Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN I

Sub-sub kompetensi :

Mempraktikkan surveilans dalam praktik kebidanan

Capaian Pembelajaran ( Indikator ) :

Memahami surveilans dalampraktik kebidanan

Materi Perkuliahan :

Mampu menjelaskan :

1. Definisi surveilans
a. Menurut DCP 2, 2008 ( Diseases Control Priority Project )
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis dan analisis data secara
terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan ( disebarluaskan ) kepada
ppihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya.
b. Menurut WHO
Proses pengumpulan data,pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan
terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan.
c. Menurut German,2001
Surveilans kesehatan masyarakat (public health surveilans) adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan
interpretasi data mengenai peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam
meningkatkan status kesehatan.
d. Menurut Thacker,2000
Surveilans epidemiologi adalah suatu rangkaian yang dilakukan secara terus menerus dan
sistematik dalam mengumpulkan,mengolah,menganalisis dan menginterpretasi data
peristiwa kesehatan yang bermutu untuk perencanaan,pelaksnaan dan penilaian terhadap
upaya pelayanan kesehatan masyarakat disertai dengan penyebar luasan informasi tersebut
kepada pihak lintas terkait.

2. Prinsip surveilans
a. Cepat
Informasi yang diperoleh dengan cepat ( rapid) dan tepat waktu (timely) memungkinkan
tindakan segera unruk mengatasi masalah yang diidentifikasi. Investigasi lanjutan hanya
dilakukan jika diperlukan informasi tertentu dengan lebih mendalam.
Kecepatan surveilans dapat ditingkatkan melalui sejumlah cara :
a.1 Melakukan analisis sedekat munngkin pelapor data primer, untuk mengurangi “lag” (
beda waktu) yang terlalu panjang antara laporan dan tanggapan.
a.2 Melembagakan pelaporan wajib untuk sejumlah penyakit tertentu (notifiable diseases)
a.3 Mengikutsertakan sector swasta melalui peraturan perundangan
a.4 Melakukan fasilitas agar keputusan diambil dengan cepat menggunakan hasil surveilans
a.5 Mengimplementasikan system umpan balik tunggal,teratur, dua arah dan segera.
b. Akurat
Surveilans yang efektif memiliki sensitivitas tinggi, yakni sekecil mungkin terjjadi hasil
negative palsu. Aspek akurasi lainnya adalah spesifisitas, yakni sejauh mana hasil positif
palsu.
Akurasi surveilans dipengaruhi beberapa factor :
b.1 Kemampuan petugas
b.2 Infrastruktur laboratorium
c. Reliable
Standart, seragam,reliable,kontinu. Definisi kasus, alat ukur, maupun prosedur yang
standart pentinng dalam system surveilans agar diperoleh informasi yang konsisten.
System surveilans yang efektif mengukur secara continue sepanjang waktu, bukannya
intermiten atau sporadic, tentang insiden kasus penyakit untuk mendeteksi kecenderungan.
Pelaporan rutin data penyakit yang harus dilaporkan ( reportable diseases) dilakukan
seminggu sekali.
d. Representative dan lengkap
System surveilans diharapkan memonitor situasi yang sesungguhnya terjadi pada populasi.
Konsekuensinya, data surveilans dapat menemui kendala jika penggunaan kapasitas tenaga
petugas telah melampaui batas, khususnya ketika waktu petugas surveilans terbagi antara
tugas surveilans dan tugas pemberian pelayanan kesehatan lainnya.
e. Sederhana, fleksibel ( mudah di sesuaikan) dan akseptabel ( mudah diterima )
System surveilans yang efektif perlu sederhana dan praktis, baik dalam organisasi, struktur
maupun operasi. Data yang dikumpulkan harus relevan dan terfokus. Format pelaporan
fleksibel, bagian yang sudah tidak berguna di buang. System surveilans yang buruk biasanya
terjebak untuk menambah sasaran baru tanpa membuang sasaran lama yang sudah tidak
berguna, dengan akibat membebani pengumpul data. System surveilans harus dapat
diterima oleh petugas surveilans, sumber data,otoritas terkait surveilans, maupun
pemangku surveilans lainnya. Untuk memelihara komitmen perlu pembaharuan secara
berkala pada setiap level operasi.
f. Penggunaan (uptake)
Manfaat system surveilans ditentukan oleh sejauh mana informasi surveilans digunakan
oleh pembuat kebijakan, pengambil keputusan, maupun pemangku surveilans pada
berbagai level. Rendahnya penggunaan data surveilanns merupakan masalah di banyak
Negara berkembang dan beberapa Negara maju. Salah satu cara mengatasi problem ini
adalah membangun network dan komunikasi yang baik antara peneliti, pembuat kebijakan,
dan pengambil keputusan.
3. Macam surveilans
a. Surveilans individu
(individual surveilace) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak
dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberculosis, tifus, demam kuning, sifilis.
Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadapa
kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama inkubasi seandainya terjadi
infeksi ( Last,2001)
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980 an dan SARS. Dikenal
dua jenis karantina (1) karantina total, (2) karantina parsial.
Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular
selama masa inkubasi , untuk mencegah kontak dengan orang yang tak papar.
Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan
perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah
diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa
diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan,
sedang di pos pos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis,
etika, moral, dan filosofi tentang legatimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah
pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat ( Bensimon dan
Upshur, 2007).
b. Surveilans penyakit
Surveilans penyakit ( disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap
distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidassi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan
lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.
Di banyak Negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program
vertical ( pusat –daerah ). Contoh, program surveilans tuberculosis, program surveilans
malaria.
c. Surveilans sindromik
Syndromic surveilans ( multiple disease surveillance ) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikatoor-indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bias diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik
mengamati indicator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda,
atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk
flu burung dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan
sebagai instrument untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung ( Mandl et al,2004;
Sloan et al,2006).
Suatu system yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(DCP2,2008; Erme dan Quade,2010).
d. Surveilans berbasis laboratorium
Surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit
infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap
daripada system yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik ( DCP2,2008).
e. Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan
surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (Negara/provinsi/kabupaten/kota) sebagai sebuah
pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur,proses, dan personalia
yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu (WHO,2001,2002; SLOAN ET
AL,2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu : (1) Memandang surveilans sebagi pelayanan
bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3)
Menggunakan pendekatan fungsional, bukan structural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi
inti surveilans (yakni,pelatihan dan supervise,penguatan
laboratorium,komunikasi,manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans
dengan pengendalian penakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans
terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang
berbeda (WHO,2002).
f. Surveilans kesehatan masyarakat global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang
serta organism, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas Negara. Konsekuensinya,
masalah-masalah yang dihadapi Negara-negara berkembang dan Negara maju di dunia
makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khusunya menuntur
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang menyatukan para praktisi
kesehatan, peneliti,pemerintah,dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas Negara. Ancaman aneka
macam penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang
muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (new
emerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan actor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan
keamanan dan ekonomi (Calain,2006;DCP2,2008).
4. Komponen surveilans
Komponen –komponen yang harus ada dalam surveilans :
a. Pengumpulan data
 Data pasif : RS,Puskesmas ( data sekunder )
 Data aktif : pengumpulan data KLB, program
 Pengolahan data (tabel,grafik menurut umur, tempat, waktu, dsb)
b. Analisis data
Mengelompokkan data menurut ( umur,waktu, tempat, jenis kelamin, status imunisasi,dsb)
c. Interpretasi data
Menafsirkan data menurut umur,waktu,tempat,jenis kelamin,status imunisai, dsb)
d. Diseminasi data
Menyebarluaskan informasi kepada program yang terkait.
5. Manfaat surveilans
Manfaat surveilans kesehatan masyarakat :
a. Perencanaan program pemberatasan penyakit
b. Evaluasi program pemberantasan penyakit
c. Penanggulangan wabah kejadian luar biasa

Kegunaan surveilans yang penting adalah :

 Mengamati kecenderungan dan memperkirakan besar masalah kesehatan.


