PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama adalah batuk selama 2
minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu sputum,
bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik dan
demam lebih dari 1 bulan.
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang
sudah sangat lama dikenal pada manusia, dibuktikan dengan adanya
penemuan kerusakan tulang vertebra toraks yang khas tuberkulosis (TB)
dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum,
begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid
di Mesir kuno pada tahun 2000-4000 SM.
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia, tapi sampai
saat ini TB masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama.
Tuberkulosis dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting
karena lebih kurang satu pertiga penduduk dunia terinfeksi oleh M.
tuberculosis.
Diagnosis TB paru cukup mudah dikenal mulai dari keluhan-keluhan
klinis, gejala-gejala, kelainan fisis, kelainan radiologis sampai dengan
kelainan bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya tidaklah selalu mudah
menegakkan diagnosisnya.
Menurut American Thoracic Society (ATS) dan WHO 1964
diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman M.
tuberculosis dalam sputum atau jaringan paru secara biakan, namun tidak
semua pasien memberikan sediaan atau biakan sputum yang positif karena
kelainan paru yang belum berhubungan dengan bronkus atau pasien tidak
bisa membatukkan sputumnya dengan baik sehingga diagnosis
tuberkulosis paru banyak ditegakkan berdasarkan kelainan klinis dan
radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini cukup banyak
sehingga memberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak
diperlukan.2
Sumber penularan TB paru adalah pasien TB dengan basil tahan
asam (BTA) positif melalui percik renik sputum yang dikeluarkannya,
namun bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan negatif
tidak mengandung kuman dalam sputumnya. Hal tersebut bisa terjadi oleh
karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji < 5000 kuman/ml
sputum sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
langsung.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
ISI
A. Diagnosis Tuberkulosis (TB)
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala
tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas,
dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien
remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,
menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-
Sewaktu (SPS):
a. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama
kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
b. P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
c. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan
BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek
TB paru.
DAFTAR PUSTAKA