada Anak


Ada kalanya osteoporosis terjadi pada anak - anak atau orang dewasa yang usianya
masih muda. Biasanya penyebab osteoporosis jenis ini berkaitan dengan osteoporosis
sekunder. Meskipun begitu, ada pula osteoporosis pada anak dan remaja yang belum diketahui
penyebabnya. Osteoporosis ini disebut sebagai osteoporosis juvenile idiopatik. Kadar nutrisi
dalam tubuh penderitanya juga normal dan baik - baik saja. Selain itu, kadar hormonal mereka
termasuk kadar normal. Jumlah penderita osteoporosis juvenile idiopatik termasuk sedikit dan
jarang ditemukan. Sampai sekarang belum diketahui apa yang bisa menyembuhkan penyakit
ini. Obat - obatan dan terapi yang diberikan biasanya cocok untuk orang dewasa atau sudah
tua. Selain itu, mereka pun harus menghindari aktivitas fisik yang mampu membuat tulang
mereka retak. Bantuan seperti tongkat penyangga kadang dibutuhkan oleh anak - anak ini.
(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC
(eCl). Juli 2014;2(2).

2.3.3 Osteoporosis pada Laki - Laki


Osteoporosis pada laki - laki, seringkali kurang diperhatikan dibandingkan dengan
osteoporsis pada wanita. Pada dewasa muda, insidens fraktur ternyata lebih tinggi pada laki -
laki daripada wanita, hal ini dihubungkan dengan insidens trauma yang lebih tinggi pada laki -
laki daripada wanita. Dengan bertambahnya umur, insidens fraktur pada panggul makin
meningkat, tetapi peningkatan insidens fraktur pada laki - laki lebih lambat 5 - 10 tahun
dibandingkan wanita. Pada laki - laki, dengan bertambahnya umur, maka tulang kortikal akan
makin menipis, tetapi penipisan ini tidak secepat pada wanita, karena laki – laki idak pernah
mengalami menopause. Selain itu, pada laki - laki kehilangan massa tulang lebih bersifat
penipisan, sedangkan pada wanita lebih diakibatkan oleh kehilangan elemen trabekula dari
tulang.

(Syam Y, Noersasongko D, Sunaryo H. Fraktur akibat osteoporosis. Unsrat . Jurnal e-CliniC


(eCl). Juli 2014;2(2).

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Osteoporosis dapat berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa disertai


gejala. Gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti patah tulang, punggung yang
semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan, dan nyeri punggung. Jika massa tulang sangat
berkurang sehingga hancur, maka timbul nyeri dan kelainan bentuk. Secara khas awalnya akut
dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat
walaupun dengan sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur, berdiri, atau berjalan. Jika
disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit. Hancurnya tulang belakang mengakibatkan
terbentuknya kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang yang disebut dengan
Dowager’s Hump, sehingga mengakibakan ketegangan otot dan nyeri punggung yang dapat
bersifat menahun. Istirahat ditempat tidur dapat meringankan nyeri untuk sementara, tetapi
akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi.
(Logothetis C, Lin S. Osteoblasts in prostate cancer metastasis to bone. Nature Reviews Cancer.
2005;5(1):21-28.)

Penderita osteoporosis dapat mengalami patah tulang dengan sedikit benturan,


seringnya pada tulang yang menahan beban seperti vertebra T8 ke bawah dan femur. Daerah
lain yang sering mengalami fraktur adalah tulang radius distal. Fragmen fraktur tulang radius
tersebut mengarah dorsal, disebut dengan fraktur Colles. Umumnya terjadi karena menahan
beban tubuh menggunakan telapak tangan yang ekstensi.
(Logothetis C, Lin S. Osteoblasts in prostate cancer metastasis to bone. Nature Reviews Cancer.
2005;5(1):21-28.)

Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila didapatkan


patah tulang akibat trauma yang ringan, tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri
tulang, gangguan otot (kaku dan lemah), dan secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik
yang khas.
(Logothetis C, Lin S. Osteoblasts in prostate cancer metastasis to bone. Nature Reviews Cancer.
2005;5(1):21-28.)

Anda mungkin juga menyukai