Anda di halaman 1dari 28

A.

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia. Manusia adalah pribadi yang utuh dan kompleks,
sehingga sulit dipelajari secara tuntas sebab hakikat manusia itu sendiri selalu
berkembang mengikuti dinamika kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, memaksa dunia pendidikan menyesuaikan diri pada perubahan
yang serba kompleks pada kehidupan masyarakat.
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai upaya
telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Upaya-
upaya tersebut hampir disemua komponen pendidikan seperti penyempurnaan
kurikulum pendidikan, peningkatan kemampuan guru, pengadaan media belajar
mengajar, penataan organisasi, dan manajemen pendidikan serta usaha-usaha lain
yang berkenaan dengan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran kelompok dasar yang
penting untuk dikuasai siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan oleh setiap siswa
untuk mengembangkan cara berpikir logis mereka.
Salah satu mata pelajaran yang sangat penting peranannya dalam usaha
mengikuti laju ilmu pengetahuan dan teknologi adalah pelajaran matematika yang
merupakan basic of science.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu merupakan proses psikologis yang
berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Ciri-ciri belajar, yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, bukan karena proses kematangan,
perubahan kondisi fisik, dan yang bersifat relatif menetap.
Belajar itu memerlukan bimbingan, sehingga dapat menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar efektif yang
merupakan tugas dan kewajiban guru sebagai pelaksana pendidikan. Oleh karena
itu, guru secara langsung berupaya membimbing, membina dan mengembangkan
kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas dan terampil4.

1
Proses belajar yang diselenggarakan secara formal di sekolah
dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana.
Interaksi yang terjadi pada proses belajar tersebut dipengaruhi oleh unsur-unsur
dinamis, antara lain adalah motivasi untuk belajar, bahan belajar, alat bantu
belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek belajar.
Salah satu unsur yang sangat berperan terhadap keberhasilan siswa adalah
tersedianya sarana pendukung atau alat bantu belajar dalam hal ini media
pengajaran yang memadai. Selain unsur-unsur di atas, yang mempengaruhi
rendahnya daya serap siswa dalam mata pelajaran matematika adalah adanya
rintangan psikologi yang menganggap matematika sebagai ilmu yang sulit
dipelajari. Hal ini terkait dengan konsep yang disajikan dalam mata pelajaran
matematika yang bersifat abstrak dan verbal, yang terkadang siswa merasa sulit
memahami konsep matematika tersebut.
Ketidakmampuan siswa dalam memahami sesuatu konsep mengakibatkan
siswa kurang mampu memahami konsep lain yang berhubungan dengan konsep
tersebut. Berdasarkan pengalaman penulis, disimpulkan bahwa ketidakmampuan
siswa memahami suatu konsep antara lain disebabkan karena keabstrakan
matematika itu sendiri, yang mengakibatkan siswa sering kali mangalami
kesalahan konsep.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika
secara menyeluruh, maka di dalam proses belajar mengajar, khususnya pengajaran
konsep ditawarkan berbagai jenis metode mengajar dalam satu pokok bahasan
yang dapat dilakukan secara khusus atau mengkombinasikan dengan metode yang
lainnya.
Masalah rendahnya daya serap siswa dalam mata pelajaran matematika ini
harus menjadi perhatian serius, khususnya bagi guru mata pelajaran tersebut. Jika
sifat materi matematika yang abstrak, maka guru harus memilih teknik penyajian
yang menarik dan strategi pengajaran yang tepat agar materi yang disampaikan
mudah dipahami dan tidak membosankan siswa. Salah satu alternatif teknik
pengajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengantisipasi hal tersebut,
adalah dengan menggunakan media pendidikan. Penggunaan media pendidikan

2
dalam pelaksanaan pengajaran matematika dapat meningkatkan motivasi,
perhatian dan prestasi belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sriyono (1992:121) bahwa: “Media
pendidikan dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui
kata-kata atau kalimat sehingga kesulitan siswa dapat teratasi bahkan media
pendidikan diakui dapat melahirkan umpan balik bagi siswa”.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tentang
media pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan media dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dibandingkan dengan tanpa menggunakan media. Penelitian
tersebut dilakukan oleh Molstae Change dan Brown menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan media hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan tanpa
menggunakan media (Sri Darmayanti, 2005).
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Matematika sebagai Bahan Ajar (Matematika Sekolah)
Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
disebut Matematika Sekolah. Sering juga dikatakan bahwa matematika sekolah
dipandang sebagai unsur dari matematika yang dipilih berdasarkan pada
kepentingan kependidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika manakah yang dipilih?, Matematika yang dipilih adalah matematika
yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, menanamkan nilai,
memecahkan masalah, dan menentukan tugas tertentu.
Matematika sekolah juga berarti ilmu matematika yang terdiri dari bagian
matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan dan
membentuk pribadi serta terpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika sekolah, tetap memiliki ciri-
ciri yang dimiliki oleh matematika, yaitu mempunyai objek kajian yang abstrak
serta berpola pikir deduktif dan konsisten.
Fungsi mata pelajaran matematika dan sekaligus dijadikan acuan dalam
pembelajaran sekolah (Suherman, 2005) adalah sebagai berikut:

3
a. Matematika sebagai Alat
Matematika sebagai alat berfungsi untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, baik itu masalah dalam mata pelajaran yang lain maupun masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa diberi pangalaman menggunakan matematika
sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi, misalnya
melalui persamaan, atau tabel dalam model matematika yang merupakan
penyederhanaan dari soal cerita/uraian matematika lainnya.
b. Matematika sebagai Pola Pikir
Pelajaran matematika yang berfungsi sebagai pola pikir, yaitu
pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam
penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Dalam hal ini,
siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang
sifat-sifat yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh sekumpulan objek (abstraksi).
Dengan pengamatan terhadap contoh diharapkan siswa mampu menangkap
pengertian suatu konsep, kemudian dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau
kecenderungan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan
melalui contoh khusus (generalisasi).
c. Matematika sebagai Ilmu
Matematika sebagai ilmu atau pengetahuan, dalam hal ini, seorang guru
harus mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran dan
bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan kesempatan
untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola
pikir yang sah.
Dari ketiga fungsi matematika sekolah di atas, guru di sini berfungsi dan
berperan sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran
matematika di sekolah.
Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
matematika sekolah ditujukan agar siswa mampu mengikuti pelajaran matematika
lebih lanjut, untuk membantu memahami bidang studi lain, serta siswa dapat
berpikir logis, kritis, dan praktis, bersikap positif dan berjiwa kreatif.

4
Faktor-faktor yang mempengaruhi matematika sekolah adalah faktor yang
berkaitan dengan tujuan diajarkannya matematika di sekolah dan peranan
matematika sekolah. Faktor-faktor tersebut adalah :
a) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi
matematika yang diajarkan di sekolah atau matematika sekolah. Untuk dapat
memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, matematika
yang diajarkan di sekolah pun harus sejalan dengan perkembangan tersebut.
Sehingga, matematika yang diajarkan sekarang adalah matematika modern.
Perkembangan ilmu pengetahuan juga sangat mempengaruhi pengajaran
matematika. Hal ini disebabkan karena matematika menjadi ratu sekaligus
pelayan bagi ilmu pengetahuan yang lain.
b) Perkembangan intelektual atau kognitif siswa
Salah satu peranan diajarkannya matematika sekolah adalah untuk
memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari, yang ditujukan bagi siswa yang mempelajarinya. Sejalan dengan
perkembangan intelektual atau kognitif siswa, maka pengajaran matematika
sekolah pun harus mengalami perkembangan. Hal ini ditujukan agar siswa dapat
memenuhi peranan dari matematika sekolah tersebut.
2. Penguasaan sebagai Hasil Belajar
Mengajar pada dasarnya merupakan usaha untuk menciptakan situasi yang
memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sudjana (1987:7) bahwa mengajar adalah bimbingan kegiatan
siswa belajar.
Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki dari
sekumpulan objek. Menurut Gagne (Suherman, 2003:33) menyatakan bahwa
belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek yang
langsung dan objek yang tak langsung.
Objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan sedangkan
objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan

5
masalah, belajar mandiri, bersifat positif terhadap matematika dan tahu bagaimana
mestinya belajar.
Kemampuan penguasaan matematika adalah suatu konsep level
pemahaman matematika siswa terhadap konsep dan aplikasi matematika sesuai
dengan pokok bahasan yang diajarkan guru.
Penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika yang dalam hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang merupakan salah satu indikator keberhasilan
siswa setelah belajar.
Dengan demikian hasil belajar matematika adalah kemampuan atau
peguasaan materi setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar itu
menjadi gambaran, berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar yang didapatkan
siswa, disamping itu akan terlihat pula berhasil tidaknya pelaksanaan proses
pembelajaran secara keseluruhan.
3. Hasil Belajar Matematika
Kemampuan berpikir yang logis, minat terhadap matematika dan sikap
terhadap matematika berkorelasi secara signifikan dengan hasil belajar
matematika. Menurut Kingsley (Nana Sudjana, 1989:45) membagi tiga macam
hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Pendapat lain dikemukan oleh Sahabuddin
(1994:13), yang mengatakan bahwa:
"Keberhasilan belajar seseorang, selain dipengaruhi oleh kemampuan
intelektual dan lingkungan belajarnya, juga dipengaruhi oleh cita-cita yang
ingin dicapai yang berlaku sebagai sumber dorongan atau motif belajar.
Makin kuat seseorang berpegang pada cita-citanya, makin gigih ia
berusaha melalui belajar untuk mencapai cita-citanya itu".
Sedangkan Herman Hudoyo (1990:39) mengemukakan pendapatnya
tentang hasil belajar sebagai berikut:
"Hasil belajar dan proses belajar kedua-duanya penting, di dalam belajar
ini terjadi proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu
melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik walaupun kegiatan
motorik ini dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut,

6
dalam mental itu orang menyusun hubungan antara bagian-bagian
informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang
menjadi memahami dan menguasai hubungan tersebut sehingga orang itu
dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang
dipelajari, inilah yang merupakan hasil belajar".
Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, berarti bahwa hasil belajar
matematika dicapai setelah proses belajar sebagai akibat dari perlakuan dalam
kegiatan belajar matematika. Penguasaan materi yang akan diajarkan bagi seorang
pengajar belumlah cukup untuk menentukan hasil belajar bagi siswa, tapi juga
harus didukung dengan adanya interaksi multi arah antara pengajar dengan siswa
yang diajar, atau antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi dua kegiatan yang
saling mempengaruhi yang dapat menentukan hasil belajar siswa.
Jadi hasil belajar matematika adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat
terukur, berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interpretasi
yang dicapai oleh siswa dan apa yang dihadapi oleh siswa di sekolah, dalam hal
ini penguasaan matematikanya.
Metematika merupakan ilmu matematika yang dapat diajarkan dengan
menggunakan media pembelajaran, dan dalam penelitian ini menggunakan media
komputer sebagai media pembelajaran.
4. Pengertian Media
Kata ”Media” berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari
kata ”Medium” yang berarti perantara atau pengatur. Menurut Djamarah (2002)
medium berarti perantara atau pengatur pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Berikut ini diberikan pengertian media menurut para ahli sebagai berikut:
1) Brings (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar
(Sadiman,1993).
2) Flening (1987) memberi batasan bahwa media adalah alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. (Arsyad, 2002).
3) Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi batasan bahwa media sebagai
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau

7
menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga gagasan yang dikemukakan
itu sampai ke penemuan yang dituju (Arsyad, 2002).
Dari beberapa pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar dari diri siswa.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, khususnya kegiatan
mengajar yang akan dilakukan oleh guru sangat ditentukan oleh metodologi
pengajaran yang berkaitan dengan metode dan teknik yang akan digunakan oleh
guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai
kepada siswa. Metodologi pengajaran terdiri dari dua aspek yaitu metode
pengajaran dan media pengajaran.
Penggunaan media pengajaran dimaksudkan untuk memperlancar dan
mengefektifkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Secara singkat peranan
media pengajaran dalam proses pengajaran ditempatkan sebagai:
1) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat penyampaian
pelajaran.
2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih
jauh oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar.
3) Sumber belajar bagi siswa karena berisikan materi yang harus dipelajari
baik secara individual maupun secara kelompok.
Media pengajaran dapat mengefektifkan proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
yang dicapainya. Namun dalam hal menggunakan media pengajaran, seorang guru
tidak memilih media semaunya, tetapi hendaknya memperhatikan beberapa
kriteria berikut:
1) Dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran yang dipilih atas
dasar tujuan-tujuan pembelajaran.

8
2) Mendukung isi materi pelajaran, artinya bahan pengajaran yang sifatnya
fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media
agar lebih mudah dipahami siswa.
3) Kemudahan memperoleh media artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh, paling tidak mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
4) Keterampilan guru dalam menggunakannya artinya apapun jenis media
yang digunakan maka guru terampil menggunakannya dalam proses
pengajaran.
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa sehingga makna yang terkandung di
dalamnya dapat dipahami oleh siswa.
5. Pengertian Komputer
Menurut Sharp (Krismanto, 2004) bahwa komputer merupakan salah satu
hasil dari perkembangan teknologi sudah mulai dikenal sejak abad ke-19, pada
awalnya komputer diciptakan dengan tujuan untuk menciptakan mesin
perhitungan yang otomatis. Menurut Humby dalam Suryanto dan Rusmali
(Krismanto, 2004) dalam bukunya yang berjudul “Computers” mendefinisikan
komputer sebagai “an electronic machine that processes data under the control of
a stored program”. Komputer adalah alat elektronik yang dapat mengolah data
dengan perantara program yang dapat memberikan/menampilkan hasil
pengolahannya.
Dalam Wijaya (2004), beberapa ahli memberikan defenisi komputer
sebagai berikut:
1. Robert H. Blismmer berpendapat bahwa komputer adalah suatu alat elektronik
yang mampu melakukan beberapa tugas seperti menerima input, memproses
input berdasarkan programnya, menyimpan perintah-perintah dan hasil
pengolahannya, serta menyediakan output (keluaran) dalam bentuk informasi
(Sanusi, 1997).

9
2. Donald H. Sanders berpendapat bahwa komputer adalah sistem elektronik
untuk memanipulasi data dengan cepat dan tepat berdasarkan instruksi-
instruksi (Sanusi, 1997).
3. William M. Fuori berpendapat bahwa komputer adalah suatu pemroses data
yang dapat melakukan perhitungan yang besar dan cepat, termasuk operasi
logika, tanpa campur tangan manusia selama pemrosesan (Sanusi, 1997).
Dari beberapa defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komputer
adalah:
1. Alat elektornik.
2. Menggunakan suatu program yang tersimpan di dalam memori komputer.
3. Dapat menerima input data.
4. Dapat mengolah data.
5. Dapat memberikan informasi.
6. Dapat menyimpan program dan hasil pengolahannya.
7. Bekerja secara otomatis.
6. Pengertian Media Komputer dalam pembelajaran berbasis komputer
Komputer adalah alat elektronik yang menggunakan suatu program yang
tersimpan dalam memori, dapat menerima input data, dan mengolah data sehingga
dapat memberikan informasi, serta menyimpan program dan hasil pengolahannya
yang bekerja secara otomatis. Satu unit komputer terdiri atas empat komponen
dasar, yaitu:
1) Input (misalnya Keyboard, CD Room, Flash Disk).
2) Prosessor (CPU: unit pemrosesan data yang diinput).
3) Penyimpanan data (memori yang menyimpan data yang akan diproses oleh
CPU baik secara permanent (ROM) maupun untuk sementara (RAM)).
4) Output (misalnya Layar Monitor, Printer, CD Writer).
a) Jenis–jenis pembelajaran berbasis komputer
Penggunaan komputer dalam pembelajaran meliputi beberapa model
mengajar sehingga komputer dapat memberikan kemudahan paling efektif,
misalnya sebagi tutor, latihan dan praktek, simulasi, dan permainan.

10
Taylor menyatakan bahwa dalam pendidikan, komputer dapat berfungsi
sebagai tutor, tool, dan tutee (Tamir, 1986)
1. Komputer sebagai Tutor (Tutor Applications)
Dalam penerapannya, komputer dalam kategori ini sudah diprogram
terlebih dahulu oleh programmer (pembuat program) yang digunakan untuk
menampilkan, menjelaskan konsep dan ide. Dalam hal ini siswa berinteraksi
dengan komputer yang prosesnya sebagai berikut:
a. Komputer menampilkan suatu informasi.
b. Siswa menjawab pertanyaan atau masalah yang sesuai dengan informasi yang
diberikan.
c. Kemudian komputer mengevaluasi jawaban siswa
d. Akhirnya komputer menentukan apakah yang harus diperbuat siswa
selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pada jawaban siswa tersebut.
Tutor Applications ini terbagi menjadi 4 model pembelajaran yaitu :
a. Model Tutorial
Program yang dibuat/disajikan dirancang untuk membeikan informasi bagi
siswa. Artinya, guru tanpa menerangkan telebih dahulu terhadap suatu materi,
siswa sudah dapat memahaminya sendiri menggunakan program tutorial tersebut
(digunakan sebagai sumber belajar).
Dalam model pembelajaran tutorial pola dasarnya mengikuti pengajaran
berprogram tipe bercabang dimana mata pelajaran disajikan dalam unit kecil, lalu
disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (dibandingkan
dengan jawaban yang telah diintegrasikan oleh penulis program), dan umpan
baliknya yang benar diberikan.

b. Model Praktek dan Latihan.


Dalam subkategori ini biasanya program yang dibuat adalah untuk
mempraktekkan/melatih keterampilan siswa dalam penguasaan materi yang
sebelumnya sudah diberikan terlebih dahulu kepada siswa tersebut.
Dalam mempergunakan model ini hendaknya semua konsep, peraturan,
atau prosedur terlebih dahulu sudah dipelajari siswa. Program akan membimbing

11
siswa melalui serangkaian contoh yang kemudian meningkat pada ketangkasan
dan kelancaran dalam mempergunakan keterampilan. Prinsipnya adalah
penguatan secara tetap terhadap seluruh jawaban siswa yang betul. Program hanya
akan berubah bilamana tingkat kemahiran siswa sudah dipertunjukkan. Model
latihan dan praktek ini sangat cocok untuk tujuan latihan pelajaran matematika.
c. Model Simulasi.
Program komputer yang dibuat disini biasanya berusaha untuk
mengahadirkan/merepresentasikan situasi kehidupan/permasalahan yang
sebenarnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir (daya kritis) siswa.
Dengan model ini siswa dihadapkan kepada situasi kehidupan nyata.
Berbagai persoalan manajemen bisnis dan eksperimen laboratorium di lapangan
ilmu pengetahuan fisika adalah contoh pelajaran terkenal lainnya untuk bahan
simulasi komputer.
d. Model Permainan.
Program yang disajikan berbentuk permainan dengan tujuan untuk
membuat siswa belajar dengan senang. Bentuk program permainan yang diberikan
digunakan untuk melatih keterampilan siswa terhadap pelajaran yang sudah
diberikan sebelumnya. Kegiatan permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur
simulasi. Seperti halnya permainan bisa mengakibatkan unsur-unsur pengajaran,
bergantung pada ada-tidaknya keterampilan yang diperaktekkan dalam permainan
itu sebagai kegiatan akademis, dan hal itu berhubungan erat dengan tujuan
intruksional khusus yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Komputer sebagai Alat (Tool Applications)


Komputer sebagai alat disini dimaksudkan bahwa komputer digunakan
sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar-mengajar, baik untuk kepentingan guru
maupun siswa. Program-program aplikasi yang biasanya digunakan di antaranya
adalah program pengolahan kata (Word Processing) untuk pengetikan/pembuatan
laporan, program pengolah angka (seperti Excell) untuk melakukan manipulasi
angka, program database untuk mencari data/informasi yang diperlukan, dan
program untuk keperluan presentasi (seperti Power Point).

12
3. Komputer sebagai Tutee (Tutee Applications)
Dalam subkategori ini, program komputer ini sendiri menjadi fokus dari
pembelajarannya sendiri karena disini siswa/guru memprogram komputer dengan
menggunakan bahasa pemrograman untuk melakukan tugas-tugas tertentu.
Sehingga untuk tutee aplications itu baik guru maupun siswa memerlukan untuk
mempelajari suatu bahasa pemrograman komputer sendiri. Contoh bahasa
pemrograman yang biasa digunakan adalah seperti BASIC (Beginner All-Purpose
Symbolic Instruction Code), Pascal, Delphi, Macromedia Flash, dan sebagainya.
b) Manfaat Penggunaan Pembelajaran berbasis Komputer
Manfaat dari penggunaan model pembelajaran berbasis komputer telah
banyak diungkapkan oleh para peneliti di negara barat. Manfaat dari penggunaan
model pembelajaran berbasis komputer menurut Nasution (1987:127) adalah
sebagai berikut :
1. Komputer dapat membantu siswa dan guru dalam pelajaran, karena komputer
itu “sabar, cermat, mempunyai ingatan yang sempurna”, ia sesuai sekali untuk
latihan dan remedial teaching. Tak ada guru yang dapat memberikan latihan
tak jemu-jemu seperti komputer
2. Pembelajaran berbasis komputer sangat fleksibel dalam mengajar dan dapat
diatur menurut keinginan penulis pelajaran atau penyusun kurikulum.
3. Pembelajaran berbasis komputer dan pengajaran oleh guru dapat saling
melengkapi. Jika komputer tidak dapat menjawab pertanyaan siswa maka
dengan sendirinya guru akan menjawabnya. Adakalanya komputer dapat
memberikan jawaban yang tak dapat segera dijawab oleh guru.
4. Selain itu komputer dapat pula menilai hasil belajar secara cepat.
Menurut Moldstad dalam Wilkinson, Gene L. (1980:26) mengatakan bahwa
manfaat yang diperoleh dari pembelajaran berbasis komputer adalah :
1. Siswa dapat belajar secara efektif, bahkan kerapkali lebih efektif.
2. Seringkali siswa berhasil mempelajari beban yang sama banyaknya dengan
waktu yang lebih sedikit.

13
Sejalan dengan hal di atas Gordon Pask dalam (Nasution, 1987:15)
mengemukakan bahwa komputer lebih mampu untuk menyesuaikan program
dengan kecepatan belajar, baik yang cepat maupun yang lambat.
Sedangkan Suherman (2001:284) mengemukakan bahwa manfaat yang
dapat dieksplorasi dari pemanfaatan komputer dalam pembelajaran matematika
adalah membantu dalam memahami konsep matematika, membantu memperkuat
keterampilan komputasi, mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, dan membuat pemecahan
masalah matematika menjadi lebih realistik.
Banyak penelitian yang menunjukkan keefektifan penggunaan komputer
dalam meningkatkan pemahaman kognitif siswa. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bitter & Hatfield (dalam Suherman, 2001:240) bahwa komputer sangat
bermanfaat dalam meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, terutama
untuk siswa yang memiliki kemampuan rendah dan tinggi, dan membuat siswa
senang belajar matematika, sehingga jika komputer digunakan dengan tepat dan
efesien maka siswa dapat menjadi problem solver yang handal, dapat
meningkatkan pemahaman dan dapat memiliki kemampuan berfikir matematik
yang kuat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hambree & Deasart (1986),
Kulik (1987), Liao (1920), Niemec dan Walberg (1992), dan Ryan (1991) (dalam
suherman, 2001), menemukan bukti yang kuat bahwa pemberdayaan teknologi
dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Komputer secara potensial dapat menggeser paradigma kegiatan belajar dari
konsentrasi pada keterampilan manipulatif ke pengembangan konsep, hubungan,
dan keterampilan memecahkan masalah.
Menurut (Arsyad:54) mengatakan bahwa keuntungan komputer yang
digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran,
karena ia dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang
lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam
menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang digunakan.

