Anda di halaman 1dari 16

11 LEMBARAN DAERAH

Oktober KABUPATEN LAMONGAN 12/E


2006 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN


NOMOR 15 TAHUN 2006

TENTANG

LEMBAGA KEMASYARAKATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LAMONGAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72


Tahun 2005, dan untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan desa dipandang perlu menetapkan Lembaga
Kemasyarakatan dalam Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur
(Diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950) ;
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389) ;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4493 ) yang ditetapkan dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548 ) ;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4587) ;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN LAMONGAN
dan
BUPATI LAMONGAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TENTANG LEMBAGA


KEMASYARAKATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lamongan ;
2. Pemerintahan Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ;
3. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan ;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan ;
5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Lamongan dengan persetujuan bersama Kepala Daerah ;
6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah di
Kabupaten Lamongan ;
7. Camat adalah Perangkat Daerah yang memimpin Kecamatan dalam
Kabupaten Lamongan ;

328
8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ;
10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa ;
11. Perangkat desa adalah unsur pemerintah desa yang terdiri dari
Sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya.
12. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD
adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa ;
13. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat ;
14. Pemuka-pemuka masyarakat adalah pemuka/tokoh dari kalangan
adat, agama, organisasi kemasyarakatan, Golongan profesi dan unsur
pemuka lainnya yang bertempat tinggal di desa yang bersangkutan
dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang
berlaku ;
15. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga
kemasyarakatan yang dibentuk dan diakui untuk memelihara dan
melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan
kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan ;
16. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah kumpulan dari
beberapa Rukun Tetangga.

BAB II
LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Pasal 2

(1) Di desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan.


(2) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berbentuk :
a. Rukun Tetangga ;
b. Rukun Warga ;

329
c. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga ;
d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ;
e. Karang Taruna ; dan
f. Lembaga kemasyarakatan lainnya.
(3) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pembentukannya didasarkan pada pertimbangan atas kebutuhan
masyarakat terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan
dimaksud.
(4) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan desa.

Pasal 3

(1) Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


ayat (1), mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan
merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat desa.
(2) Tugas lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :
a. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif.
b. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif.
c. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong
dan swadaya masyarakat.
d. Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam
rangka pemberdayaan masyarakat.

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)


lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi :
a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam
pembangunan ;
b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia ;
c. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat ;
d. Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan
hasil-hasil pembangunan secara partisipatif ;
e. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta
swadaya gotongroyong masyarakat ;
f. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahtaraan keluarga; dan
g. Pemberdayaan hak politik masyarakat.

330
Pasal 5

Kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat


terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui :
a. Peningkatan pelayanan masyarakat.
b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan.
c. Pengembangan kemitraan.
d. Pemberdayaan masyarakat.
e. Pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat setempat.

BAB III
RUKUN TETANGGA
Pasal 6

(1) Rukun Tetangga adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan


bentuk guyubnya masyarakat desa dalam membantu Pemerintah
Desa dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat,
memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan
masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan.
(2) Setiap Rukun Tetangga sekurang-kurangnya terdiri dari 30 (tiga
puluh) Kepala Keluarga.

Pasal 7

(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, setiap Rukun Tetangga


menyusun Pengurus.
(2) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari :
a. Ketua .
b. Sekretaris.
c. Bendahara
d. Seksi-seksi dan atau bidang-bidang ;
(3) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat dari anggota
masyarakat setempat.
(4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Rukun Tetangga adalah :
a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan berkedudukan
sebagai Kepala Keluarga dan atau sudah berkeluarga yang
dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK).

331
b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya
membantu Pemerintah Desa dalam menjalankan tugas
pelayanan kepada Masyarakat, memelihara kerukunan hidup
dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang
berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan.
c. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah desa.
(5) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 8

(1) Musyawarah Rukun Tetangga adalah wadah permusyawaratan dan


permufakatan anggota dalam lingkungan Rukun Tetangga.
(2) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berfungsi untuk :
a. memilih pengurus.
b. menentukan dan merumuskan program kerja.
c. menerima dan mensahkan pertanggungjawaban pengurus.
d. memecahkan permasalahan yang dinilai strategis.
(3) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
untuk menentukan dan merumuskan program kerja.
(4) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri sekurang-
kurangnya setengah (1/2) ditambah satu dari jumlah anggota.

