Anda di halaman 1dari 2

Kasus

Seorang laki-laki, berusia 56 tahun datang dengan keluhan sakit kepala mendadak saat
sedang mandi sejak 1 jam yang lalu. Keluhan disertai muntah, bicara kadang meracau. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien gelisah, tekanan darah 140/90 mmHg.
Nadi 105x/menit, laju pernapasan 20x/menit, suhu aksila 37,5oC. Pada pemeriksaan fisik
umum inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi pada dada dan perut dalam batas normal.
Pemeriksaan Neurologis menunjukan GCS E4V4M6, pupil bulat isokor 3mm/3mm RC
langsung dan tidak langsung +/+, Tanda rangsang meningeal kaku kuduk (+). Tidak
ditemukan Tanda Brudzinky I-VI, Pada pemeriksaan motorik tidak terdapat kelemahan alat
gerak dengan refleks fisiologis dan patologis normal. Pemeriksaan sensorik belum dapat
dilakukan, sedangkan pemeriksaan otonom tidak menunjukan kelainan. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ini antara lain pemeriksaan Laboratorium
lengkap, elektrolit dan kimia darah, foto thoraks, dan pemeriksaan CT scan kepala polos.
Pada pemeriksaan funduskopi menujukan batas papil tegas, hiperemis, cupping (+), A:V 1:3
Pemantauan tanda vital dan defisit dilakukan secara berkala.
Diskusi
1. Apakah tindakan lumbal punsi pada pasien ini merupakan kontraindikasi?
2. Komplikasi apa yang mungkin terjadi setelah melakukan tindakan LP?
3. Pengobatan apa yang diberikan setelah diagnose sementara ditegakkan?
Rangkuman
Tindakan lumbal pungsi harus berdasarkan indikasi dan kontraindikasi pada klinis yang
ditemukan, apabila akan akan dikerjakan maka infarom consent sangatlah penting untuk
memberikan pengertian tentang maksud dan tujuan tindakan tersebut. Perburukan klinis
sering terjadi saat setelah tindakan lumbal pungsi berupa penurunan kesadaran hingga
kematian bila tidak sesuai indikasi. Evaluasi tanda vital dan deficit neurologis dilakukan
secara berkala hingga maksimal 24 jam setelah tindakan untuk melihat adakah keadaan lain
yang dapat memperburuk penyakinya.
Kasus
Seorang perempuan berumur 23 tahun datang dengan keluhan kedua tungkai bawah lemah
bila digerakan sejak 1 hari SMRS. Keluhan lemah dirasakan bila digerakan dan disertai
kesemutan dan baal pada kedua tungkai dan lengan. Kelemahan awalnya didahului dengan
kesemutan dan baal pada telapak kaki, lalu makin lama keluhan dirasakan menjalar keatas
dan semakin lemah apabila di pakai berjalan dan kurang merasakan sentuhan pada telapak
kaki hingga setinggi betis. Selain itu, pasien juga merasa sering kebas-kebas pada kedua
tangannya dan merasa lemas saat mengerjakan aktivitas ringan dengan kedua telapak
tangannya. Batuk, pilek (+) 3 hari yang lalu, Demam (-), mual (+), muntah (+) 2 kali, BAB
dan BAK lancar. Lateralisasi (-), penurunan kesadaran (-). Haid lancar setiap bulan.
Pada pemeriksaan fisik umum dalam batas normal, tensi 110/80 mmHg, nadi 78x/mnt, laju
pernafasan 18x/mnt, suhu 37,2C. pemeriksaan neurologis keadaan umum pasien kompos
mentis, GCS E4M6V5, pupil bulat isokor 2,5mm/2,5mm RC langsung dan tidak langsung.
Nn Craniales dalam batas normal, pemeriksaan motorik didapatkan tetraparesis tipe flaccid,
sensoris didapatkan hipestesi dari kedua ujung jari sampai setinggi betis dan dari kedua ujung
jari tangan sampai pergelangan tangan. Otonom dalam batas normal
Diskusi
1. Apakah tindakan lumbal pungsi harus segera dilakukan pada pasien ini?
2. Dimana lokasi yang paling aman untuk melakukan lumbal pungsi?
3. Hasil lumbal pungsi apa yang diharapkan pada pasien tesebut?
Rangkuman
Tidakan lumbal pungsi sebaiknya dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan neurologis tetapi
tidak boleh menunda intervensi yang dapat menyelamatkan jiwa. Komplikasi tersering dari
prosedur ini adalah sakit kepala. Analisis cairan serebrospinal dapat mengarahkan diagnosis
pada beberapa kondisi seperti penyakit demielinisasi dan penyakin SSP lainnya. Dalam
melakukan pungsi lumbal, lokasi intervertebra L3-L4 ditentukan dengan palpasi pada crista
iliaca superior kanan dan kiri dan menggerakkan jari ke arah medial menuju ke tulang
vertebra

Anda mungkin juga menyukai