Anda di halaman 1dari 14

1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 14 TAHUN 2008

TENTANG

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 Peraturan


Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, serta
dalam upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui pemberdayaan dan peranserta
masyarakat dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan atau
sebutan lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra lurah dalam
memberdayakan masyarakat.

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut a diatas, dipandang


perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
tentang Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor


No mor 23 Tahun
T ahun 2000 tentang
tent ang
Pembentukan Popinsi Banten (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4010);

2. Undang-undang Nomor 10
10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4427);

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara nomor 4437);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang


Kelurahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 159,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588);

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007


tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007


tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 7


Tahun 2008 tentang Kelurahan (Lembaran Daerah
Tahun 2008 Nomor 07, Tambahan Lembaran Daerah
2

Nomor 0708);

Memperhatikan : 1. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi


Daerah Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Gerakan
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga.

2. Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat


Nomor : 25/KEP/MENKO/KESRA/II/2007 Tentang
Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Dan

BUPATI TA NGERANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG


LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang;
3. Bupati adalah Bupati Tangerang;
4. Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat sebagai Perangkat Daerah;
5. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah
Kabupaten dalam Wilayah kerja Kecamatan;
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah Lembaga yang dibentuk oleh
Masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Lurah
dalam memberdayakan masyarakat;
7. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang selanjutnya disingkat
LPMK adalah Wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai
mitra Pemerintah Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi
serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan;
8 Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah dalam rangka pelayanan pemerintah
dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Kelurahan;
9 Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya
sebagai mitra kerjanya yang ditetapkan oleh Kelurahan.

10. Karang Taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah


pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat
3

terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat


sederajat dan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang
secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial.
11. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kelurahan,
untuk selanjutnya disebut TP PKK Kelurahan adalah lembaga
kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan
organisasikemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator,
perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing
 jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK.
12. Kader Pemberdayaan Masyarakat, selanjutnya disingkat KPM adalah
anggota masyarakat Kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan
kemampuan untuk menggerakan masyarakat berpartisipasi dalam
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipasif
13. Badan Keswadayaan Masyarakat untuk selanjutnya disingkat BKM,
adalah Lembaga yang dibentuk melalui proses pemilu langsung dari,
oleh dan untuk masyarakat melalui pendampingan program PNPM
Mandiri yang berkedudukan di kelurahan.
14 Badan Keswadayaan Masyarakat Replikasi untuk selanjutnya
disingkat BKM Replikasi, adalah Lembaga yang dibentuk melalui
fasilitasi replikasi PNPM Mandiri, lembaga ini dibentuk pada lokasi
yang tidak mendapatkan fasilitasi program PNPM Mandiri perkotaan
yang berkedudukan di Kelurahan.
15. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, untuk selanjutnya
disingkat Gerakan PKK, adalah Gerakan Nasional dalam pembangunan
masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan
untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia dan berbudi luhur
16. Partisifasi adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara
aktif dalam proses perencanaan pembangunan
17. Pembangunan adalah upaya untuk melakukan proses perubahan
sosial kearah lebih baik bagi kepentingan masyarakat disegala
bidang.
18. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan,
perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan
pelatihan, konsultasi, upervise, monitoring, pengawasan umum, dan
evaluasi pelaksanaan penyelenggaran pemerintahan.
19. Pembangunan Partisipatif adalah pembangunan yang dilaksanakan dari,
oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan
serta pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan, dengan peranserta
seluruh lapisan masyarakat.
20. Swadaya masyarakat adalah bantuan atau sumbangan dari masyarakat
baik dalam bentuk uang, material dan non fisik dalam bentuk tenaga dan
pemikiran dalam kegiatan pembangunan.
21. Gotong royong masyarakat adalah kegiatan kerjasama masyarakat dalam
berbagai bidang pembangunan yang diarahkan pada penguatan persatuan
dan kesatuan masyarakat serta peningkatan peran aktif masyarakat dalam
pembangunan.