Pasal 9

(1) Masa bhakti pengurus Rukun Tetangga ditetapkan 3 (tiga ) tahun


terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Desa dan
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya.
(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Rukun Tetangga mengadakan
musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

Pasal 10

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Rukun Tetangga dapat


diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar
waktu.
(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara
lain :
a. Berhalangan tetap ;

332
b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan
dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai pengurus;
c. Mengundurkan diri sebagai pengurus
d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

BAB IV
RUKUN WARGA
Pasal 11

(1) Rukun Warga adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan


bentuk guyubnya antar Rukun Tetangga dalam membantu Pemerintah
Desa dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat,
memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan
masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan.
(2) Setiap Rukun Warga sekurang-kurangnya terdiri dari 2 (dua) Rukun
Tetangga.

Pasal 12

(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, setiap Rukun Warga


menyusun Pengurus.
(2) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
dari:
a. Ketua ;
b. Sekretaris ;
c. Bendahara ;
d. Seksi-seksi dan atau bidang- bidang ;
(3) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih
dengan cara musyawarah dan mufakat oleh pengurus harian
RukunTetangga.
(4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Rukun Warga adalah :
a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan berkedudukan
sebagai Kepala Keluarga dan atau sudah berkeluarga yang
dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK) .
b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya
membantu Pemerintah Desa dalam menjalankan tugas
pelayanan kepada Masyarakat, memelihara kerukunan hidup
dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang
berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan.
c. Tidak berkedudukan sebagai Pengurus Rukun Tetangga.
d. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah desa.

333
(5) Pengurus Rukun Warga sebagaiaman dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 13

(1) Musyawarah Rukun Warga adalah wadah permusyawaratan dan


permufakatan anggota dalam lingkungan Rukun Warga.
(2) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berfungsi untuk :
a. Memilih pengurus.
b. Menentukan dan merumuskan program kerja.
c. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban pengurus.
d. Memecahkan permasalahan yang dinilai strategis.
(3) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
untuk menentukan dan merumuskan program kerja.
(4) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh Ketua
dan pengurus Rukun Warga serta Ketua atau Perwakilan Pengurus
Rukun Tetangga di lingkungan Rukun Warga.

Pasal 14

(1) Masa bhakti pengurus Rukun Warga ditetapkan 3 (tiga) tahun


terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Desa dan
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya.
(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Rukun Warga mengadakan
musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

Pasal 15

(1) Karena sebab- sebab tertentu, pengurus Rukun Warga dapat diganti
sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu.
(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara
lain :
a. Berhalangan tetap;
b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan
dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai pengurus
c. Mengundurkan diri sebagai pengurus
d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

334
BAB V
PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Pasal 16

(1) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah lembaga


kemasyarakatan yang membantu Pemerintah Desa dalam
menjalankan tugas dan fungsinya untuk memberdayakan dan
meningkatkan Kesejahteraan Keluarga.
(2) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), beranggotakan seluruh warga masyarakat
desa yang berkedudukan sebagai ibu dalam suatu rumah tangga.

Pasal 17

(1) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, terdiri


dari :
a. Ketua .
b. Sekretaris.
c. Bendahara
d. Seksi-seksi dan atau Kelompok Kerja-Kelompok Kerja
(2) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk Ketua dijabat oleh
Ibu/istri dari Kepala Desa, sedangkan untuk pengurus lainnya dipilih
dengan cara musyawarah dan mufakat oleh seluruh warga
masyarakat desa yang berkedudukan sebagai ibu rumah tangga.
(3) Apabila Kepala Desa belum beristri dan atau Kepala Desa dijabat
seorang Perempuan maka jabatan Ketua Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga dapat diisi oleh istri Sekretaris Desa, dan
atau pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
yang mampu ditunjuk sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga di Desa tersebut.
(4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga adalah :
a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan berkedudukan
sebagai Ibu rumah tangga.
b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya
membantu Pemerintah Desa dalam memberdayakan dan
meningkatkan Kesejahteraan Keluarga.
c. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah desa.

335
(5) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disebut Tim Penggerak
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Desa.
(6) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.

Pasal 18

(1) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana


dimaksud dalan Pasal 17 ayat (1), mengadakan musyawarah
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk
menentukan dan merumuskan program kerja.
(2) Musyawarah Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat
dilaksanakan apabila dihadiri oleh Pengurus dan Perwakilan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga di masing-masing
Rukun Tetangga.

Pasal 19

(1) Masa bhakti pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan


Keluarga adalah 3 (tiga ) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya
Keputusan Kepala Desa dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali
masa bhakti berikutnya.
(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga mengadakan musyawarah untuk
menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

Pasal 20

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Lembaga Pemberdayaan


Kesejahteraan Keluarga dapat diganti sebelum berakhir masa
bhaktinya melalui pergantian antar waktu.
(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara
lain :
a. Berhalangan tetap;
b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan
dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai pengurus
c. Mengundurkan diri sebagai pengurus
d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

336
BAB VI
LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pasal 21

(1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah lembaga


kemasyarakatan yang membantu Pemerintah Desa dalam
menjalankan tugas dan fungsinya untuk menyusun rencana
pembangunan, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan,
memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif
dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
(2) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), beranggotakan warga masyarakat desa yang memenuhi
syarat.

