Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP DASAR

Anemia mikrositik hipokrom


1. Definisi
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
atau hematocrit dibawah normal ( Brunner dan Suddarth, 2000:22 ). Anemia adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai normal ( Emma, 1999). Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar HB dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga
normal yaitu bila HB < 14 gr/dl dan HT < 41%, pada pria atau HB < 12 gr/dl dan HT <
37% pada wanita (Mansjoer, 1999 : 547).
Klasifikasi anemia dibagi menjadi 5 yaitu : anemia mikrositik hipokrom ( anemia
defisiensi besi, anemia penyakit kronis), anemia makrositik (defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat), anemia karena perdarahan, anemia hemolitik, anemia aplastic (
Mansjoer, 1999: 547).
Mikrositik adalah didapatkan ukuran eritrosit yang mengecil secara abnormal.
Hipokrom menunjukkn adanya eritrosit dimana kadar hemoglobin berkurang. Bila rata-
rata sel darah merah (MCV) menurun, anemia diklasifikasikan sebagai mikrositik. Bila
rata-rata konsentrasi hemoglobin didalam sel (MCHC) menurun, anemia diklasifikasikan
sebagai hipokromik (Lee, 2006).
Anemia mikrositik adalah jenis anemia yang ditandai dengan keberadaan sel-sel
darah merah abnormal kecil. Ini adalah salah satu masalah paling umum, yang bagi
kebanyakan orang disebut anemia defisiensi besi. Memang, kebanyakan anemia
mikrositik disebabkan oleh kekurangan zat besi, meskipun juga dapat disebabkan oleh
kondisi lain. Mikrositik berarti kecil, hipokrom artinya mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari normal.
Anemia mikrositik hipokrom adalah suatu keadaan kekurangan besi (Fe) dalam
tubuh yang mengakibatkan pembentukan eritrosit atau sel darah merah mengalami
ketidakmatangan (imatur). Sel darah merah yang terbentuk ukurannya lebih kecil dari
normal dan hemoglobin dalam sel darah merah berjumlah sangat sedikit penyakit ini
disebut juga defisiensi zat besi. Defisiensi besi adalah penyebab anemia yang tersering
terjadi di semua negara di dunia. Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu
anemia mikrositik hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik) dan
pucat (hipokrom).

Anemia mikrositik

2. Tanda dan gejala anemia mikrositik hipokrom

Penderita anemia mikrositik akan mengalami tanda-tanda sebagai berikut:

- Penurunan berat badan.

- Mudah kelelahan.

- Kulit wajah,ujung-ujung jari kaki dan tangan,lidah serta kelopak mata berwarna

pucat.

- Sering mengalami pusing.

- Terkadang mengalami sesak nafas.

- Terjadi beberapa iritasi terutama dibagian lidah.

3. Etiologi Anemia mikrositik hipokrom

Faktor penyebab utama jenis anemia ini di pengaruhi oleh daya serap tubuh

terhadap zat besi. Biasanya penderita mengalami gejala anemia mikrositik hipokromik

karena memilki gangguan daya serat zat besi. Akibatnya kadar zat besi yang di

butuhkan untuk pembentukan darah tidak tercukupi. Inilah yang di sebut faktor

genetik. Sel darah merah yang terbentuk ukurannya akan lebih kecil dan tidak matang

(imatur) sementara volum hemglobinnya kurang dari batas normal. Selain itu penyakit
ini dapat di sebabkan karena kelalaian penderita dalam memenuhi asupan gizi yang

cukup mengandung zat besi, vitamin B12 dan folat. Aktifitas yang terlalu padat namun

waktu istirahat dan tidur lebih sedikit, dapat memicu penyakit anemia jenis mikrositik

hipokromik.

Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah:

MCV,MCH dan MCHC < N

Penyebab terjadinya anemia mikrositik hipokrom :

a. Anemia defisiensi besi (gangguan besi)

Anemia defisiensi besi terjadi karena:

a) Kehilangan besi (perdarahan menahun)

- Pendarahan traktus gastrointestinal.

- Pendarahan traktus urogenitalis

- Hemoglobinuria

- Hemosiderosis pulmonary idiopatik

- Teleangiektasia hemoragik herediter

- Gangguan hemostatis

- Gagal ginjal kronik dan hemodialisa

b) Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang

- Malnutrisi

- Gangguan absorpsi :operasi lambung aklorhidria,penyakit celiac.

c) Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)

- Anak-anak

- Kehamilan

- Laktasia

Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap:


 Tahap 1 (defisiensi Fe pre laten), dimana berkurangnya cadangan Fe

tanpa disertai berkurangnya kadar serum Fe.

 Tahap 2 (defisiensi Fe laten), dimana Fe habis,tetapi kadar Hb masih di

atas batas terendah kadar Hb normal

 Tahap 3 (Anemia defisiensi Fe), dimana kadar Hb di bawah batas terendah

kadar normal.

a. Anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)

Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer

yang mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi

besi tampak pada feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah.

b. Thalasemia (gangguan globin)

Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi

karena sintesis hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya

kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang normal.

c. Anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)

Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin.

Menyebabkan besi yang ada di sumsum tulang meningkat sehingga

besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan menumpuk

pada mitokondria perinukleus.

4. Pencegahan Anemia Mikrositik Hipokromik

Bila anemia ini disebabkan karena kelainan genetik pada fungsi penyerapan zat

besi, maka penderita cukup mengatasi penyakit ini dengan cukup beristirahat dan

megurangi aktifitas yang terlalu berat agar tubuh tidak mengalami kelelahan. Istirahat

juga akan mengurangi efek letih pusing dan kekurangan tenaga. Bagi seseorang yang

normal, tetap harus mewaspadai gejala anemia mikrositik hipokrom karena penyebabnya

juga bisa dipengaruhi pola makan yang kurang baik. Oleh karena itu cegah penyakit ini
dengan mencukupi asupan gizi dan perbanyak makanan kaya zat besi, asam folat serta

Vitamin B. setiap kali beraktifitas, sempatkan untuk istirahat dan cukupi kebutuhan tidur.

Jadi kesimpulannya, anemia mikrositik hiprokomik sulit disembuhkan bila penyebabnya

dipengaruhi oleh faktor genetik, namun dapat dicegah resikonya bagi orang yang sehat

dengan pola makan dan pola hidup yang baik.

5. Penatalaksanaan medis Anemia Mikrositik Hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

- Terapi besi oral Ferro sulfat, mengandung 67mg besi Ferro glukonat,

mengandung 37 mg besi.

- Terapi besi parenteral biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi

penggunaan besi oral. Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular

Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus

- Pengobatan Lain Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang

berasal dari protein hewani Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk

meningkatkan absorpsi besi Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan

sideroblastik jarang dilakukan (untuk menghindari penumpukan besi pada

eritrosit)

b. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati

penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya.

Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian

eritropoietin.

c. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan

veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang

pada veneseksi mengandung 200-250 mg besi.


d. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10

g/dL. Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan

besi, sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi

6. Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung

Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit

rata-rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER

a. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan

jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Jika lebih kecil dari pada normal

: eritrositnya mikrositer.

b. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin

dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Jika lebih kecil dari

normal biasanya eritrosit hipokrom

c. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai

hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL.Jika lebih kecil dari

normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa

eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah

tepi untuk melihat morfologi darah tepi.

d. Apus darah tepi:

- Eritrosit: hipokrom mikrositer

- Leukosit: jumlahnya normal,granulositopenia ringan dan terdapat mielosit.

- Trombosit biasanya meningkat sampai dua kali trombosit normal

e. Apus sumsum tulang:

- Hyperplasia eritropoesis dengan kelompok-kelompok normoblas basofil.

Bentuk pronormoblas, normoblas kecil-kecil,dengan sitoplasma ireguler,

sideroblas negatif.
f. Nilai absolut menurun.

g. Retikolosit menurun.

h. Fe serum rendah.

i. TIBC (Total Iron Binding Capasity) meningkat.

j. Feritin menurun

7. Patofisiologi

Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena


a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)
Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah
a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)
b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)
c. thalasemia (gangguan globin)
d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)

Anemia Mikrositik Hipokrom

Cadangan besi Cadangan besi


sumsum tulang ↓ sumsum tulang ↑

Elektroforesa HB Elektroforesa HB Elektroforesa HB


normal abnormal normal

Ringed sideroblast
Anemia defisiensi besi hemonoglobinopati

normal

Anemia sideroblastik
BAB II
WOC
Sumber : Guyton & Hall (1997), Long (1996), Price & Wilson (2006), Doengoes (2000),
Mansjoer (2001), Corwin (2009).
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Dasar


1. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab
 Kehilangan darah kronis
 Riwayat urkus grastis kronis
 Penggunaan kemoterapi
 Gagal ginjal
 Penggunaan antibiotik yang lama
 Defisiensi nutrisi
 Luka bakar yang luas
2. Pemeriksaan fisik
Gejala umum:
 Keletihan, fatigue, kelemahan umum (menunjukan hipoksemia jaringan).
 Kulit dan membrane mukosa pucat
 Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi
 Ulserasi mulut pada megaloblastik dan defisiensi besi
 Kuku cekung, bergerigi, memutih pada defisiensi besi
 Sakit kepala ringan , peka rangsang (menunjukan hipoksemia serebral)
Status kardiologi
 Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih cepat dan
kuat. Gejala: takikardi, palpitasi (menunjukan kepekaan miokard karena
hipoksemia), diespnea, pusing, ortopnea.
 Tanda: Kardiomegali, hepatomegali, edema perifer

Sistem perncernaan
 Keluhan : mual atau muntah, melena, diare, anoreksia, glositis
 Pemeriksaan feses : ditemukan darah
 Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
 Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan
System neurologi
 Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung,
3. Pemeriksaan diagnostik
 Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin , hematokrit ,
trombosit dan sel darah merah ): pada mikrostik hipokrom hematokrit
kurang dari 27 %, kadar Hb kurang dari 9 g/dl.
 Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi (normal
: 70-180 mg/dl)
 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin
 Masa perdarahan memanjang
 Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah ,
ukuran dan bentuk
4. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan

B. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperaatan yang muncul pada klien
sebagai berikut:

1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin


2. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan/kelemahan
3. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
4. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d malnutrisi

C. Intervensi
Diagnosis Keperawatan 1 : Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi
hemoglobin

Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ……perfusi jaringan klien


meningkat dengan kriteria hasil:

- Denyut nadi perifer meningkat


- Sensasi meningkat
- Warna kulit pucat menurun
- Edema perifer menurun
- Nyeri ekstremitas menurun
- Parastesia menurun
- Kelemahan otot menurun
- Kram otot menurun
- Pengisian kapiler cukup membaik
- Turgor kulit cukup membaik
- Tekanan darah sistolik cukup membaik
- Tekanan darah diastolik cukup membaik

Intervensi utama keperawatan

Perawatan sirkulasi

Tindakan observasi :

- Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edems, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle brachial index)
- Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

Tindakan Terapeutik:

- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan


perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cidera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Tindakan Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolah raga rutin
- Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurunan kolesterol, jika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
- Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
- Anjurkan program rehabilitasi vascular
- Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang
tidak hilanh saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).
Manajemen sensasi perifer
Tindakan observasi
- Identifikasi penyebab perubahan sensasi
- Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis, sepatu dan pakaian
- Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
- Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
- Monitor terjadinya parastesia
- Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
Tindakan terapeutik
- Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Terapai edukasi
- Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
Terapi kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kortikosteroid , jika perlu
Intervensi pendukung
- Edukasi diet
- Edukasi pengukuran nadi radialis
- Edukasi proses penyakit
- Pemantauan cairan
- Pemantauan hasil labolatorium
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pemberian produk darah
- Pengambilan sampel darah arteri
- Pengambilan sampel darah vena
- Terapi oksigen
- Pemasangan stocking elastis

Diagnosa keperawatan 2 : Intoleransi aktivitas b/d kelelahan/kelemahan


Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama…..,toleransi aktivitas
meningkat dengan kriteria hasil :
- Ambulasi meningkat
- Curah jantung meningkat
- Konsevasi energi meningkat
- Tingkat kletihan menurun
Intervensi Utama Keperawatan:
Manajemen energi
Tindakan observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Tindakan terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Tindakan edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Tindakan kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Intervensi pendukung :
- Dukungan ambulasi
- Dukungan perawatan diri
- Dukungan tidur
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi Teknik ambulasi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian obat

Diagnosa keperawatan 3: Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ……..status nutrisi
meningkat dengan kriteria hasil :
- Berat badan meningkat
- Eliminasi fekal baik
- Fungsi gastrointestinal baik
- Nafsu makan meningkat
- Perilaku meningkatkan berat badan
- Status menelan baik
- Tingkat depresi menurun
- