KEPERAWATAN MATERNITAS
MAKALAH
Oleh
Kelompok 8
KEPERAWATAN MATERNITAS
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan
dosen pembimbing Ns.Dini Kurniawati, S.Kep., M.Psi
MAKALAH
Oleh
P"#$% A"l%& P$&#&m& '2(000)0
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PLASENTA AKRETA
KEPERAWATAN MATERNITAS
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan
dosen pembimbing Ns.Dini Kurniawati, S.Kep., M.Psi
MAKALAH
Oleh
P"#$% A"l%& P$&#&m& '2(000)0
ii
KATA
KATA PENGANTAR
PENG ANTAR
Puji
Puji syuk
syukur
ur penu
penuli
liss panj
panjat
atka
kan
n keha
kehadi
dira
ratt Allah
llah S
S!
!, yang
ang tela
telah
h
melimpahka
melimpahkan
n rahmat dan hidayah"Ny
hidayah"Nya,
a, sehingga
sehingga penulis
penulis dapat menyelesaikan
menyelesaikan
makalah
makalah yang berjudul #Asuhan Keperawatan
Keperawatan dengan
dengan Klien Plasenta Akreta$.
Akreta$.
Makalah ini disusun guna memenuhi
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
Program Studi %lmu Keperawatan &ni'ersitas (ember.
Penyu
Penyusun
sunan
an mak
makalah
alah ini ten
tentu
tu tid
tidak
ak lep
lepas
as dar
darii kon
kontri
tribus
busii dan ban
bantua
tuan
n
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
menyampaikan terima kasih kepada)
1. Ns. Dini Kurniawati, S.Kep., M.Psi, selaku dosen pengajar
pengajar mata kuliah
kuliah
Kepera
Keperawat
watan
an Matern
Maternita
itass Progra
Program
m Studi
Studi %lmu
%lmu Keperaw
Keperawata
atan
n &ni'er
&ni'ersit
sitas
as
(ember *
2. +ekan satu kelom
kelompok
pok yang mamp
mampu
u bekerja
bekerjasama
sama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan ukup baik*
3. Semua pihak yang seara tidak langsung membantu teriptanya makalah ini
Penulis juga menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat berman-aat bagi pembaa.
Penulis
iii
DA-TAR ISI
2alaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DA-TAR ISI.................................................................................................... i'
BAB . PENDAHULUAN.............................................................................. 0
. L&#&$ Bel&k&,/ ........................................................................... 0
.2 T""&,..........................................................................................
.( Impl%k&1% Kepe$&&#&,..............................................................
BAB 2. TINJAUAN TEORI........................................................................... 3
2. Pe,/e$#%&,.................................................................................... 3
2.2 E#%olo/%3 T&,4& 4&, Ge&l&........................................................ 3
2.8 Pe,&#&l&k1&,&&,......................................................................... 4
BAB (. ASUHAN KEPERAWATAN............................................................. 00
(. K&1"1............................................................................................ 00
(.2 Pe,/k&%&,................................................................................... 00
(.( D%&/,o1&...................................................................................... 04
(.5 I,#e$6e,1% ..................................................................................... 04
(.' Impleme,#&1%............................................................................... /
(.) E6&l"&1%........................................................................................ 5
BAB 5. PENUTUP.......................................................................................... 6
5. Ke1%mp"l&,.................................................................................. 6
5.2 S&$&,............................................................................................ 6
DA-TAR PUSTAKA...................................................................................... 1
iv
BAB . PENDAHULUAN
1
trans-usi darah, dan 5/= membutuhkan lebih dari 0/ unit P+<. Kematian ibu
dengan plasenta akreta dilaporkan setinggi 1=.Kematian ibu dapat terjadi
meskipun perenanaan yang optimal, manajemen trans-usi, dan perawatan bedah.
Studi kohort dari 3:.55 wanita yang menjalani sesar, peneliti mengidenti-ikasi
0>6 termyata dlakukan esarean hysteretomy atas indikasi yang paling sering
adalah plasenta akreta 73>=8.
Plasenta akreta menyebabkan 1= "0/= dari kasus kematian ibu di
dunia.Plasenta perkreta adalah tipe yang jarang, jika tidak didiagnosis dini, dapat
menyebabkan morbiditas berat maternal.Seksio sesarea sebelumnya dan operasi
intrauterin merupakan -aktor risiko yang paling umum untuk plasenta akreta
maupun perkreta. Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa tingkat operasi
aesar telah meningkat di AS dari 4,4= pada tahun 0:1/ menjadi 3,>= pada
tahun /0/ 7 <hitra, /08. (ika tingkat operasi aesar terus meningkat pada
tingkat saat ini, lebih dari 4/= dari semua kelahiran di AS diperkirakan dilakukan
dengan operasi aesar pada tahun //. 2al ini bisa mengakibatkan lebih dari
6/// kasus plasenta pre'ia, 54// kasus plasenta akreta, dan 03/ kematian
ibu7<hitra, /08.
.2 T""&,
0..0 &ntuk mengetahui pengertian dari Plesenta Akreta
0.. &ntuk mengetahui ?tiologi, !anda dan @ejala dari Plesenta Akreta
0..3 &ntuk mengetahui !anda dan @ejala dari Plesenta Akreta
0..5 &ntuk mengetahui Penatalaksanaan dari Plesenta Akreta
0..4 &ntuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien plasenta akreta
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2. Pe,/e$#%&,
Plasenta akreta adalah kondisi tidak laim karena 'ili korionik melekat pada
miometrium 7Strigth, //58. Seberapa parah plasenta akreta adalah tergantung
pada seberapa dalam 'ili korionik telah ditembus 7M<ulloh, /048. Kondisi ini
dapat ditemukan sebagai7Strigth, //58)
0. Plasenta akreta, yaitu 'ili korionik plasenta melekat pada lapisan permukaan
miometrium uterus.
. Plasenta inkreta, yaitu 'ili korionik plasenta masuk jatuh ke dalam
miometrium uterus.
3. Plasenta perkreta, yaitu 'ili korionik plasenta menembus miometrium uterus
dan sering kali melekat ke struktur abdomen 7misalnya, kandung kemih atau
intestin8.
Plasenta akreta dapat dibagi lagi mnjadi plasenta akreta total 7 jika seluruh
permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim.8, plasenta akreta parsialn
7jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan
dinding rahim dari biasa8, dan plasenta akreta -okal yang berdasarkan jumlah
jaringan plasenta yang terlibat dalam in'asi ke miometrium.
3
misalnya karena desidua yang terlalu tipis. Meskipun begitu, penyebab pasti
plasenta akreta belum diketahui.
Sebenarnya risiko seorang wanita terkena plasenta akreta bisa terus
meningkat tiap kali dirinya hamil, terlebih lagi jika berusia di atas 34 tahun.Selain
itu, kasus plasenta akreta juga banyak ditemukan pada wanita yang sebelumnya
melakukan operasi rahim, termasuk operasi aesar. The American Pregnancy
Association memperkirakan bahwa wanita yang memiliki lebih dari satu akun
sesar untuk 6/ persen dari semua kasus plasenta akreta 7<riino, 8.
Selain kondisi di atas, risiko untuk terkena plasenta akreta juga tinggi apabila
seorang wanita)
0. Memiliki posisi plasenta pada bagian bawah rahim ketika hamil.
. Menderita plasenta pre'ia 7plasenta menutupi sebagian atau seluruh dinding
rahim8.
3. Menderita -ibroid rahim submukosa 7rahim tumbuh menonjol ke dalam
rongga rahim8.
5. Memiliki jaringan parut atau kelainan pada endometrium 7dinding rahim
bagian dalam8.
4
. perdarahan hebat bisa terjadi bergantung pada bagian plasenta yang terkena
3. histerektomi esarian.
5. ruptura uteri spontan pada trimester kedua dan ketiga,
4. perdarahan intraperitoneal,yang bisa menimbulkan kematian.
6. Plasenta akreta derajat ringan dapat terjadi dandapat menimbulkan
perdarahan postpartum hebat, tetapi tidak membutuhkan manajemen yang agresi-
yang diperlukan pada plasenta akreta derajat berat.
1. perdarahan 'agina selama trimester terakhir serta plasenta pre'ia yang
telah didiagnosis melalui &S@ atau M+% adalah gejala yang menunjukkan bahwa
akreta plasenta juga mungkin. Kadang"kadang lebih histerektomi juga diperlukan.
Namun, gejala akreta plasenta mungkin tidak sebatas itu.
>. &ntuk bayi, kelahiran prematur dan masalah menyusul adalah perhatian
yang paling penting bagi para ibu yang didiagnosis dengan plasenta akreta.
Pendarahan selama pengiriman dan memisahkan plasenta dari dinding uterus
adalah masalah menganam kehidupan bagi ibu dengan plasenta akreta dan kasus
yang lebih rumit seperti plasenta inkreta dan perreta.
2.( Pe,&#&l&k1&,&&,
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan manajemen antepartum,
preoperati-, operati-, dan postoperati-.
0. Manajemen Antepartum
Karena perdarahan yang signi-ikan umum terjadi dan ada kemungkinan
dilakukan sesarean histerektomi akan diperlukan bila plasenta akreta tegak
didiagnosis, wanita dengan diurigai plasenta akreta harus dijadualkan untuk
ditangani oleh +S dengan -asilitas bedah yang lengkap dan memiliki bank darah
yang dapat mem-asilitasi trans-usi jumlah besar berbagai produk darah.
Suplementasi dengan besi oral dianjurkan untuk memaksimalkan simpanan at
besi dan daya dukung oksigenasi. 7Soiety -or Maternal"Betal Mediine,/0/8
Perenanaan persalinan mungkin melibatkan ahli anestesi, dokter
kandungan, dokter bedah panggul seperti ahli onkologi ginekologi, ahli bedah
intensi', neonatologist, bedah urologi, ahli hematologi, dan ahli radiologi
5
inter'ensi untuk mengoptimalkan outome pasien. &ntuk meningkatkan
keselamatan pasien, adalah penting bahwa persalinan dilakukan oleh tim obstetri
berpengalaman yang termasuk ahli bedah kebidanan, dengan spesialis bedah
lainnya, seperti urolog, dokter bedah umum, dan ahli ginekologi"onkologi,
tersedia jika diperlukan. Karena risiko kehilangan darah yang besar, perhatian
harus diberikan untuk kadar hemoglobin ibu sebelum operasi, jika mungkin.
;anyak pasien dengan plasenta akreta membutuhkan kelahiran prematur darurat
karena perdarahan banyak yang tiba"tiba.
Timing of delivery pada kasus dugaan plasenta akreta harus indi'idual.
Keputusan ini harus dibuat bersama"sama dengan pasien, dokter kandungan, dan
neonatologist. Konseling pasien harus menakup diskusi kebutuhan potensial
untuk histerektomi, risiko perdarahan yang besar, dan kemungkinan kematian ibu.
Meskipun persalinan telah direnanakan, renana kemungkinan persalinan darurat
harus dikembangkan untuk masing"masing pasien, yang mungkin termasuk
managemen perdarahan maternal.
Timing of delivery harus indi'idual, tergantung pada keadaan dan
pre-erensi pasien. Salah satu pilihan adalah dengan melakukan terminasi setelah
paru janin matang yang dibuktikan dengan amniosentesis. Namun, hasil analisis
keputusan baru"baru ini menyarankan untuk mengkombinasikan outcome ibu dan
bayi dioptimalkan pada pasien stabil dengan terminasi pada 35 minggu kehamilan
tanpa amniosintesis. Keputusan untuk pemberian kortikosteroid antenatal dan
waktu pemberiannya harus indi'idual 7<ommittee opinion, /08. Pada sebuah
studi yang melibatkan :: kasus plasenta akreta yang didiagnosis sebelum
persalinan, 5 dari : dengan persalinan lebih dari 36 minggu diperlukan terminasi
emergensi karena perdarahan. (ika tidak ada perdarahan antepartum atau
komplikasi lainnya, direnanakan terminasi saat akhir prematur dapat diterima
untuk mengurangi kemungkinan persalinan darurat yang terjadi dengan segala
komplikasinya. 7Soiety -or Maternal"Betal Mediine,/0/8
. Manajemen Preoperati-
Persalinan harus dilakukan dalam ruangan operasi dengan personil dan
dukungan pelayanan yang diperlukan untuk mengelola komplikasi potensial.
6
Penilaian oleh anestesi harus dilakukan sedini mungkin sebelum operasi. Kedua
teknik anestesi baik umum dan regional telah terbukti aman dalam situasi klinis
ini. Antibiotik pro-ilaksis diberikan, dengan dosis ulangan "3 jam setelah operasi
atau kehilangan darah 0.4// mC yang diperkirakan. Preoperati- <ystosopy
dengan penempatan stent ureter dapat membantu menegah edera saluran kemih.
;eberapa menyarankan bahwa kateter Boley three way ditempatkan di kandung
kemih melalui uretra untuk memungkinkan irigasi, drainase, dan distensi kandung
kemih, yang diperlukan, selama diseksi. Sebelum operasi, bank darah harus
dipersiapkan terhadap potensi perdarahan masi-. +ekomendasi saat ini untuk
penggantian darah dalam situasi trauma menunjukkan rasio 0)0 P+< ) -resh -roen
plasma. P+< dan -resh -roen plasma harus tersedia dalam kamar operasi.
!ambahan -aktor koagulasi darah dan unit darah lainnya harus diberikan dengan
epat sesuai dengan kondisi tanda"tanda 'ital pasien dan stabilitas hemodinamik
pasien. 7<ommittee opinion, /08
&S@ segera pra operasi untuk pemetaan lokasi plasenta dapat membantu
dalam menentukan pendekatan optimal ke dinding perut dan inisi rahim untuk
memberikan 'isualisasi yang memadai dan menghindari mengganggu plasenta
sebelum pengeluaran janin. 7Soiety -or Maternal"Betal Mediine,/0/8
3. Manajemen Operati-
Seara umum, manajemen yang direkomendasikan untuk kasus yang
diurigai plasenta akreta yakni direnanakan histerektomi sesarea prematur
dengan plasenta ditinggalkan in situ karena pengeluaran plasenta dikaitkan dengan
morbiditas akibat perdarahan yang signi-ikan. Namun, pendekatan ini tidak dapat
dianggap sebagai pengobatan lini pertama untuk wanita yang memiliki keinginan
yang kuat untuk kesuburan di masa depan. Oleh karena itu, manajemen operasi
plasenta akreta dapat indi'idual tergantung kasusnya masing masing.
Pasien ditempatkan di meja operasi dengan posisi modi-ikasi dorsal
litotomi dengan kemiringan lateral yang kiri untuk memungkinkan penilaian
langsung dari perdarahan 'agina, menyediakan akses untuk penempatan paket
'agina, dan memungkinkan tambahan ruang untuk asisten bedah. Karena prosedur
ini diantisipasi akan berkepanjangan, padding dan posisi untuk menegah
7
kompresi sara- dan penegahan dan pengobatan hipotermia adalah penting.
Meminimalkan kehilangan darah sangat penting. Pilihan sayatan harus dibuat
berdasarkan habitus tubuh pasien dan sejarah operasi pasien. Penggunaan sayatan
'ertikal linea mediana mungkin dilakukan karena memberikan daerah ukup jika
histerektomi diperlukan. %nsisi uterus klasik, sering trans-undal, mungkin
diperlukan untuk menghindari plasenta dan memungkinkan pengeluaran bayi.
<rasound pemetaan lokasi plasenta, baik sebelum operasi atau intraoperati-,
mungkin dapat membantu. Karena positive predictive value ultrasonogra-i untuk
plasenta akreta berkisar dari 64= hingga :3=, adalah wajar untuk menunggu
pelepasan plasenta spontan untuk mengkon-irmasi plasenta akreta seara klinis.
Pada umumnya, tindakan manual plasenta harus dihindari. (ika histerektomi
diperlukan, pendekatan standar yakni untuk meninggalkan plasenta in situ, dengan
epat menggunakan whip stitch untuk menutup inisi histerotomi, dan lanjutkan
dengan histerektomi. Sedangkan histerektomi dilakukan dengan ara biasa,
diseksi -lap kandung kemih dapat dilakukan relati- lambat, setelah kontrol
jaringan pembuluh arteri uterus terapai, dalam kasus akreta anterior, tergantung
pada temuan intraoperati-. Kadang"kadang, histerektomi subtotal dapat
dipertimbangkan, namun perdarahan terus"menerus dari leher rahim mungkin
menghalangi managemen ini dan membuat histerektomi total tetap diperlukan.
Ada laporan dari pendekatan alternati- untuk pengelolaan plasenta akreta
yang meliputi pengikatan tali pusat pada -etal sur-ae, mengambil tali pusatnya,
dan meninggalkan plasenta in situ, dengan reseksi parsial plasenta untuk
meminimalkan ukurannya. Namun, hal ini harus dipertimbangkan hanya bila
pasien memiliki keinginan yang kuat untuk kesuburan masa depan serta stabilitas
hemodinamik yang baik, status koagulasi normal, dan bersedia menerima risiko
akibat managemen ini. Pasien harus diberi konseling bahwa hasilnya ini tidak
dapat diprediksi dan bahwa ada peningkatan risiko komplikasi yang signi-ikan
termasuk histerektomi. Kasus yang dilaporkan dari kehamilan yang sukses
berikutnya pada pasien yang diobati dengan pendekatan ini jarang terjadi.
Pendekatan ini harus ditinggalkan dan histerektomi dilakukan jika perdarahan
yang berlebihan. Dari 6 pasien yang diobati dengan pendekatan ini, 0 7>/,1=8
8
berhasil terhindar dari histerektomi, sedangkan 4 70:,3=8 pada akhirnya
dilakukan histerektomi. Namun, sebagian besar dari 0 pasien yang terhindar dari
histerektomi tidak memerlukan pengobatan tambahan, termasuk ligasi arteri
hipogastrik, embolisasi arteri, methotreEate, trans-usi produk darah, antibiotik,
atau kuretase. Keuali dalam kasus"kasus tertentu, histerektomi tetap managemen
pilihan untuk pasien dengan plasenta akreta. 7<ommittee opinion, /08
5. Manajemen Postoperati-
Pasien yang menjalani histerektomi untuk plasenta akreta beresiko untuk
mengalami komplikasi pasa operasi yang berhubungan dengan intraoperati-
seperti hipotensi, koagulopati persisten dan anemia, dan operasi berkepanjangan.
Dis-ungsi ginjal, jantung, dan organ lainnya sering terjadi dan harus dipikirkan.
Sindrom Sheehan 7baik transien dan permanen8 telah dilaporkan terjadi akibat
perdarahan postpartum yang massi-, dan hiponatremia mungkin merupakan tanda
awal. (ika 'olume besar kristaloid dan produk darah diberikan saat intraoperati-,
pasien juga berisiko untuk terjadi edema paru, idera paru akut terkait trans-usi,
dan sindrom gangguan pernapasan akut.
Perhatian khusus harus diberikan untuk sering menge'aluasi tanda"tanda
'ital 7tekanan darah, denyut jantung dan laju pernapasan8. Output urin harus
diukur melalui kateter urin. Pemantauan 'ena sentral ,dan penilaian peri-er
oksigenasi dengan pulse oksimetri dapat membantu dalam beberapa kasus.
Koreksi koagulopati dan anemia berat dengan produk darah harus dilakukan.
Pasien harus die'aluasi seara klinis untuk potensi kehilangan darah dari luka
sayatan perut dan 'agina, dan kemungkinan pendarahan intraabdominal berulang
atau retroperitoneal. Bungsi ginjal harus die'aluasi dan kelainan serum elektrolit
harus dikoreksi. (ika ada hematuria persisten atau anuria, kemungkinan edera
saluran kemih yang tidak diketahui harus dipertimbangkan. Mobilisasi awal, dan
kompresi intermiten untuk mereka yang membutuhkan bedrest, dapat mengurangi
risiko komplikasi tromboemboli. 7Soiety -or Maternal"Betal Mediine,/0/8
Penatalaksanaan keparawatan yang dapat dilakukan antara lain )
0. Mengindenti-ikasi plasenta akreta pada klien .petugas harus waspasa
terhadap status resiko klien.
9
. Membantu dengan terapi dan inter'ensi yang epat. &ntuk itu siapkan D
dan < 7dilatasi dan Kuretasi 8atau histerektomi.
3. Memberi dukungan -isik dan emosional
5. Memberi penyuluhan klien dan keluarga.
10
BAB (. ASUHAN KEPERAWATAN
(. K&1"1
Ny. S umur 5/ tahun 7!D 0/91/ mm2g, nadi :5E9menit++ /E9menit
s)31/<,8 di rujuk ke rumah sakit umum Assyi-a Sukabumi dari rumah bidan
setelah melahirkan anak ke 0 jenis kelamin laki"laki 3/ menit yang lalu, sampai
saat ini plasenta belum lahir. 2asil pemeriksaan didapatkan kontraksi uterus
berkurang, dan pasien di diagnosa plasenta akreta. Kondisi ibu menurun,
perdarahan 5/ akibat sempat adanya tarikan plasenta, 2b ibu juga mengalami
penurunan dan Ny.S mengeluh nyeri pada perutnya dan merintih. Kemudian
perawat melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan lebih lanjut. 2al ini
baru pertama kali terjadi karena pada kehamilan sebelumnya tidak ada gangguan.
%bu mengatakan saat kehamilan pertama tidak ada gangguan , anaknya lahir
normal di rumah bidan dengan bantuan bidan dengan berat badan 3/// gr. %bu
tidak pernah melakukan &S@ pada kehamilan pertama dan kedua, sehingga ibu
tidak mengetahui kondisi sebenarnya dan tampak bingung.
(.2 Pe,/k&%&,
3..0 ;iodata
A. I4e,#%#&1 P&1%e,
Nama ) Ny. S
&mur ) 5/ tahun
(enis kelamin ) Perempuan
Suku9bangsa ) Sunda9%ndonesia
Agama ) %slam
Status Pernikahan) Menikah
Pekerjaan ) Pedagang
Pendidikan ) SMP
Alamat )"
Keluhan &tama ) Nyeri pada perut
&paya yang telah dilakukan )"
11
!erapi9operasi yang pernah dilakukan )"
B. Kel"h&, U#&m&
Sehari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasakan kontraksi. Setelah
anak nya lahir plasenta tidak ikut keluar. %bu belum pernah &S@ sehingga
tidak mengetahui kondisi janinnya.
7. R%&*&# Pe,*&k%# Sek&$&,/
%bu mengeluh nyeri di perut dan mengalami pendarah karena sempat di paksa
keluar saat anaknya lahir
D. R%&*&# Pe,*&k%# Seel"m,*&
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
E. R%&*&# Ke1eh&#&, Kel"&$/&
Anak pertamanya tidak mempunyai penyakit yang berat, hanya batuk pilek
dibelikan obat sembuh.
-. R%&*&# Keh&m%l&,
T/l &sia (enis !empat Komplikasi Penolong ;ayi Ni-as
L&h%$ Keha" Persa" Persa" %bu ;ayi No P;9;;9(K Keadaan Cohea Cak"
milan linan Cinan tasi
2'9 5/ Spon" +umah " " ;idan 0. "93///9pr ;aik Nor" Can"
29 mgu tan bidan. mal ar
202 7atrm8
12
++) / E9menit
7. Pe$,&:&1&,
;entuk dada simestris
Pernapasan 'esikuler
Napas spontan
%rama napas reguler
D. 7&$4%o6&1k"le$
!D ) 05/9>/ mm2g
palpitasi tidak ada, lubbing -ingger tidak ada.
E. Pe$1*&$&:&,
Kesadaran <ompomentis, @<S ) 5 " 4 " 6
Kepala dan wajah) ada kelainan mulut merot kearah kanan
Mata ) sklera putih
<onjungti'a ) anemis
Pupil ) isokor.
Ceher ) tidak ada kelaianan.
-. Pe$1ep1% Se,1o$%
Pendengaran ) normal 9dbn.
Peniuman ) normal 9dbn.
Pengeapan ) normal 9dbn.
Penglihatan ) normal 9dbn.
Perabaan ) normal 9dbn.
Perkemihan
Produksi urine ) F 04// ml
arna ) kuning keoklatan,
;au ) Khas.
!idak ada masalah
G. Pe,;e$,&&,9El%m%,&1%
Mulut dan tenggorokan ) mulut bersih
Abdomen ) tidak ada kelainan.
+ektum tak ada kelainan, ;A; 0 E9hari
13
H. S%1#em E,4ok$%,
!idak ada kelainan
(.( D%&/,o1&
Diagnosa Keperawatan yang mungkin munul yaitu)
0. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan *
. Kekurangan 'olume airan berhubungan dengan syok hipo'olemik*
3. Ketidake-ekti-an per-usi jaringan peri-er berhubungan dengan hipoksia
jaringan*
14
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
(.5 I,#e$6e,1%
No D%&/,o1& K$%#e$%& H&1%l I,#e$6e,1%
Nyeri akut T""&, 05// Manajemen Nyeri
berhubungan Setelah dilakukan De-inisi) Pengurangan
dengan tindakan keperawatan reduksi nyeri sampai pada
terputusnya selama 3E5 jam di tingkat kenyamanan yang
jaringan harapkan pasien tidak dapat diterima oleh pasien .
mengalami nyeri, dengan Akti'itas)
kriteria hasil) 0. ;erikan in-ormasi
0. Mampu mengontrol mengenai nyeri mulai
nyeri 7tahu penyebab dari penyebab hingga
nyeri, mampu antisipasi dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan akibat
non-armakologi untuk prosedur
mengurangi nyeri, . Kendalikan -aktor
menari bantuan8 lingkungan yang dapat
. Melaporkan bahwa mempenngaruhi respon
nyeri berkurang pasien terhadap
dengan menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri 7misalnya) suhu,
3. Mampu mengenali ruangan, penahayaan,
nyeri 7skala, intensitas, suara bising8
-rekuensi dan tanda 3. Ajarkan metode
nyeri8 -armakologi untuk
5. Menyatakan rasa menurunkan nyeri
nyaman setelah nyeri 5. Ajarkan penggunaan
berkurang teknin non -armakologi
4. !anda 'ital dalam 7misal) relaksasi, terapi
rentang normal musi, terapi akti'itas,
15
6. !idak mengalami pijatan8
gangguan tidur 4. Pastikan pasien
mendapat istirahat9 tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
6. Moti'asi klien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyerinya
2 Kekurangan T""&, 0. Pertahankan atatan
'olume airan Setelah dilakukan intake dan output yang
berhubungan tindakan keperawatan akurat
dengan syok selama E5 jam . Monitor status hidrasi
hipo'olemik Kekurangan 'olume 7 kelembaban membran
airan teratasi dengan mukosa, nadi adekuat,
kriteria hasil) tekanan darah ortostatik 8,
0. Mempertahankan jika diperlukan
urine output sesuai 3. Monitor hasil lab yang
dengan usia dan ;;, sesuai dengan retensi
;( urine normal, airan 7;&N , 2mt ,
. !ekanan darah, nadi, osmolalitas urin, albumin,
suhu tubuh dalam total protein 8
batas normal 5. Monitor 'ital sign setiap
3. !idak ada tanda tanda 04menit I 0 jam
dehidrasi, ?lastisitas 4. Kolaborasi pemberian
turgor kulit baik, airan %H
membran mukosa 6. Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa 1. ;erikan airan oral
haus yang berlebihan >. ;erikan penggantian
5. Orientasi terhadap nasogatrik sesuai output
waktu dan tempat baik 74/ I 0//9jam8
16
4. (umlah dan irama :. Dorong keluarga untuk
pernapasan dalam membantu pasien makan
batas normal 0/. Kolaborasi dokter jika
6. ?lektrolit, 2b, 2mt tanda airan berlebih
dalam batas normal munul meburuk
1. p2 urin dalam batas 00. Atur kemungkinan
normal tran-usi
>. %ntake oral dan 0. Persiapan untuk tran-usi
intra'ena adekuat 03. Pasang kateter jika perlu
05. Monitor intake dan urin
output setiap > jam
( Ketidake-ekti-an per-usi 0. ;erikan in-ormasi kepada
jaringan peri-er keluarga
berhubungan dengan . Monitor tekanan per-usi
hipoksia jaringan serebral
3. <atat respon pasien
terhadap stimuli
5. Cakukan restrain pasien
jika perlu
4. Monitor suhu dan angka
;<
6. ;erikan antibioti dengan
kolaborasi
1. ;erikan pasien posisi
semi-owler
>. Minimalkan stimuli dari
lingkungan
:. Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
terhadap panas9 dingin9
tajam 9 tumpul
17
0/. %nstruksikan keluarga
untuk mengobser'asi kulit
jika ada lsi atau laserasi
00. @unakan sarung tangan
untuk proteksi
0. ;atasi gerakan
03. ;erikan analgetik dengan
kolaborasi
05. Monitor adanya
tromboplebitis
5 Ansietas T""&, 4>/ Pengurangan
berhubungan Setelah dilakukan asuhan keemasan
dengan kurang keperawatan selama E De-inisi ) Mengurangi
pengetahuan 5 jam diharapkan tekanan, ketakutan, -irasat,
keemasan teratasi dgn maupun ketidaknyamanan
kriteria hasil) terkait dengan sumber"
0. Klien mampu sumber bahay yang tidak
mengidenti-ikasi dan teridenti-ikasi.
mengungkapkan gejala Akti'itas)
emas 0. @unakan pendekatan yang
. Mengidenti-ikasi, menenangkan
mengungkapkan dan . Nyatakan dengan jelas
menunjukkan tehnik harapan terhadap pelaku
untuk mengontol pasien
emas 3. (elaskan semua prosedur
3. Hital sign dalam batas dan apa yang dirasakan
normal selama prosedur
5. Postur tubuh, ekspresi 5. !emani pasien untuk
wajah, bahasa tubuh memberikan keamanan
dan tingkat akti'itas dan mengurangi takut
menunjukkan 4. ;erikan in-ormasi -aktual
18
berkurangnya mengenai diagnosis,
keemasan tindakan prognosis
6. Cibatkan keluarga untuk
mendampingi klien
1. %nstruksikan pada pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi
>. Dengarkan dengan penuh
perhatian
:. %denti-ikasi tingkat
keemasan
0/. ;antu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan keemasan
00. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
(.' IMPLEMENTASI
No H&$%<#/l D%&/,o1& Impleme,#&1% P&$&:
Nyeri akut 0. Memberikan in-ormasi
berhubungan dengan mengenai nyeri mulai dari
terputusnya jaringan penyebab hingga antisipasi
dari ketidaknyamanan akibat
prosedur
. Mengendalikan -aktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
7misalnya) suhu, ruangan,
19
penahayaan, suara bising8
3. Mengajarkan metode
-armakologi untuk
menurunkan nyeri
5. Mengajarkan penggunaan
teknin non -armakologi
7misal) relaksasi, terapi musi,
terapi akti'itas, pijatan8
4. Memastikan pasien mendapat
istirahat9 tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan
nyeri
6. Memoti'asi klien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya
2 Kekurangan 'olume 0. Menatat intake dan output
airan berhubungan yang akurat
dengan syok . Memonitor status hidrasi
hipo'olemik 7 kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik 8, jika
diperlukan
3. Memonitor hasil lab yang
sesuai dengan retensi airan
7;&N , 2mt , osmolalitas urin,
albumin, total protein 8
5. Memonitor 'ital sign setiap
04menit I 0 jam
4. memberian airan %H
6. Memonitor status nutrisi
1. memberikan airan oral
20
>. memberikan penggantian
nasogatrik sesuai output 74/ I
0//9jam8
:. Memoti'asi keluarga untuk
membantu pasien makan
0/. Kolaborasi dokter jika tanda
airan berlebih munul
meburuk
00. Mengatur kemungkinan
tran-usi
0. mempersiapkan untuk tran-usi
03. memasang kateter jika perlu
05. memonitor intake dan urin
output setiap > jam
21
:. Memonitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
terhadap panas9 dingin9 tajam 9
tumpul
0/. Menginstruksikan keluarga
untuk mengobser'asi kulit jika
ada lsi atau laserasi
00. Menggunakan sarung tangan
untuk proteksi
0. Membatasi gerakan
03. Memberikan analgetik dengan
kolaborasi
05. Memonitor adanya
tromboplebitis
5 Ansietas 0. Memoti'asi pasien
berhubungan dengan . Memahami dengan jelas
kurang pengetahuan harapan terhadap pelaku pasien
3. Menjelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan selama
prosedur
5. menemani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
4. memberikan in-ormasi -aktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
6. Melibatkan keluarga untuk
mendampingi klien
1. Memberi %nstruksikan pada
pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi
22
>. Mendengarkan dengan penuh
perhatian
:. Mengidenti-ikasi tingkat
keemasan
0/. Membantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan keemasan
00. Memoti'asi pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
0. mengelola pemberian obat
anti emas
(.) E6&l"&1%
No H&$%<#/l D%&/,o1& E6&l"&1%
Nyeri akut berhubungan S= Pasien mengatakan #nyeri
dengan terputusnya jaringan pada perut sudah tidak teras$
O=skala nyeri 3
!!H )!D 0/9>/ mm2g, nadi
:6E9menit ++ /E9menit s)36 /<
A= Masalah !eratasi
P= 2entikan %nter'ensi
2 Kekurangan 'olume airan S=Keluarga mengatakan
berhubungan dengan syok #pendarahan pasien sudah
hipo'olemik berhenti$
O=!D 0/9>/ mm2g, nadi
:6E9menit ++ /E9menit s)36 /<
" 2b 03 gr9dl
" !idak ada pendarahan lagi
A= Masalah !eratasi
P= 2entikan %nter'ensi
( Ketidake-ekti-an per-usi S= Pasien mengatakan #sudah
23
jaringan peri-er berhubungan tidak lemas lagi$
dengan hipoksia jaringan O=!D 0/9>/ mm2g, nadi
:6E9menit ++ /E9menit s)36 /<
" 2b > gr9dl
" Pendarahan teratasi
" ajah segar
A= Masalah !eratasi
P= 2entikan %nter'ensi
5 Ansietas berhubungan S= pasien mengatakan #merasa
dengan kurang pengetahuan nyaman dengan pengobatan$
O= "pasien Nampak tenang
!D 0/9>/ mm2g, nadi
:6E9menit ++ /E9menit s)36 /<
A= Masalah !eratasi
P= 2entikan %nter'ensi
24
BAB 5. PENUTUP
5. Ke1%mp"l&,
Plasenta akreta adalah tertahanya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 3/ menit setelah bayi lahir. Plasenta akreta merupakan kondisi
akibat adanya perlekatan plasenta pada dinding rahim yang terlalu dalam
sedangkan plasenta normal akan terlepas dari dinding rahim. Kondisi ini berisiko
menyebabkan pendarahan hebat pasa melahirkan karena penarikan plasenta dari
dindiang rahim. 2al ini dapat diketahui dengan melakukan &S@ rutin. Plasenta
akreta timbul sebagai komplikasi dalam 0 diantara 4// kelahiran. Penatalaksanan
yang dpaat dilakukan antara lain mengindenti-ikasi plasenta akreta pada klien dan
melakukan manajemen yang sesuai. Petugas kesehatan harus waspada terhadap
status resiko klien, membantu dengan terapi dan inter'ensi yang epat, sehingga
perlu menyiapkan D< 7dilatasi dan Kuretasi 8atau histerektomi, memberi
dukungan -isik dan emosional dan memberi penyuluhan klien dan keluarga.
5.2 S&$&,
%bu hamil seharusnya rutin melakukan &S@ untuk mengetahui kondisi janin
yang di kandungnya. 2al ini dapat membantu proses kelahiran pada pasien
plasenta akreta. Dengan mengetahui hal tersebut timmedis dapat menentukan
tindakan yang akan di lakukan dan menghindari resiko terburuk.
25