Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMBERIAN NEBULIZER DI RUANG DAHLIA BAWAH


RSUD Ir. SOEKARNO SUKOHARJO

Inisial pasien : Ny. I (46 tahun)


No RM : xx
Diagnosa medis : Bronkopneumonia
Tanggal : 11 Desember 2019

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran


a. Diagnosa keperawatan
DS: Klien mengatakan bahwa ia merasakan sesak nafas ketika batuk, batuk
berdahak tapi agak susah dikeluarkan.
DO:
- GCS : E3 V4 M5, Compo mentis
- TD : 140/86 mmHg, N : 100x/m, RR : 26x/m, S : 37 0C
- Spo2 : 96%
- Klien tampak sesak, RR=26x/menit, tidak ada suara tambahan
Diagnosa keperawatan: ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penurunan volume paru
b. Dasar pemikiran
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013).Pneumonia merupakan penyakit
peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan
sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi
bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien
terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal napas.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu terapi untuk mengatasi masalah
tersebut, yaitu dengan terapi inhalasi atau nebulizer. Terapi inhalasi
merupakan suatu metode yang mengubah obat cair menjadi aerosol, dihisap
melalui masker/mouthpiece dan bekerja secara langsung ke target organ di
saluran napas.
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Melakukan nebuliser ventolin 2,5mg dan pulmicort 0,5mg
3. Prinsip-prinsip tindakan
Nebuliser merupakan tindakan keperawatan dengan prinsip bersih karena
bukanlah tidakan invasif. Prinsip-prinsip pelaksanaan nebulizer, seperti
menyiapkan alat-alat dan bahan (mesin nebulizer dan masker, obat), klien
diposisikan fowler/duduk. Suara nafas, denyut nadi, status respirasi, dan saturasi
oksigen diukur sebelum dan sesudah tindakan. Ajarkan klien cara menghirup yang
benar.
4. Analisa tindakan keperawatan
Tujuan dilakukan nebulizer adalah mengencerkan secret, mengobati
peradangan saluran napas atas, melegakan saluran napas. Terapi nebulizer dapat
diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya (seperti paru) oleh karena itu
dosis yang diberikan rendah, dosis yg rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik
dan efek samping sistemik, pengiriman obat melalui nebulizer ke paru sangat
cepat, sehingga aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya seperti subkutan atau
oral, udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat membantu
mengeluarkan sekresi bronchus.
Perawat langsung menyiapkan alat-alat untuk nebuliser seperti alat nebuliser,
masker oksigen disambungkan dengan selang pada mesin nebuliser, obat yang
dimasukkan (ventolin 2,5mg dan pulmicort 0,5mg) .Sakelar dalam mesin nebuliser
dihubungkan dengan sumber listrik.
Ny. ‘I’ diposisikan fowler, combivent dan flixotid kemudian dimasukkan
dalam tabung di dalam nebuliser. Memasang masker oksigen pada klien,
kemudian menekan tombol on. Maka uap obat akan mengalir dari mesin nebuliser
ke masker oksigen dan akhirnya akan dihirup oleh klien. Perawat mengajarkan
cara menghirup yang benar. Setelah obat habis, nebulizer dimatikan dan klien
kembali memakai kanul oksigen.
Ketika hendak melakukan nebuliser, perawat tidak cuci tangan terlebih dahulu,
dan tidak menggunakan sarung tangan, paling tidak sarung tangan bersih. Wadah
nebulizer untuk cairan obat tidak dibersihkan. Wadah dalam nebulizer sebaiknya
dibersihkan setelah dipakai, yaitu dengan membuang sisa obatnya, dibersihkan
dengan air panas dan sabun setelah dipakai, dibersihkan dengan disinfektan setiap
24 jam bila penggunaan setiap hari. Perawat juga hanya mengkaji frekuensi nafas,
dan suara napas sebelum dan sesudah tindakan.
5. Bahaya yang dapat terjadi
a. Pengendapan aerosol di dalam saluran pernapasan
b. Mual
c. Muntah
d. Tremor
e. Bronkospasme
f. Takikardi
6. Hasil yang didapat dan maknanya
S : Pasien mengatakan sudah lega, sesak napas berkurang, rasa ingin batuk
berkurang.
O : Irama napas teratur, frekuensi 20x/menit, suara nafas vesikuler tidak ada bunyi
nafas tambahan
- GCS : E3 V4 M5, Compo mentis
- TD : 140/80 mmHg, N : 100x/m, RR : 20x/m, S : 36 0C
- Spo2 : 97%
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Anjurkan pasien untuk napas dalam, batuk efektif, minum air putih hangat
7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa di atas
(mandiri dan kolaboratif)
a. Pemeriksaan suara napas
b. Memposisikan semifowler/fowler
c. Melakukan fisioterapi dada
d. Pemberian bronkodilator
8. Evaluasi diri
Dalam mempersiapkan alat-alat sampai melakukan nebuliser, akan lebih baik
jika cuci tangan terlebih dahulu. Membersihkan masker oksigen dengan kapas
alkohol, membuang sisa obat dan membersihkan wadah dalam nebuliser dengan
air hangat dan sabun. Suara nafas, denyut nadi, status respirasi, dan saturasi
oksigen diukur sebelum dan sesudah tindakan

9. Kepustakaan
Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/
article/967822-overview. diakses 11 Desember 2019
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI. Terapi Inhalasi.
Upload: 1 Mei 2009. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/
7001abad927d536232531639aaf2b156d9e1ea62.pdf . Diakses tanggal
11 Desember 2019.
Layman, ME. 2010. Nebuliser Therapy, dalam buku Emergency Nursing
Procedures. Edisi ke-2 oleh Jean A Proehl. USA: W.B. Saunders
Company.
Kusyati, E. et al. 2013. Keterampilan dan prosedur Keperawatan Dasar.
Semarang: Kilat Press.
Winariani. 2011.Perbedaan Fungsi Paru Pasien PPOK Yang Menggunakan
Terapi Nebulizer Dengan Terapi Intravena di Ruang Paviliun
Cempaka RSUD Jombang. Update: Minggu, 04 Desember 2011.
http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com/2011/12/perbedaan-
fungsi-paru-pasien-ppok-yang.html. Diakses tanggal 11 Desember
2019.

Mengetahui

Pembimbing Klinik (Clinical Instructure ) Mahasiswa

_____________________ Nanang Firman Nulah


NIP. NIM. SN191103

Anda mungkin juga menyukai