BAB II
PEMBENTUKAN
4

Pasal 2
(1). Lembaga Kemasyarakatan dapat dibentuk di setiap Kelurahan.
(2). Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk
atas prakarsa masyarakat dan/atau atas prakarsa masyarakat yang difasilitasi
Lurah melalui musyawarah dan mufakat .
(3). Hasil keputusan musyawarah pembentukan lembaga kemasyarakatan
ditetapkan dengan Keputusan Lurah.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3

Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pasal 2 mempunyai maksud:


a. Mendukung kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah kelurahan;
b. Mengoptimalkan kegiatan lembaga kemasyarakat di kelurahan.

Pasal 4

Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pasal 2 mempunyai tujuan:


a. Meningkatkan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat di kelurahan;
b. Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di kelurahan.

BAB IV
JENIS LEMBAGA KEMASYARATAN

Pasal 5
Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan terdiri dari:
a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK);
b. RT dan RW;
c. Karang Taruna;
d. Tim Penggerak PKK Kelurahan;
e. BKM/BKM Replikasi
f. Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

BAB V
TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 6
(1) Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mempunyai
tugas membantu Lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan,
pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
(2) Lembaga Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 mempunyai fungsi:
a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat;
b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat;
d. penyusunan rencana, pelaksana, dan pengelola pembangunan serta
pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara
partisipatif;
e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi, serta
swadaya gotong royong masyarakat;
f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumberdaya serta
5

keserasian lingkungan hidup;


g. pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat
terlarang (narkoba) bagi remaja;
h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga;
i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan
 j. pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah dan
masyarakat.

Pasal 7
Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui:
a. peningkatan pelayanan masyarakat;
b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan;
c. pengembangan kemitraan;
d. pemberdayaan masyarakat; dan
e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat
setempat.

Pasal 8
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan secara
partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan
mengendalikan pembangunan.

Pasal 9
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 mempunyai fungsi:
a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan;
b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat;
d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif;
e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat; dan
f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam serta
keserasian lingkungan hidup.

Pasal 10
RT dan RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b mempunyai tugas
membantu Lurah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Pasal 11
RT dan RW dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
mempunyai fungsi:
a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;
b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan
d. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya.

Pasal 12
Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c mempunyai tugas
menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi
6

generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan


potensi generasi muda di lingkungannya.

Pasal 13
Karang Taruna dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
mempunyai fungsi:
a. penyelenggara usaha kesejahteraan sosial;
b. penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat;
c. penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di
lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta
berkesinambungan;
d. penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya;
e. penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
 jawab sosial generasi muda;
f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan,
kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
g. pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
 jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan
kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya;
h. penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial;
i. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan
dengan berbagai sektor lainnya;
 j. penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual;
k. pengembangan kreatifitas remaja, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan
obat terlarang (narkoba) bagi remaja; dan
I. penanggulangan masalah-masalah sosial, baik secara preventif, rehabilitatif
dalam rangka pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang
(narkoba) bagi remaja.

Pasal 14
(1) Tim Penggerak PKK Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d
mempunyai tugas membantu Lurah dan merupakan mitra dalam pemberdayaan
dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
(2) Tugas Tim Penggerak PKK Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. menyusun rencana kerja PKK Kelurahan, sesuai dengan hasil Rakerda
Kabupaten/Kota;
b. melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati;
c. melaksanakan penyuluhan dan menggerakkan kelompok-kelompok PKK
pada tingakat RT dan RW agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang
telah disusun dan disepakati;
d. menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat,
khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai
dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan;
e. melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang
mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga
sejahtera;

f. mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program


kerja;
g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan
7

kesejahteraan keluarga di kelurahan;


h. membuat laporan hasil kegiatan kepada Tim Penggerak PKK Kecamatan
dengan tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK
Kelurahan.
i. melaksanakan tertib administrasi; dan
 j. mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak
PKK Kelurahan dan Kecamatan.

Pasal 15
Tim Penggerak PKK Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 mempunyai fungsi:
a. penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu
melaksanakan program PKK; dan
b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing
Gerakan PKK

Pasal 16
Tugas, Pokok dan Fungsi BKM Replikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VI
KEPENGURUSAN

Pasal 17
(1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan terdiri dari :
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara; dan
d. Seksi-seksi disesuaikan dengan kebutuhan.
(2) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
boleh merangkap jabatan pada Lembaga Kemasyarakatan lainnya dan bukan
merupakan pengurus salah satu partai politik.
(3) Masa bhakti pengurus Lembaga Kemasyarakatan di kelurahan selama 3 (tiga)
tahun  terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk periode
berikutnya.
(4) Masa bhakti Tim Penggerak PKK di kelurahan disesuaikan dengan masa jabatan
Lurah terhitung sejak pengangkatan Lurah.

Pasal 18
Lembaga Kemasyarakatan mempunyai hak sebagai berikut :
a. Menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada Lurah mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan proses pembangunan ;
b. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan di wilayah
kerjanva.

Pasal 19

Pengurus Lembaga Kemasyarakatan mempunyai kewajiban sebagai berikut :


a. Membantu mewujudkan kerukunan hidup bermasyarakat ;
b. Melaksanakan tugas pokok Lembaga Kemasyarakatan ;
c. Melaksanakan Keputusan musyawarah anggota ;

d. Membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit 3 (tiga )


bulan sekali kepada Camat dengan tembusan Lurah dan Ketua RW;
e. Menyampaikan permasalahan yang timbul dalam masyarakat dan
8

menyelesaikan secara bersama-sama dengan Lurah

Pasal 20

Pengurus Lembaga Kemasyarakatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
b. Setia dan taat kepada Pascasila dan Undang - Undang Dasar 1945 ;
c. Penduduk tetap berdomosili di Kelurahan yang bersangkutan.
d. Berpendidikan sekurang - kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
atau sederajat;
e. Berumur sekurang - kurangnya 21 tahun atau pernah menikah ;
f. Sehat jasmani dam rohani;
g. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada
masyarakat ;
h. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;
i. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap;
 j. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat setempat ;
k. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun
masyarakat ;
l. Tidak menjabat sebagai aparatur pemerintah di tingkat Kelurahan setempat;

BAB VII

TATACARA PEMBENTUKA N DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 21
Tata cara pemilihan pengurus LPMK adalah :
a. Seluruh anggota pengurus dipilih dari calon yang diajukan oleh masing-
masing RW yang sebelumnya telah dimusyawarahkan bersama masing-
masing RT dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender;
b. Masing-masing RW wajib mengajukan calon keanggotaan pengurus minimal 2
(dua) orang;
c. Pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah dan atau melalui
pemungutan suara yang difasilitasi oleh Lurah;
d. Pengurus terpilih dimaksud huruf c dituangkan dalam berita acara yang
selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Lurah.

Pasal 22

Tata cara pemberhentian pengurus LPMK adalah


a. Apabila terdapat pengurus LPMK yang berhenti atau diberhentikan sebelum
masa bhaktinya berakhir, maka selambat-lambatnya dalam waktu 3 ( tiga ) bulan
harus dilakukan penggantian.
b. Pengisian pengurus LPMK yang berhenti atau diberhentikan diusulkan melalui
rapat LPMK yang difasilitasi oleh Lurah
c. Penetapan Pengurus pengganti dimaksud huruf b ditetapkan dengan
Keputusan Lurah.

Pasal 23
Tata cara pemilihan pengurus RT adalah :
a. Setiap RT terdiri dari Kepala Keluarga yang jumlahnya ditetapkan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) Kepala Keluarga dan
sebanyak-banyaknya 50 (lima puluh) Kepala Keluarga dan atau sesuai kebutuhan.

b. RT dibentuk melalui musyawarah atau pemilihan langsung oleh para Kepala


Keluarga atau yang mewakili dan dihadiri Ketua RW setempat
c. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud huruf b dituangkan dalam berita acara
yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Lurah.
9

Pasal 24
Tata cara pemberhentian pengurus RT adalah
a. Apabila terdapat pengurus RT yang berhenti atau diberhentikan sebelum masa
bhaktinya berakhir, maka selambat-lambatnya dalam waktu 3 ( tiga ) bulan harus
dilakukan penggantian;
b. Pengisian pengurus RT yang berhenti atau diberhentikan diusulkan melalui
rapat RT yang difasilitasi oleh RW;
c. Penetapan Pengurus pengganti dimaksud huruf b ditetapkan dengan
Keputusan Lurah.

