Anda di halaman 1dari 9

PENDEKATAN

LEGALISTIK
KELOMPOK:

1. HAPSARI
2. JAROT PRAKOSO
3. ANGKOSO MUKTI CAHYONO
PENDEKATAN LEGALISTIK DAN CIRI - CIRINYA

Pendekatan legalistic adalah salah satu cara untuk melihat gejala dan peristiwa dri sudut pandang
aturan-aturan formal. Hal tersebut sekaligus menjadi ciri yang membedakan ilmu pemerintahan dan
ilmu-ilmu sosial lainnya. Kajian-kajian pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari peraturan perundang-
undangan sebagai hukum positif yang mengatur berjalannya pemerintahan.

 Ciri-ciri pendekatan legalistic dalam mempelajari ilmu pemerintahan adalah sebagai berikut:

1) Melihat gejala dan peristiwa pemerintahan dari dasar hukum yang mengaturnya (hukum positif).
2) Berdasarkan hukum positif dilakukan dengan melihat proses perbuatannya, isinya maupun
pelaksanaannya.
3) Dalam melakukan analisis ilmu pemerintahan banyak meminjam teori ilmu hukum dan ilmu
kebijakan public.
Pendekatan Legalistik untuk
Menganalisis Gejala dan Peristiwa
Pemerintahan

Pemerintahan adalah gejala kekuasaan yang sah (kewenangan), sehingga kegiatan pemerintahan selalu
berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Gejala semacam itu dapat dipahami dengan
pendekatan legalistic formal, dalam arti menggunakan rujukan berbagai peraturan yang digunakan pemerintah
pada saat ini.
Dye dalam tulisan Anderson menyatakan kebijakan public adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh pemerintah. Sedangkan menurut Anderson kebijakan public adalah arah tindakan yang bertujuan yang
diikuti oleh satu atau satuan actor di dalam mengatasi suatu masalah atau sesuatu yang menjadi perhatian publik.
Batasan ini setidaknya menggambarkan bahwa kebijakan public melibatkan para actor dalam tindakan yang
bertujuan untuk memecahkan masalah public.
Formulasi atau perumusan kebijakan public dapat dilihat dari perspektif ilmu politik dan ilmu administasi
public. Dilihat dari ilmu politik, perumusan kebijakan public adalah pemikiran terhadap kebijakan public ditinjau
dari proses pembuatan kebijakan. Pendekatan ini lebih dulu berkembang dan esensinya adalah bagaimana tawar-
menawar antara kekuatan politik dalam perumusan kebijakan public. Sedangkan dilihat dari ilmu administrasi
public tidak lain berupa pemikiran terhadap kebijakan public ditinjau dari analisis kebijakan public.
KEBIJAKAN PUBLIK SEKURANG-KURANGNYA
MENGANDUNG ELEMEN BERIKUT INI:
1. Adanya isu, masalah politik dan tujuan publik yang ingin di
capai.

2. Adanya pilihan-pilihan tindakan yang saling terkait untuk


memecahkan masalah dan mencapai tujuan politik.

3. Adanya usulan tentang arah tindakan untuk memecahkan


masalah dan mencapai tujuan politik.

4. Adanya tindakan pemerintah dan atau para aktor lainnya yang


diarahkan kepada upaya memecahkan masalah dan mencapai
tujuan politik.

5. Adanya penggunaan sumber-sumber daya strategis untuk


memecahkan masalah dan mencapai tujuan politik.
Proses pembuatan kebijakan publik mencakup
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahapan, yaitu sebagai
berikut:
a) Agenda setting, yaitu proses yang menggambarkan kegiatan memasukkan
masalah public kedalam agenda kebijakan. Proses ini diwarnai siapa yang
paling menentukan dalam memasukkan masalah public ke dalam agenda
kebijakan. Masalah public harus masuk kedalam agenda agar dapat menjadi
perhatian untuk dibahas dan diintervensi.
b) Policy Formulation, yaitu proses untuk merumuskan alternative pemecahan
masalah. Proses ini diwarnai negosiasi-negosiasi antar actor politik dalam
menawarkan alternative pemecahan atau tindakan.
c) Policy Adoption, yaitu pilihan tindakan dari berbagai alternative yang
didukung oleh actor kebijakan.
d) CREDITS: This
Policy Impelementation, presentation
yaitu template
pelaksanaan was created
kebijakan by Slidesgo,
melalui unit administrasi
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
drngan menggunakan sumber dana dan daya.
and illustrations by Stories
e) Policy Assement, yaitu penilaian implementasi kebijakan dalam rangka
pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
• Dalam proses pembuatan kebijakan diperlukan • Pelayanan public (public service) oleh birokrasi
metodologu analisis kebijakan yang mampu public merupakan salah satu perwujudan dari
menghasilkan pengetahuan berupa informasi yang fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat
relevan tentang kebijakan dan prosedur analisis disamping sebagai abdi negara. Pelayanan public
kebijakan. Penjelasan ini menunjukkan bahwa (public service) oleh birokrasi public dimaksudkan
memahami gejala dan atau peristiwa untuk mensejahterakan masyarakat (warga
pemerintahan melalui pendekatan legalistic negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare
berkaitan erat dengan ilmu kebijakan public. state). Menurut lembaga administrasi negara “
Artinya dalam menganalisis gejala dan atau pelayanan umum diartikan sebagai segala bentuk
peristiwa pemerintahan dapat meminjam teori, kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
model ataupun konsep yang dimiliki ilmu instansi pemerintah di pusat, didaerah dan
kebijakan public. dilingkungan badan usaha milik negara/daerah
dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam
rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun
• Gejala dan atau peristiwa pemerintahan terjadi dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
pada saat pemberian pelayanan public oleh perundang-undangan”.
pejabat public. Disitu akan Nampak apakah unit • Dengan demikian pelayanan public dapat diartikan
organisasi atau pejabat yang melayani memiliki sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan
kewenangan untuk itu. Sebab pelayanan public orang atau masyarakat yang mempunyai
dapat pula diberikan oleh sector non pemerintah kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
maupun masyarakat itu sendiri. aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
2. MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT

Menurut Effendi, pelayanan public yang professional, artinya pelayanan public yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas
dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Cirinya sebagai berikut:
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran.
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan yang diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak
berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai:
a) Prosedur/tata cara pelayanan
b) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administrative.
c) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan.
d) Rincian biaya/tariff pelayanan dan tata cara pembayarannya.
e) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara, persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu
penyelesaian, rincian waktu/tariff serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan serta terbuka
agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
5.  Efisiensi
6.  Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
7. Responsive, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang dilayani.
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa
mengalami tumbuh kembang.
3. MENEGAKKAN ATURAN

• Melalui pendekatan legalistic dimaksudkan bahwa pembelajar dan pelaksana


pemerintahan memahami berbagai aturan hukum yang menjadi dasar dari
tindakannya. Kajian ilmu pemerintahan dapat berangkat dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dengan meletakkan pada proses, isi,
implementasi maupun evaluasinya.
• Hukum adalah alat membuat masyarakat lebih baik. Ada yang menyebut “law is a
tool for social engineering”. Dengan hukum kita dapat membawa masyarakat
menjadi bermoral, beridisiplin, dan bekerja keras. Walaupun demikian
pelaksanaan hukum yang adil perlu disertai peraturan hukum yang cukup dan adil
pula.

Menganalisis gejala dan peristiwa pemerintahan dengan hukum yang sudah tidak
berlaku menjadi kurang bermakna, kecuali sekedar untuk membandingkan dari satu
hukum ke hukum yang lain.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai