KONSEP DASAR
Anemia mikrositik
- Mudah kelelahan.
- Kulit wajah,ujung-ujung jari kaki dan tangan,lidah serta kelopak mata berwarna
pucat.
Faktor penyebab utama jenis anemia ini di pengaruhi oleh daya serap tubuh
terhadap zat besi. Biasanya penderita mengalami gejala anemia mikrositik hipokromik
karena memilki gangguan daya serat zat besi. Akibatnya kadar zat besi yang di
butuhkan untuk pembentukan darah tidak tercukupi. Inilah yang di sebut faktor
genetik. Sel darah merah yang terbentuk ukurannya akan lebih kecil dan tidak matang
(imatur) sementara volum hemglobinnya kurang dari batas normal. Selain itu penyakit
ini dapat di sebabkan karena kelalaian penderita dalam memenuhi asupan gizi yang
cukup mengandung zat besi, vitamin B12 dan folat. Aktifitas yang terlalu padat namun
waktu istirahat dan tidur lebih sedikit, dapat memicu penyakit anemia jenis mikrositik
hipokromik.
- Hemoglobinuria
- Gangguan hemostatis
- Malnutrisi
- Anak-anak
- Kehamilan
- Laktasia
kadar normal.
Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer
besi tampak pada feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah.
Bila anemia ini disebabkan karena kelainan genetik pada fungsi penyerapan zat
besi, maka penderita cukup mengatasi penyakit ini dengan cukup beristirahat dan
megurangi aktifitas yang terlalu berat agar tubuh tidak mengalami kelelahan. Istirahat
juga akan mengurangi efek letih pusing dan kekurangan tenaga. Bagi seseorang yang
normal, tetap harus mewaspadai gejala anemia mikrositik hipokrom karena penyebabnya
juga bisa dipengaruhi pola makan yang kurang baik. Oleh karena itu cegah penyakit ini
dengan mencukupi asupan gizi dan perbanyak makanan kaya zat besi, asam folat serta
Vitamin B. setiap kali beraktifitas, sempatkan untuk istirahat dan cukupi kebutuhan tidur.
dipengaruhi oleh faktor genetik, namun dapat dicegah resikonya bagi orang yang sehat
- Terapi besi oral Ferro sulfat, mengandung 67mg besi Ferro glukonat,
mengandung 37 mg besi.
- Terapi besi parenteral biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi
- Pengobatan Lain Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang
berasal dari protein hewani Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan
eritrosit)
b. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati
Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian
eritropoietin.
veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang
jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Jika lebih kecil dari pada normal
: eritrositnya mikrositer.
dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Jika lebih kecil dari
hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL.Jika lebih kecil dari
sideroblas negatif.
f. Nilai absolut menurun.
g. Retikolosit menurun.
h. Fe serum rendah.
j. Feritin menurun
7. Patofisiologi
Ringed sideroblast
Anemia defisiensi besi hemonoglobinopati
normal
Anemia sideroblastik
BAB II
WOC
Sumber : Guyton & Hall (1997), Long (1996), Price & Wilson (2006), Doengoes (2000),
Mansjoer (2001), Corwin (2009).
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
Sistem perncernaan
Keluhan : mual atau muntah, melena, diare, anoreksia, glositis
Pemeriksaan feses : ditemukan darah
Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan
System neurologi
Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung,
3. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin , hematokrit ,
trombosit dan sel darah merah ): pada mikrostik hipokrom hematokrit
kurang dari 27 %, kadar Hb kurang dari 9 g/dl.
Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi (normal
: 70-180 mg/dl)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin
Masa perdarahan memanjang
Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah ,
ukuran dan bentuk
4. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan
B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperaatan yang muncul pada klien
sebagai berikut:
C. Intervensi
Diagnosis Keperawatan 1 : Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi
hemoglobin
Perawatan sirkulasi
Tindakan observasi :
- Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edems, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle brachial index)
- Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Tindakan Terapeutik:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisa kasus
Berdasarkan konsep teori anemia mikrositik hipokrom diagnose
Keperawatan yang muncul adalah perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan
konsentrasi hemoglobin, intoleran aktivitas b/d kelelahan/kelemahan, deficit
nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan, disfungsi motalitas
gastrointestinal b/d malnutrisi. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
adalah perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin, nyeri
akut b/d agen pencedera fisiologis (iskemia), intoleransi aktivitas b/d kelemahan/
kelelahan, konstipasi b/d ketidakcukupan asupan serat dan asupan cairan.
Pada kasus, diagnose keperawatan deficit nutrisi tidak muncul karena pasien
tidak mengalami penurunan berat badan sampai 10%, berat badan sebelum sakit 48
kg, setelah sakit 45kg, berat badan pasien masih ideal dengan tinggi 160cm, tidak
ada masalah pada system pencernaan peristaltic usus pasien 10x/menit, tidak ada
kelemahan pada otot pengunyah dan menelan. Diagnosa keperawatan disfungsi
motalitas gastrointestinal tidak muncul karena peristaltic pasien masih ada dan
normal, tidak ada distensi abdomen, malnutrisi, infeksi pencernaan dan pasien tidak
sedang menjalani pembedahan abdomen atau usus yang dapat memperberat kondisi
klinis.
Pada kasus, diagnose keperawatn nyeri akut muncul karena anemia
mengakibatkan hipoksia yang menyebabkan vaskularisasi kejaringan tubuh
terganggu sehingga pasien merasa nyeri didaerah kaki, nyeri juga terjadi karena
riwayat pasien yang hipertensi yang mengakibatkan iskemia jaringan semakin
meningkat. Diagnosa keperawatan konstipasi juga muncul pada kasus dikarenakan
intake serat dan cairan berkurang dikarenakan nafsu makan menurun, pasien
merasa mual jika banyak minum air putih dan mobilisasi pasien juga terbatas
dikarenakan fisik yang lemah karena anemia
A. Kesimpulan
1. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia mikrositik
hipokromik adalah suatu kondisi dimana ukuran eritrosit yang lebih kecil dari
normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang juga kurang dari normal
(indeks eritrosit: MCV < 73fl, MCH <23 pg, MCHC 26-35%).
2. Penyebab anemia mikrositik hipokromik antara lain: anemia defisiensi besi,
thalassemia major, anemia akibat penyakit kronik dan anemia sideroblastik.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia yaitu Hb, penambahan
indeks eritrosit, pemeriksaan hapusan darah perifer, luas distribusi sel darah
merah, eritrosit protoporfirin, besi serum, serum transferi, serum feritin.
4. Tatalaksana pasien anemia adalah dengan mengatasi dasar penyebab anemia
dan jika Hb<6gr% merupakan indikasi dilakukannya transfusi darah.
B. Saran
1. Dalam merencanakan tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur
keperawatan dan kode etik keperawatan
2. Perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, sehingga
pelaksanaan keperawatan akan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA