Puji Amanda Ibrahim (FRAKTUR CRURIS)
Puji Amanda Ibrahim (FRAKTUR CRURIS)
PENDAHULUAN
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma
tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang,
biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik
tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi.
Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu
sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis.
1
(dengan operasi), (2) mempertahankan reduksi (immobilisasi) yaitu tindakan untuk
mencegah pergeseran dengan traksi terus-menerus, pembebatan dengan gips,
pemakaian penahan fungsional, fiksasi internal dan fiksasi eksternal.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang yang terjadi pada os
tibia dan fibula.1
B. EPIDEMIOLOGI
Salah satu jenis fraktur yang paling sering terjadi pada ekstremitas bawah
adalah fraktur cruris. Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia
dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal, diafisis, atau persendian
pergelangan kaki. Fraktur pada lokasi ini sangat sering dijumpai pada kecelakaan
lalu lintas. Menurut data Depkes RI (2011), dari 45.987 orang dengan kasus fraktur
ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775
orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang
kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
C. ANATOMI
Regio Cruris
Regio cruris terletak di tungkai bawah dan terdiri dari 2 tulang yaitu tibia
dan fibula. Fascia profunda membungkus tungkai bawah dan di atas menyatu
dengan fascia profunda tungkai atas. Dibawah condylus tibia, fascia melekat pada
margo anterior dan medial dari tibia, disini fascia ini akan bergabung dengan
periosteum. Dua septum intermusculorum berjalan dari aspek profundanya untuk
3
melekat pada fibula. Septum ini bersama dengan membrana interossea membagi
tungkai bawah menjadi tiga ruang yaitu ruang anterior, lateral dan posterior. 2
Ruang anterior tungkai bawah berisi :
- Otot : m. tibialis anterior, m. extensor digitorum longus, m.peroneus,
tertius, dan m.extensorum hallucis longus
- Vascularisasi : a. tibialis anterior
- Persarafan: n.peroneus profundus
4
(Gambar. ruang anterior cruris) (Gambar. ruang lateral cruris)
5
Membrana interossea menyatukan tibia dan fibula serta menyediakan tempat untuk
perlekatan otot-otot yang ada disekitarnya. 2
Os Tibia
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi
menyanggah berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan caput
fibulae, dibawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung atas
yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil.
Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah depan yang
hanya dilapisi kulit, sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen
frakturnya bergeser. Karena berada langsung dibawah kulit sering ditemukan juga
fraktur terbuka. 3
Os Fibula
Fibula adalah tulang lateral tungkai bawah yang langsing. Tulang ini tidak
ikut berartikulasi pada artikulatio genus, tetapi dibawah tulang ini membentuk
malleolus lateralis dari artikulatio talocruralis. Tulang ini tidak berperan dalam
menyalurkan berat badan, tetapi merupakan tempat melekat otot-otot. Fibula
mempunyai ujung atas yang melebar, corpus dan ujung bawah. 2
6
(Gambar. Tulang pada regio cruris)
D. PATOFISIOLOGI
Tabrakan High-energy dari mobil atau motor umumnya sebagai penyebab
dari fraktur cruris. Dalam kasus seperti ini, fragmen tulang dapat dibagi menjadi
beberapa bagian (fraktur comminuted). Patah tulang ini biasanya disebabkan oleh
kekuatan memutar dan hasil dalam tipe miring atau spiral fraktur. Pada cidera tak
langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit. Pada cidera
langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. 1
7
E. KLASIFIKASI 3,4,5
8
Klasifikasi fraktur berdasarkan etiologi :
9
F. DIAGNOSA 4,5,6
10
- Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).
Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.
- Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati.
- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.
- Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan.
Move (pergerakan)
- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada
sendinya.
- Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri
hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar,
disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf.
11
3. Pemeriksaan Penunjang
- Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan
jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang
bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan
radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis:
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.
Untuk konfirmasi adanya fraktur.
Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya.
Untuk mengetahui teknik pengobatan.
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.
Untuk melihat adanya benda asing.
12
Dua tungkai
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto
pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.
Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu,
sebagai akibat resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian
dapat memudahkan diagnosis.
- Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu
dinyatakan apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan
lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.
Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur,
misalnya penyembuhan fraktur transversal lebih lambat dari fraktur oblik karena
kontak yang kurang. Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata
pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur
kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya cara yang dapat
membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat penting untuk visualisasi
fraktur secara tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop scanning berguna untuk
mendiagnosis fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.
G. PENATALAKSANAAN 3,4
Penatalaksanaan Fraktur :
Non Operatif
1. Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan tarikan
atau traksi.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips dalam
7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.
13
3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan
Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen
tiap 6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan,
rehabilitasi ankle, memperkuat otot quadriceps yang nantinya diharapkan dapat
mengembalikan ke fungsi normal
Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:
a. Absolut
- Pemendekan
- Fraktur tibia dengan fibula intak
- Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama
Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Fiksasi eksternal
a. Standar
Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang
hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka
dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih
14
kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat
memperlambat kemungkinan penyembuhan. Di bawah ini merupakan gambar
dari fiksasi eksternal tipe standar.
b. Ring Fixators
Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis
cincin dan kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat
digunakan untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan
pada fraktur tertutup tipe kompleks. Di bawah ini merupakan gambar
pemasangan ring fixators pada fraktur diafisis tibia.
15
komplikasi pada penyembuhan luka operasi. Berikut ini merupakan gambar
penatalaksanaan fraktur dengan ORIF.
d. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau
tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang
cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak. Di bawah ini adalah
gambar dari penggunaan intramedullary nailing.
2. Amputasi
Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus
tibia dan pada crush injury dari tibia.
16
H. KOMPLIKASI 3,4
1) Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal
fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena luka
yang tidak steril.
2) Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi
terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya
peredaran darah ke fragmen.
3) Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5 bulan
mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan pergerakan
pada tempat fraktur.
4) Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi
suplay darah.
5) Mal union
Terjadi pnyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti
adanya angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.
6) Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.
7) Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.
Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot tungkai
bawah.
8) Sindroma kompartemen
Sebuah kondisi di mana tekanan dalam kompartemen otot menjadi begitu
tinggi, sehingga suplai darah ke daerah tersebut terganggu.
I. PROGNOSIS 4,5
17
fraktur yang sulit disatukan kembali fragmen-fragmen yaitu fraktur pada tulang
ulna, tulang radius, tulang fibula dan tulang tibia. Fraktur pada daerah elbow, caput
femur dan cruris dapat menyebabkan kematian karena pada daerah tersebut dilewati
saraf besar yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang. Prognosis fraktur
tergantung dari jenis fraktur, usia penderita, letak, derajat keparahan, cepat dan
tidaknya penanganan. Prognosis pada pasca operasi fraktur cruris 1/3 distal
tergantung pada jenis dan bentuk fraktur, bagaimana operasinya, dan peran dari
fisioterapi.
Prognosis dikatakan baik jika penderita secepat mungkin dibawa ke rumah
sakit sesaat setelah terjadi trauma, kemudian jenis fraktur yang diderita ringan,
bentuk dan jenis perpatahan simple, kondisi umum pasien baik, usia pasien relative
muda, tidak terdapat infeksi pada fraktur dan peredaran darah lancar.
Penanganan yang diberikan seperti operasi dan pemberian internal fiksasi
juga sangat mempengaruhi terutama dalam memperbaiki struktur tulang yang
patah. Setelah operasi dengan pemberian internal fiksasi berupa plate and screw,
diperlukan terapi latihan untuk mengembalikan aktivitas fungsionalnya. Pemberian
terapi latihan yang tepat akan memberikan prognosis yang baik bilamana (1) quo
ad vitam baik jika pada kasus ini tidak mengancam jiwa pasien, (2) quo ad sanam
baik jika jenis perpatahan ringan, usia pasien relative muda dan tidak ada infeksi
pada fraktur, (3) quo ad fungsionam baik jika pasien dapat melakukan aktivitas
fungsional, (4) quo ad cosmeticam yang disebut juga dengan proses remodeling
baik jika tidak terjadi deformitas tulang. Dalam proses rehabilitasi, peran fisioterapi
sangat penting terutama dalam mencegah komplikasi dan melatih aktivitas
fungsionalnya.
18
BAB III
KESIMPULAN
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma
tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang,
biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik
tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi.
Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu
sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis.
Prinsip menangani fraktur meliputi: (1) reduksi yaitu memperbaiki posisi (2)
mempertahankan reduksi (immobilisasi) yaitu tindakan untuk mencegah pergeseran
dengan traksi terus-menerus, pembebatan dengan gips, pemakaian penahan
fungsional, fiksasi internal dan fiksasi eksternal.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Graham, A.Apley & Louis Solomon. 1995. Ortopedi dan Farktur Sistem
Apley. Jakarta : Penerbit Widya Medika.
2. Snell, Richard S. 2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta : EGC.
3. Sjamsuhidajat, de Jong. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
4. Rasjad, Prof.Chairuddin, MD.,Ph.D. 2007. Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone.
5. Mahyudin, Lestari. 2010. Fraktur Diafisis Tibia.
6. Norkin and White, 1995; Measurement of Joint Motion a Guide to
Goniometry; Second Edition, F.A Davis Company , Philadelpia.
20