 Mendeteksi serta memprediksi adanya KLB
 Mengamati kemajuan suatu program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang
dilakukan.
 Memperkirakan dampak program intervensi yang ada.
 Mempermudah perencanaan program pemberantasan.
6. Evaluasi surveilans
Ada 2 pokok bahasan dalam evaluasi surveilans :
a. Pentingnya masalah
3 kategori penting dalam menguraikan kepentingan masalah :
Besarnya kasus, incidence ( peristiwa ) dan prevalence ( lazim )
Petunjuk beratnya penyakit (misalnya ; angka kematian,case fatality rate)
Preventability ( kemungkinan pencegahan )
b. System yang di evaluasi
Sifat evaluasi
Evaluasi system menurut sifat – sifat :
Simplicity ( Kesederhanaan )
Kesederhaan surveilans berarti struktur sederhana dan mudah dioperasikan
Ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kesederhaan system :
 Banyak dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan hipotesa
 Banyak dan jenis laporan
 Cara penyaluran data/ informasi kasus
 Latihan staf yang dibutuhkan
 Bentuk analisa data
 Banyak dan jenis pemakai informasi
Fleksibility ( Fleksibel )
Menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan atau keadaan lapangan
dengan sedikit waktu,personal dan anggaran.
Perkiraan terbaik secara retrospektif dengan mengamati bagaimana sistem menghadapi
kebutuhan baru.
Misalnya :
Ketika AIDS baru muncul, sistem pelporan sudah dapat menyesuaikan.
Kemampuan surveilans gonorhoe untuk disesuaikan dengan surveilans khusus untuk
nesseria gonorhoe yang menghasilkan penecillinase.
Acceptibility ( Kemudahan Diterima )
Kemudahan diterima, dimaksudkan dari individu atau organisasi untuk ikut serta dalam
sistem
Indicator kuantitatif acceptability meliputi :
 Angka partisiipasi subyek dan agen
 Jika pertisipasi tinggi, bagaimana cepat tercapainya
 Angka t
 Kelengakapan interview dan angka penolakan pertanyaan ( jika ada interview )
 Angka pelaporan dokter,laboratorium,dll
 Ketepatan waktu laporan.

Beberapa factor yang memperngaruhi acceptability:

Kepentingan kesehatan masyarakat

Keterlibatan oranng – orang dalam pengenalan sistem

Jawaban sistem terhadap usulan dan komentar

Beban waktu terhadap waktu yang tersedia

Aturan daerah dan Negara dalam pengumpulan data dan keyakinan kerahsiaan pribadi
(confidentiality)

Permintaan pemerintah daerah dan Negara dalam pelaporan


Sensitivity ( Sensitiv )
Dalam surveilan dapat dinilai dari 2 tingkat :
 Pada tingkat pelaporan kasus, proporsi kasus atau masalah kesehatan yang
diddeteksi oleh sistem surveilans
 Kemampuannya untuk mendeteksi epidemic
Kemungkinan lain :
 Banyaknya orang yang mempunyai telephon, yang berada di rumah ketika
ditelepon dan setuju untuk ikut serta
 Kemampuan orang untuk mengerti pertanyaan dan menentukan status mereka
secara tepat
 Keinginan responden untuk melaporakn keadaan mereka

Sensitivitas sistem surveilans dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan :

 Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah kesehatan yang mencari


pengobatan medis
 Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa, keterampilan petugas kesehatan dan
sensitivitas tes diagnostic
 Kasus yang akan dilaporan kepada sistem dan pemberian diagnosanya
Pengukuran sensitifitas dari sistem surveilans ditentukan oleh :
 Validitas informasi yang dikumpulkan oleh sistem
 Pengumpulan informasi di luar sistem untuk menetukan frekwensi keadaan dalam
komuniti.
Predictive value positive ( prediksi nilai posistif )
Adalah proporsi oranng-orang yang diidentifikasi sebagai kasus yang sesungguhnya memang
berada dalam kondisi yang sementara dalam surveilans
Representativeness ( dapat mewakili )
Sistem surveilans yang representative adalah yang dapat menguraikan dengan tepat
kejadian peristiwa kesehatan sepanjang waktu dan distribusinya dalam populasi menurut
waktu dan tempat
Timeliness ( ketepatan waktu )
Berarti kecepatan dan keterlambatan diantara langkah-langkah dalam sitem surveilans
dapat dinilai dalam hal tersedianya informasi untuk control penyakit,baik control segera
maupun perencanaan jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai