Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN TN.

DENGAN HIL (HERNIA INGUINALIS LATERAL)

DI RUANG ABU BAKAR ASH SHIDIQ

RSI SUNAN KUDUS

Di Susun Oleh :

Nama : Iin Damayanti

NIM : 920173116

S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAH MUHAMMADIYAH KUDUS

Tahun Ajaran 2019/2020


A. Definisi
Hernia adalah suatu benjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal
atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara
normal (Dermawan, 2010).
Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis, di
daerah lipatan paha (Potter & Perry, 2011).
Hernia Inguinalis Lateral (HIL) adalah visera menonjol ke dalam kanal inguinalis
pada titik dimana tali spermatik muncul pada pria, dan di sekitar ligamen pada wanita
(Rumiati, 2013).
Jenis-jenis hernia inguinalis :
a. Hernia inguinalis lateral (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh apigastrika inferior, lalu hernia
masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol dan keluar dari
annulus inguinalis eksternum. Lebih banyak terjadi pada laki-laki.
b. Hernia inguinalis medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior,
lebih banyak terjadi pada orang tua.

B. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat diijumpai pada setiap usia, lebih bannyak pada laki-laki daripada
perempuan.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadi hernia inguinalis antara
lain:
a. Faktor kongenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasaal dari peritoneum parietalis
yang dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam
desenskus testikulorm, processus ini seharusnya menutup.
b. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka.
c. Faktor umum dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak daripada
wanita.
d. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis
sehingga mudah terjadi hernia.
e. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
Biasanya ditemukan pada oranng kurus.
f. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita
dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, ganngguan defekasi, serta
pada orang yang sering mengangkat berat.
C. Manifestasi Klinis
Umumnya penderita mengalami penonjolan di daerah inguinalnya dan merupakan
adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau
menghilang dan muncul lagi, mengejan pada waktu defikasi atau miksi, mengangkat
benda berat, dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala mual dan muntahh
ada komplikasi.

D. Pathofisiologi
Hernia inguinalis terjadi di lipatan paha. Di lipatan paha terdapat suatu area yang
di sebut kanal inguinal. Kanal inguinal adalah saluran atau lubang alami yang menembus
otot-otot dinding perut. Kanal inguinal membentuk jalan bagi testis untuk turun dari
rongga perut ke kantong skrotum. Pada umumnya , setiap kanal menutup sebelum atau
segera setelah lahir. Jika lubang ini menutup, akan terlihat benjolan di regio tersebut atau
pembengkakan skrotum. Benjolan tersebut dapat terisi oleh usus maupun omentum lalu
menonjol keluar. Hernia ini bisa bersifat bawaan lahir atau didapatkan selama masa
dewasa. Hernia ini lebih sering terjaddi pada laki-laki daripada perempuan. Secara
sederhana hernia inguinalis terjadi akibat penutuhan tuba (processus vaginalis) yang tidak
lengkap antara abdomendan skrotum (uterus pada wanita). Hal ini menyebabkan
turunnya sebagian intestine.
E. Pathoflow
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hernia adalah:
a. Herniografi
Teknik ini melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan
dilakukan X-ray. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada
pasien dengan nyeri kronis pada groin.
b. USG (Ultra Sonografi)
Digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, misalnya pada
spigelian hernia.
c. CT (Computerized Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi, misalnya hernia obturator.
d. Laboratorium

G. Penatalaksanaan Medis
1. Secara konservatif (non operatif)
a. Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
b. Penggunaan alat peyanngga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaiann korset
2. Secara operatif (prinsip pembedahan)
a. Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien
dengan hernia yang sudah nekrosis.
b. Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang biasa
dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau
laparoskopik.
H. Pengkajian
a. Pola aktivitas / istirahat
Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat
benda berat, duduk dalam waktu lama
b. Eliminasi
Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia, atau retensi
urin
c. Integritas ego
Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah
pekerjaan, finansial keluarga
d. Neuro sensori
Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan, kesemutan,
ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki
e. Nyeri dan ketidaknyamanan
Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam, semakin
memburuk dengan batuk

I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan kekuatan otot
c. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan operatif

J. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri (lokasi,
cidera biologis keperawaatan selama 2x24 durasi, karakteristik,
jam masalah nyeri dapat frekuensi)
diatasi dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan untuk
1. Mengenali kapan istirahat atau tidur yang
nyeri terjadi adekuat untuk
mengurangi nyeri
2. Melaporkan nyeri 3. Ajarkan tentang teknik
yang terkontrol non farmakologi
3. Menggunakan (distraksi)
pengurangan nyeri 4. Kolaborasi dengan tim
tanpa analgesik medis lain untuk
pemberian analgetik
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
aktivitas b.d keperawatan selama 2x24 2. Bantu pasien untuk
kelemahan jam masalah intoleransi mengidentifikasi
kekuatan otot aktivitas dapat diatassi aktivitas yang mampu
dengan kriteria hasil : dilakukan
1. Mampu melakukan 3. Ajarkan tenntang
aktivitas sehari-hari ambulasi
2. Tanda-tanda vital 4. Kolaborasikan dengan
normal tenaga medis dalam
3. Mampu berpinda merencanakan program
dengan atau tanpa terapi yang yang tepat
bantuan alat
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
b.d tindakan keperawatan selama 2x24 2. Instruksikan untuk
operatif jam masalah resiko infeksi menjaga hygiene
dapat diatasi dengan kriteria personal (mencuci
hasil: tangan)
1. Tidak terdapat tanda- 3. Ajarkan pasien dan
tanda nfeksi keluarga pasien untuk
2. Menunjukkan mencuci tangan yang
kemampuan untuk benar
mencegah timbulnya 4. Kolaborasi pemberian
infeksi terapi antibiotik
3. Menunjukkan
perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan.2010.Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).Yogyakarta:Gosyen.


Nurarif & Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC Jilid I.Jakarta:EGC.
Potter & Perry.2011.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC.
Rumiati.2015.Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post Operasi
Hernia.Surakarta

Anda mungkin juga menyukai