14
2. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan
kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik, warna
dan musik yang dapat menambah realisme.
3. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat
disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain, komputer dapat
berinteraksi dengan siswa secara perorangan misalnya dengan bertanya dan
menilai jawaban.
4. Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu program
pengajaran memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara
perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau.
5. Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan, peralatan lain seperti
compact disk, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari
komputer.
Selain kelebihan yang sangat banyak dimiliki oleh komputer, tetap
tersimpan keterbatasan bila komputer dipergunakan dalam pendidikan
diantaranya:
1. Harga komputer yang bisa dikatakan tidak murah. Oleh karena itu, pemakaian
komputer dalam pengajaran harus diperhitungkan secara efisien.
2. Rancangan dan produksi program pembelajaran yang masih sangat minim.
3. Kreativitas mungkin bisa terpaku pada pengajaran yang dikomputerkan saja.
Sedangkan menurut (Arsyad:54) mengatakan bahwa keterbatasan
komputer yang digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan:
1. Meskipun harga perangkat keras komputer cenderung semakin menurun
(murah), pengembangan perangkat lunaknya masih relatif mahal.
2. Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan keterampilan
khusus tentang komputer.
3. Keragaman model komputer (perangkat keras) sering menyebabkan program
yang tersedia untuk satu model tidak cocok dengan model lainnya.
4. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa.
Dari beberapa tinjauan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media komputer adalah kegiatan belajar

15
dengan menggunakan komputer baik keseluruhan maupun sebagian secara
mandiri tanpa mengesampingkan tugas guru sebagai pendamping dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media komputer dapat memberikan rangsangan bagi siswa untuk
mengikuti pelajaran sehingga siswa lebih aktif. Dengan demikian pembelajaran
dengan menggunakan media komputer dapat memberikan pengetahuan dan
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan yang pada akhirnya hasil belajar
yang memuaskan.
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka, maka hipotesis penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
“Dengan menggunakan Media Komputer maka diharapkan penguasaan
pokok bahasan luas dan keliling Bangun Datar Siswa Kelas VII SMP Negeri 33
Makassar dapat meningkat“.
C. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) dengan faktor kajian peningkatan penguasaan pokok bahasan keliling
dan luas bangun datar oleh siswa dengan menggunakan media komputer.
Secara garis besar pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam dua siklus
dengan empat tahapan, yaitu:
1. Tahap perencanaan Tindakan,
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan,
3. Tahap Observasi dan Evaluasi,
4. Tahap Refleksi.
B. Lokasi dan subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Negeri 33 Makassar kelas VII
Semester Genap Tahun Pelajaran 2005/2006 jumlah siswa 40 orang yang terdiri
dari 18 orang siswa pria dan 22 orang siswa wanita.
C. Faktor-faktor yang diselidiki.

16
Untuk mampu menjawab permasalahan di atas, ada beberapa faktor yang
ingin diselidiki, yaitu:
1. faktor input: yaitu siswa yang mengikuti pembelajaran, dalam hal ini melihat
kehadiran dan sikap siswa pada saat belajar mengajar berlangsung.
2. faktor proses: yaitu pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
matematika dan melihat bagaimana aktivitas/keaktipan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
3. faktor output: yaitu melihat hasil akhir dari proses belajar mengajar, yang
dapat dilihat dari tes hasil belajar.
D. Prosedur Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran
2006/2007 yang terbagi dalam dua siklus, dengan perincian sebagai berikut:
1. Siklus I dilaksanakan selama 2 pekan atau 4 kali pertemuan
2. Siklus II dilaksanakan selama 2 pekan atau 4 kali pertemuan
Untuk dapat mengetahui hasil belajar matematika siswa Kelas VII SMP
Negeri 33 Makassar, maka digunakan tes awal pada pokok bahasan keliling dan
luas bangun datar, dan hasilnya dianggap skor dasar, dan selanjutnya dilakukan
proses pembelajaran melalui penggunaan media komputer, untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dengan berdasarkan rencana pembelajaran di atas.
E. Teknik Pengumpulan Data.
1. Sumber Data : Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VII SLTP Negeri
33 Makassar.
2. Jenis Data : Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif yang
diperoleh dari tes hasil belajar pada akhir setiap siklus dan data kualitatif yang
diperoleh dari lembar observasi dan tanggapan siswa.
3. Cara Pengambilan Data
a. Data mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah
diadakan tindakan, diperoleh dengan menggunakan tes pada akhir setiap
siklus

17
b. Data mengenai situasi pembelajaran pada saat pelaksanaan tindakan, diperoleh
melalui pengamatan pada saat kegiatan berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi.
F. Teknik Analisis Data.
Data yang terkumpul dianalisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Data
tentang observasi dianalisis secara kualitatif sedangkan data tentang hasil belajar
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistika deskriptif. Analisis
statistik deskriptif, digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar dalam bentuk
nilai tertinggi, terendah, rentang nilai, standar deviasi, varians, tabel distribusi
frekuensi, persentase serta kategori hasil belajar.
Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik
kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu:
TABEL 1. Teknik kategorisasi standar berdasarkan ketetapan Departeman
Pendidikan Nasional
SKOR KATEGORI
0 – 34 Sangat Rendah
35 – 54 Rendah
55 – 64 Sedang
65 – 84 Tinggi
85 – 100 Sangat Tinggi
Sumber: Siti Nurfatimah (skripsi 2004: 36)
G. Indikator Kinerja.
Yang menjadi kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
terjadinya peningkatan hasil belajar siswa yang ditinjau dari hasil tes sebelum
menggunakan media komputer pada pokok bahasan luas dan keliling bangun datar
yang dilihat pada hasil tes awal dengan hasil tes setelah menggunakan media
komputer pada pokok bahasan luas dan keliling bangun datar yakni tes setiap
akhir siklus dan juga dari segi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
1. Analisis Deskriptif Kemampuan Awal Siswa
Berdasarkan hasil observasi awal dari pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini diperoleh kemampuan awal siswa kelas VII SMP Negeri 33 Makassar,
berupa hasil tes awal pokok bahasan bangun datar dalam subpokok bahasan

18
keliling dan luas bangun datar. Hasil tes awal tersebut seperti pada tabel 2. berikut
ini:
Tabel 2. Statistik Skor Kemampuan Awal Siswa Kelas IX.b SMP Negeri 33
Makassar
STATISTIK NILAI STATISTIK
Subyek 40
Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 85
Skor terendah 20
Rentang Skor 65
Skor Rata-rata 48,12
Simpangan Baku 16,74
Berdasarkan skor subyek penelitian yang dikelompokkan ke dalam lima
kategori (berdasarkan pengkategorisasian Departemen Pendidikan Nasional),
maka diperoleh daftar distribusi frekuensi seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kemampuan Awal Siswa
Kelas IX.b SMP Negeri 33 Makassar
NO SKOR KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
1. 0 – 34 Sangat Rendah 7 17,50
2. 35 – 54 Rendah 20 50,00
3. 55 – 64 Sedang 6 15,00
4. 65 – 84 Tinggi 6 15,00
5. 85 - 100 Sangat Tinggi 1 2,50
JUMLAH 40 100
Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 skor rata-rata hasil belajar matematika
siswa untuk tes awal sebesar 48,12 atau dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa sebelum dilakukan tindakan berupa penggunaan media
komputer pada pembelajaran bangun datar berada pada kategori rendah.
2. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus I
Pada Siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan
harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun analisis deskriptif
skor perolehan siswa setelah penerapan penggunaan media komputer pada
pembelajaran bangun datar dapat dilihat pada tabel 4. berikut:
Tabel 4. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Pada tes Akhir Siklus I
STATISTIK NILAI STATISTIK
Subyek 39
Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 95

19
Skor terendah 60
Rentang Skor 35
Skor Rata-rata 80,25
Simpangan Baku 8,50

Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori.


Maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 5. berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas
IX.b SMP Negeri 33 Makassar Pada Siklus I
NO SKOR KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
1. 0 – 34 Sangat Rendah 0 0
2. 35 – 54 Rendah 0 0
3. 55 – 64 Sedang 2 5,20
4. 65 – 84 Tinggi 20 51,23
5. 85 - 100 Sangat Tinggi 17 43,57
JUMLAH 39 100

Berdasarkan tabel 4. dan tabel 5, , skor rata-rata hasil belajar matematika


siswa untuk Siklus I sebesar 80,25 atau dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa setelah diterapkan penggunaan media komputer pada
pembelajaran bangun datar untuk Siklus I berada dalam kategori tinggi.
3. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II
Dari analisis terhadap skor hasil belajar siswa setelah diterapkan
penggunaan media komputer pada pembelajaran bangun datar selama
berlangsungnya Siklus II terdapat pada tabel 6. berikut ini:
Tabel 6. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Pada tes Akhir Siklus II
STATISTIK NILAI STATISTIK
Subyek 37
Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 90
Skor terendah 60
Rentang Skor 30
Skor Rata-rata 74,18
Simpangan Baku 9,82

Jika skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka
diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 7. berikut ini:

20
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas
IX.b SMP Negeri 33 Makassar Pada Siklus II

NO SKOR KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)


1. 0 – 34 Sangat Rendah 0 0
2. 35 – 54 Rendah 0 0
3. 55 – 64 Sedang 3 8,10
4. 65 – 84 Tinggi 25 67,56
5. 85 – 100 Sangat Tinggi 9 24,34
JUMLAH 37 100

Berdasarkan tabel 6. dan tabel 7, skor rata-rata hasil belajar matematika


siswa untuk Siklus II sebesar 74,18 atau dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa setelah diterapkan penggunaan media komputer pada
pembelajaran bangun datar untuk Siklus II tetap berada dalam kategori tinggi,
tetapi mengalami penurunan dibandingkan hasil siklus sebelumnya, hal ini
disebabkan karena dua faktor, yaitu:
1. Dalam Siklus II ini tingkat kesukaran materi pelajaran beserta tes akhir siklus
lebih tinggi dibandingkan materi dan tes akhir Siklus I, dan
2. Bertepatan dalam waktu pelaksanaan pembelajaran Siklus II, sebagian dari
subyek penelitian (siswa) menjadi pendukung acara dalam kegiatan daerah
yakni dalam kegiatan Pekan Olah Raga Daerah Se-Sulawesi Selatan Ke XII
(PORDA).
Dari dua fakor di atas, sehingga terjadi penurunan hasil belajar siswa pada
Siklus II dari siklus sebelumnya.
Selanjutnya tabel 8. memperlihatkan peningkatan hasil belajar siswa
setelah digunakan media komputer pada pembelajaran bangun datar dalam proses
belajar mengajar pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II.
TABEL 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas
IX.b SMP Negeri 33 Makassar pada Tes Awal dan setelah proses
pembelajaran Pada Siklus I dan Silus II
FREKUENSI PERSENTASE (%)
NO SKOR KATEGORI Tes Tes
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
Awal Awal

21
1. 0 – 34 Sangat Rendah 7 0 0 17,50 0 0
2. 35 – 54 Rendah 20 0 0 50,00 0 0
3. 55 - 64 Sedang 6 2 3 15,00 5,20 8,10
4. 65 – 84 Tinggi 6 20 25 15,00 51,23 67,56
5. 85 - 100 Sangat Tinggi 1 17 9 2,50 43,57 24,34
JUMLAH 40 39 37 100 100 100

Dari hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar
siswa pada Tes Awal (sebelum digunakan media komputer) sebesar 48,12 setelah
dikategorisasikan berada dalam kategori rendah, dan mengalami peningkatan pada
Siklus I dan Siklus II (setelah digunakan media komputer) setelah
dikategorisasikan dalam kategori tinggi, yakni pada siklus I sebesar 80,25 dan
pada siklus II sebesar 74,18. Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar
matematika siswa kelas IX.b SMP Negeri 33 Makassar setelah diterapkan
penggunaan alat peraga matematika.
B. Perubahan Sikap Siswa
Di samping terjadinya peningkatan hasil belajar matematika selama
penelitian pada siklus I dan Siklus II, terdapat pula adanya perubahan yang terjadi
pada sikap siswa dalam proses belajar mengajar di kelas melalui penggunaan
media komputer pada pembelajaran bangun datar. Perubahan tersebut merupakan
data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang
dicatat oleh guru mitra yang membantu jalannya penelitian pada setiap siklus.
Adapun perubahan yang dimaksud adalah:
1. Meningkatnya persentase kehadiran siswa, dari Siklus I sebanyak 88,09%
selama empat kali pertemuan menjadi 94,04% pada Siklus II dengan jumlah
pertemuan sebanyak empat kali dan jumlah siswa 42 orang. Hal ini berarti
bahwa semakin meningkatnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran.
2. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terkadang ada siswa yang bertanya
tentang materi pelajaran yang belum dimengerti kepada peneliti. Pada Siklus I
persentase siswa yang bertanya adalah 7,14% dan pada Siklus II menjadi
10,71% sehingga terlihat terjadi peningkatan persentase siswa yang bertanya,

22
hal ini menunjukkan bahwa keberanian dan rasa percaya diri siswa mulai
meningkat.
3. Tidak dipungkiri dalam satu kelas ada saja siswa yang mengganggu siswa yang
lainnya sehingga suasana kelas menjadi ribut. Pada Siklus I persentase siswa
yang ribut dan mengganggu temannya sebesar 7,14% dan mengalami
penurunan sebesar 1,20% pada Siklus II. Hal ini terjadi karena siswa mulai
tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga matematika.
4. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang harmonis menuntut
terjadinya interaksi, baik interaksi siswa dengan guru, dan juga interaksi siswa
dengan siswa. Bentuk interaksi siswa dengan siswa salah satunya ditunjukkan
dengan adanya siswa yang memberikan tanggapan terhadap jawaban siswa
lain. Persentase tanggapan siswa terhadap siswa lain pada Siklus I sebesar
29,17% dan meningkat pada Siklus II sebasar 71,42%. Hal ini menunjukkan
bahwa tingginya percaya diri siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.
5. Setelah siswa berinteraksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan
berani untuk mengeluarkan pendapatnya dengan memberikan tanggapan
terhadap pekerjaan siwa lain. Rasa percaya diri siswa meningkat dengan
keberanian siswa untuk mengacungkan tangan untuk mempersentasikan
jawabannya. Terlihat pada Siklus I persentase sebesar 27,38% dan meningkat
69,64% pada Siklus II.
C. Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan Dalam Proses Belajar
Mengajar Matematika
1. Reflesi Siklus I
Sebelum proses pembelajaran melalui penggunaan media komputer
dimulai peneliti bersama guru mata pelajaran memberikan tes awal kepada siswa,
tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada pembelajaran
bangun datar, kemudian hasil tes awal dievaluasi oleh peneliti. Proses
pembelajaran diawali dengan pengenalan media yang akan dipakai dalam
pembelajaran yaitu menggunakan media komputer. Penggunaan media komputer
diawal proses belajar mengajar sudah memikat perhatian istimewa dari siswa,
karena software yang digunakan pada penelitian ini memiliki karakteristik yang

23
istimewa seperti animasi objek bangun datar, dan game bangun datar yanhg dibuat
oleh peneliti. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan sikap siswa yang tadinya
acuh, ribut, dan mengganggu siswa yang lain menjadi sangat berantusias dalam
menggunakan media komputer. Proses pembelajaran pada Siklus I berlangsung
selama empat kali pertemuan, dimana pada pertemuan pertama siswa yang hadir
sebanyak 41 siswa dan seorang siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Pada
pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 siswa dan 13 siswa tidak
hadir dikarenakan izin, pada pertemuan ketiga siswa yang hadir sebanyak 39
siswa, siswa yang tidak hadir sebanya 3 orang, dimana siswa yang sakit 2 orang,
dan tanpa keterangan 1 orang. Pada pertemuan keempat siswa yang hadir
sebanyak 39 siswa, dan siswa yang tidak hadir sebanyak 3 orang, dimana 1 orang
siswa sakit, dan 2 siswa lainya tanpa keterangan.
Pada awal pertemuan siklus I, belum menampakkan adanya kemajuan,
tetapi menjelang akhir pertemuan Siklus I sudah menampakkan adanya kemajuan.
Hal ini terlihat dengan semakin kurangnya siswa yang ribut dan mengganggu
siswa lain, antusiasme siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran, dan
tumbuhnya rasa percaya diri siswa dengan adanya siswa yang berani mengangkat
tangan untuk mengerjakan soal-soal latihan/lembar kerja siswa (LKS) di papan
tulis.
2. Refleksi Siklus II
Proses pembelajaran pada Siklus II berlangsung selama empat kali
pertemuan, dimana pada pertemuan pertama siswa yang hadir sebanyak 39 siswa
dan 3 orang siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Pada pertemuan kedua jumlah
siswa yang hadir sebanyak 42 siswa, pada pertemuan ketiga siswa yang hadir
sebanyak 40 siswa, siswa yang tidak hadir sebanyak 2 orang dikarenakan sakit.
Pada pertemuan keempat siswa yang hadir sebanyak 37 siswa, dan siswa yang
tidak hadir sebanyak 5 orang dikarenakan sakit. Memasuki Siklus II, perhatian,
motivasi, serta keaktifan siswa semakin memperlihatkan kemajuan. Hal ini terjadi
karena peneliti memberikan motivasi dan dorongan untuk selalu meningkatkan
prestasi belajar dengan cara mendorong siswa untuk mau bekerja sama, saling
membantu bila ada siswa yang kesulitan dalam belajar, dan memotivasi siswa

24
agar menghilangkan rasa takut salah bila diminta untuk menuliskan jawaban dari
soal-soal latihan/LKS pada papan tulis.
Pada Siklus II ini, peneliti mendorong siswa untuk lebih kreatif, hal ini
ditunjukkan dengan memotivasi dan mendorong siswa untuk dapat menemukan
dan menyimpulkan sendiri hubungan antar konsep dan rumus-rumus yang
mungkin dapat siswa temukan melalui media komputer, sehingga dengan proses
belajar tersebut siswa lebih aktif, hal ini membawa dampak yang baik karena
siswa yang ribut semakin berkurang dan pada akhirnya proses belajar mengajar
pada Siklus II berlangsung dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Secara umum hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan tindakan
dengan penerapan penggunaan media komputer mengalami peningkatan. Baik
dari segi perubahan sikap siswa, keaktifan, perhatian, serta motivasi siswa
maupun dari segi kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika. Sehingga
tentunya telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar
matematika siswa.
D. Analisis Refleksi Siswa
Dari hasil Analisis terhadap refleksi atau tanggapan siswa, dapat
disimpulkan ke dalam kategori sebagai berikut:
1. Pendapat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika
Sebagian besar siswa senang dengan pelajaran matematika. Siswa merasa
matematika adalah pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai
karena berguna dalam kehidupan atau bidang yang lain. Matematika juga tidak
membutuhkan banyak hapalan seperti mata pelajaran lain, hanya membutuhkan
latihan mengerjakan soal dan memahami rumus yang diberikan. Alasan lain yang
muncul sehingga senang dengan pelajaran matematika adalah siswa senang
dengan cara mengajar peneliti seɨingga mereka lebih termotivasi untuk belajar
matematika.
2. Pendapat Siswa Terhadap Penggunaan Media Komputer Dalam
Pembelajaran Matematika
Secara umum siswa menanggapi bahwa penggunaan alat peraga
matematika sangat baik diterapkan dalam kelas pada saat pelajaran matematika.

25
Siswa beranggapan dengan menggunakan alat peraga matematika membuat
konsep abstrak dalam matematika dapat dibawa ke dalam kehidupan nyata
sehingga mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan alat peraga matematika pada
saat pelajaran membuat siswa merasa lebih nyaman, kreatif, dan menimbulkan
sikap saling bekerja sama sehingga motivasi untuk belajar pada diri siswa itu
muncul. Bahkan siswa menginginkan agar penggunaan alat peraga matematika
dapat terus diterapkan selama pelajaran matematika untuk semua jenjang
pendidikan.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penggunaan media komputer dalam pembelajaran bangun datar dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 33
Makassar, yang indikatornya berupa perolehan skor rata-rata pada tes awal
(sebelum penggunaan media komputer) sebesar 48,12 setelah
dikategorisasikan berada dalam kategori rendah, dan mengalami
peningkatan pada Siklus I dan Siklis II (setelah penggunaan media
komputer) dengan skor rata-rata Siklus I dan Siklus II sebesar 80,25 dan
74,18 setelah dikategorisasikan berada dalam kategori tinggi.
2. Persentase kehadiran siswa mengalami peningkatan dari Siklus I sebanyak
88,09% menjadi 94,04% pada Siklus II
3. Siswa yang bertanya juga mengalami peningkatan pada Siklus I sebesar
7,14% dan pada Siklus II menjadi 10,71%
4. Siswa yang ribut dan mengganggu temannya mengalami penurunan. Pada
Siklus I sebesar 7,14% dan pada Siklus II sebesar 1,20%
5. Rasa percaya diri siswa meningkat dengan keberanian siswa mengacungkan
tangan untuk menuliskan jawabannya pada papan tulis. Terlihat pada Siklus
I persentasenya sebesar 27,38% dan meningkat menjadi 69,64% pada saat
Siklus II.
B. Saran
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dan aplikasinya
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka beberapa hal yang disarankan
antara lain sebagai berikut:
1. Penggunaan media haruslah dapat menuntun dan mengarahkan siswa
berpikir induktif menuju berpikir deduktif dan alat peraga itu dapat dibuat
sendiri dalam waktu singkat dan murah biayanya.

27
2. Sebagai tindak lanjut penerapan penggunaan alat peraga matematika pada
saat proses pembelajaran diharapkan kepada guru untuk lebih memberikan
keluwesan siswa untuk berekspresi dan berkreasi untuk dapat menemukan
sendiri dan menyimpulkan hubungan antar konsep bahkan rumus-rumus
dalam pelajaran matematika.
3. Melihat hasil penelitian yang diperoleh melalui penerapan penggunaan alat
peraga matematika dalam pembelajaran bangun ruang sangat bagus, maka
diharapkan kepada guru matematika agar dapat menggunakan alat peraga
matematika pada semua jenjang pendidikan dan pada pokok bahasan yang
lain.

28

Anda mungkin juga menyukai