Pasal 25
Tata cara pemilihan pengurus RW adalah :
a. Setiap RW terdiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) RT dan sebanyak-banyaknya 7
(tujuh) RT dan atau sesuai kebutuhan;
b. RW dibentuk melalui musyawarah atau pemilihan langsung oleh kepala keluarga
setempat dan dihadiri Lurah setempat;
c. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud huruf b dituangkan dalam berita acara
yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Lurah.

Pasal 26
Tata cara pemberhentian pengurus RW adalah
a. Apabila terdapat pengurus RW yang berhenti atau diberhentikan sebelum masa
bhaktinya berakhir, maka selambat-lambatnya dalam waktu 3 ( tiga ) bulan harus
dilakukan penggantian.
b. Pengisian pengurus RW yang berhenti atau diberhentikan diusulkan melalui
rapat RW yang difasilitasi oleh Lurah
c. Penetapan Pengurus pengganti dimaksud huruf b ditetapkan dengan
Keputusan Lurah

Pasal 27
Tata cara pemilihan Pengurus Karang Taruna adalah :
a. Pemilihan Pengurus Karang Taruna mengacu kepada Anggaran Dasar Anggaran
Rumah Tangga (ADART) Karang Taruna.
b. Pengurus Karang Taruna dibentuk melalui musyawarah oleh pengurus RW dan
RT setempat dan dihadiri Lurah;
c. Penetapan Pengurus Karang Taruna dimaksud huruf b ditetapkan dengan
Keputusan Lurah.

Pasal 28
Tata cara pemberhentian Pengurus Karang Taruna adalah :
a. Apabila terdapat Pengurus Karang Taruna yang berhenti atau diberhentikan
sebelum masa bhaktinya berakhir, maka selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga)
bulan harus dilakukan penggantian.
b. Pengisian Pengurus Karang Taruna yang berhenti atau diberhentikan
diusulkan melalui rapat RT dan RW yang difasilitasi oleh Lurah.
c. Penetapan Pengurus Karang Taruna pengganti dimaksud huruf b ditetapkan
dengan Keputusan Lurah.

Pasal 29
Tata cara pemilihan atau pengangkatan dan pemberhentian Tim Penggerak PKK
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 30
Lembaga Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu Kader
Pemberdayaan Masyarakat (KPM).
10

BAB VIII
KADER PEMBERDAYAAN MASYARAK AT
Pasal 31

(1) KPM berkedudukan di Kelurahan.


(2) KPM dibentuk dikelurahan berdasarkan keputusan lurah;
(3) Pembentukan KPM sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui proses
pemilihan dari calon-calon KPM;
(4) KPM berjumlah antara 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) kader yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.

Pasal 32
Syarat-syarat calon KPM adalah:
a. Warga Kelurahan lakki-laki dan Perempuan yang bertempat tinggal secara tetap
di kelurahan yang bersangkutan;
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Berkelakuan Baik dan Menjadi tauladan dilingkungannya, dikenal dan diterima
oleh masyarakat setempat;
d. Sehat Jasmani dan Rohani;
e. Mempunyai komitmen untuk bekerja purna waktu dalam membangun Kelurahan;
f. Mengutamakan pengurus Lembaga Kemasyarakatan, Pemuka Masyarakat,
Pemuka agama, pemuka adat, guru, tokoh pemuda dan sebagainya;
g. Batas umur yang disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan dan potensi
Kelurahan;
h. Pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, dan potensi
Kelurahan;
i. Mempunyai mata pencaharian tetap;
 j. Memenuhi persyaratan lain yang dianggap perlu oleh Kelurahan.

Pasal 33

Dalam proses pemilihan KPM sebagai sebagaimana dimaksud, Lurah bersama


pengurus Lembaga Kemasyarakatan melakukan langlah-langkah:
a. Menyepakati syarat-syarat sesuai kondisi kelurahan yang dapat dipenuhi untuk
calon KPM;
b. Membentuk tim seleksi calon KPM yang terdiri dari unsur aparat Pemerintah
Kelurahan dan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Kepala
Kelurahan;
c. Mengumumkan pendaftaran melalui selebaran atau media lain yang sesuai
kondisi Kelurahan;
d. Melakukan seleksi sesuai kesepakatan seperti syarat administratif dan
wawancara;
e. Calon KPM yang dinyatakan lulus, ditetapkan dengan keputusan Lurah;
f. Calon KPM diajukan kepada Bupati melalui Camat untuk mengikuti pelatihan
Kader Pemberdayaan Masyarakt;

g. Calon KPM yang telah mengikuti pelatihan pemberdayaan masyarakat dengan


baik, dikukuhkan secara resmi melalui Keputusan Lurah.

Pasal 34
11

Dalam pembentukan KPM, Pemerintah Kabupaten melakukan:


a. Penyelenggaraan pelatihan bagi calon KPM;
b. Pemberian Sertifikat/surat keterangan telah mengikuti pelatihan kepada calon
KPM yangtelahmengikuti pelatihan dengan baik;
c. Dapat melakukan pemberian identitas diri sebagai KPM berupa kartu KPM.

Pasal 35
KPM yang pindah dari kelurahan lain, apabila melaporkan diri dan menunjukkan
kartu identitas KPM kepada Pemerintah Kelurahan yang baru, yang bersangkutan
dapat dikukuhkan sebagai KPM apabila di kelurahan yang bersangkutan masih
belum mencapai 10 (sepuluh) orang.

Pasal 36

KPM mempunyai tugas membantu Lurah dan Lembaga Kemasyarakatan dalam


pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif, yang meliputi:
a. Menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembangunan diwilayahnya;
b. Membantu masyarakat dalam mengartikulasikan kebutuhannya dan membantu
mengidentifikasi masalah;
c. Membantu masyarakat mengembangkan kapasitas agar dapat menangani
masalah yang dihadapi secara efektif;
d. Mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan untuk benar-benar
mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat;
e. Melakukan pekerjaan purna waktu untuk menghadiri pertemuan/musyawarah,
membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses terhadap berbagai
pelayanan yang dibutuhkan.

Pasal 37

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, KPM


mempunyai fungsi:
a. Pengidentifikasian masalah, kebutuhan dan sumber daya pembangunan yang
dilakukan secara partisipatif;
b. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat bersama lembaga
Kemasyarakatan kepada Kelurahan;
c. Penyusunan rencana pembangunan dan fasilitasi musyawarah perencanaan
pembangunan secara partisipatif, dan seterusnya.

Pasal 38

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35,
KPM mempunyai peran sebagai:
a. Mempercepat perubahan (enabler), yaitu membantu masyarakat untuk
mengidentifikasi masalah, mengembangkan kapasitas agar dapat menangani
masalah yang dihadapi secara lebih efektif dan mengembangkan hubungan
diantara pemeran/stakeholders pembngunan dengan lebih baik:
b. Perantara (mediator), yaitu melakukan mediasi individu atau kelompok dalam
masyarakat yang membutuhkan bantuan atau pelayanan masyarakat atau
kelompok

c. pendidik (educator), yaitu secara aktif memberikan berbagai masukan yang positif
dan langsung sebagai bagian dari pengalaman-pengalamannya. Membangkitkan
kesadaran individu atau kelompok warga masyarakat bahwa ketidakberdayaan
mereka disebabkan oleh ketidaksadarannya pada berbagai masalah yang ada
12

pada dirinya. Memberi informasi melalui kegiatan belajar-mengajar untuk


mendidik dan membiasakan warga yang didampinginya berfikir lebih matang
secara komprehensif. Menularkan dan membagi pengalaman dan pengetahuan
yang telah diperoleh selama menjadi pendamping kepada masyarakat;
d. perencana (planner), yaitu mengumpulkan data mengenai masalah yang terdapat
dalam masyarakat, kemudian menganalisa dan menyajikan alternatif tindakan
yang rasional untuk menangani masalah dan mengembangkan program
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan patisipatif;
e. advokasi ( advocation), yaitu memberikan advokasi dani atau mewakili kelompok
masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun pelayanan dan mendorong
Lurah untuk mau mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhan
masyarakat;
f. aktivis (activist), yaitu melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar
dengan tujuan pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok yang
kurang mendapatkan keuntungan. Memperhatikan isu-isu tertentu, menstimulasi
kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan untuk mengorganisir diri dan
melakukan tindakan melalui negosiasi dalam mengatasi konflik; dan
g. pelaksana teknis (technical roles), yaitu mengorganisir warga masyarakat, tetapi
 juga melaksanakan tugas-tugas teknis seperti mengumpulkan data, mengolah
data, menganalisis, mengoperasikan komputer, menulis, presentasi dan mengatur
serta mengendalikan keuangan.

Pasal 39

KPM dalam melaksanakan tugas, fungsi dan peran sebagaimana dimaksud Pasal 37
melakukan 10 (sepuluh) langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Penyiapan diri KPM dan LPMK
b. Pendataan umum dan prioritas lokasi garapan
c. Penyiapan masyarakat
d. Pendataan bersama masyarakat
e. Penyusunan rencana pembangunan bersama masyarakat
f. Penyusunan prioritas usulan rencana pembangunan di kelurahan
g. Pengorganisasian dan pengerahan swadaya gotong royong
h. Pelaksanaan dan pembinaan kegiatan pembangunan
i. Penilaian dan pelaporan keberhasilan pembangunan
 j. Tindak lanjut hasil pembangunan

BAB IX
HUBUNGAN KERJA
Pasal 40
(1) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan dengan Lurah bersifat kemitraan,
konsultatif dan koordinatif.
(2) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan dengan Lembaga Kemasyarakatan
lainnya di kelurahan bersifat koordinatif dan konsultatif.
(3) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan dengan pihak ketiga di Kelurahan
bersifat kemitraan.
(4) Hubungan kerja Kader Pemberdayaan Masyarakat dengan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat yaitu :
a. memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
dan pembangunan partisipatif;
b. membantu seluruh kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
partisipatif;

c. kerjasama yang saling mendukung secara integratif dan sinergis;


d. sinkronisasi, integrasi dan harmonisasi kegiatan pemberdayaan masyarakat
dan pembangunan partisipatif; dan
e. memberikan pendampingan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
13

pembangunan partisipatif .

BAB X
PEMBINAAN

Pasal 41
Pemerintah Kabupaten dan Camat wajib membina dan mengawasi Lembaga
Kemasyarakatan.

Pasal 42
Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 meliputi :
a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan Lembaga
Kemasyarakatan;
b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan dan
pengembangan Lembaga Kemasyarakatan;
d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta
pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan;
e. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Lembaga
Kemasyarakatan; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Lembaga
Kemasyarakatan;
f. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan Lembaga
Kemasyarakatan.

Pasal 43

Pembinaan dan Pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39


meliputi :
a. memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban Lembaga
Kemasyarakatan;
b. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
c. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat;
d. memfasilitasi kerjasama antar Lembaga Kemasyarakatan dan kerjasama
Lembaga Kemasyarakatan dengan pihak ketiga;
e. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada Lembaga
Kemasyarakatan; dan
f. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan Lembaga
Kemasyarakatan.
BAB XI
PENDANAAN
Pasal 44
Pendanaan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan bersumber dari :
a. Swadaya masyarakat;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten;
c. bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten; dan
d. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat;

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45
14

Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

 Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinva, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan di : Tigaraksa
Pada tanggal : 31 Desember 2008

Diundangkan di : Tigaraksa
Pada Tanggal :

Anda mungkin juga menyukai