Pasal 22

(1) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, terdiri dari :


a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Seksi-seksi dan atau Bidang-bidang.
(2) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat
oleh perwakilan warga masyarakat desa.
(3) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat adalah :
a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus.
b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya
membantu Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan secara partisipatif.
c. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah desa.
(4) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 23

(1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 21 ayat (1) mengadakan musyawarah sekurang-kurangnya 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan
program kerja.
(2) Musyawarah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan
apabila dihadiri 2/3 dari seluruh Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat.

337
Pasal 24

(1) Masa bhakti pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah 3


(tiga ) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala
Desa dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti
berikutnya.
(2) Dalam akhir massa jabatan pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan
pertanggungjawaban.

Pasal 25

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Lembaga Pemberdayaan


Masyarakat dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui
pergantian antar waktu.
(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara
lain :
a. Berhalangan tetap;
b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan
dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai pengurus
c. Mengundurkan diri sebagai pengurus
d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
(4) Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 28

(1) Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27


ayat (1), mengadakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan program kerja.
(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah
dan dapat menetapkan keputusan apabila dihadiri 2/3 dari seluruh
Pengurus Lembaga Karang Taruna.

338
Pasal 29

(1) Masa bhakti pengurus Karang Taruna adalah 3 (tiga ) tahun terhitung
sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali
masa bhakti berikutnya.
(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Karang Taruna mengadakan
musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

Pasal 30

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Karang Taruna dapat diganti


sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu.
(2) Sebab- sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atara
lain :
a. Berhalangan tetap;
b. Nyata- nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan
dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai pengurus;
c. Mengundurkan diri sebagai pengurus
d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

BAB VIII
LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA
Pasal 31

Lembaga Kemasyarakatan Desa lainnya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 ayat (2) huruf f, dapat dibentuk yang didasarkan pada
pertimbangan atas kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan lembaga
kemasyarakatan.
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 32

Dana kegiatan Lembaga Kemasyarakatan dapat bersumber dari :


a. swadaya masyarakat.
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.
d. Bantuan Pemerintah Kabupaten.
e. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.

339
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten


Lamongan Nomor 42 Tahun 2000 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang


mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala
Daerah.

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Lamongan.

Ditetapkan di : Lamongan
Pada tanggal : 14 Agustus 2006

BUPATI LAMONGAN
Ttd,
MASFUK

340
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN
NOMOR 15 TAHUN 2006

TENTANG

LEMBAGA KEMASYARAKATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LAMONGAN,

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 42 Tahun
2000 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa yang pembentukannya didasarkan pada
ketentuan Pasal 47 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang
Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa perlu dilakukan peninjauan kembali.

Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah


Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka sebagai upaya memberdayakan masyarakat
di desa dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa dipandang perlu
menetapkan Lembaga Kemasyarakatan dalam Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian


atau menyamakan arti dalam penggunaan beberapa
istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 2 : Cukup jelas.

Pasal 3 ayat (2) huruf a : yang dimaksud adalah proses perencanaan


pembangunan yang melibatkan berbagai unsur
masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin
dan perempuan ;
huruf b : yang dimaksud dengan melibatkan masyarakat secara
demokratis, terbuka, dan bertanggungjawab untuk
memperoleh manfaat yang maksimal bagi masyarakat
serta terselenggaranya pembangunan yang
berkelanjutan.

341
huruf c : yang dimaksud adalah penumbuhkembangan dan
penggerakan prakarsa, partisipasi serta swadaya
gotong royong masyarakat yang dilakukan oleh kader
pemberdayaan masyarakat atau sebutan lainnya.
huruf d : yang dimaksud adalah untuk mempercepat
terwujudnya kemandirian masyarakat.

Pasal 4 : Cukup jelas.

Pasal 5 huruf c : Yang dimaksud dengan pengembangan kemitraan


adalah mengembangkan kerjasama yang saling
menguntungkan, saling percaya dan saling mengisi.

Pasal 6 s/d 16 : Cukup jelas.

Pasal 17 ayat (4) huruf a : Pembuktian terhadap Ibu Rumah Tangga dapat
dibuktikan dengan surat nikah.

Pasal 18 s/d 35 : Cukup jelas.

342

Anda mungkin juga menyukai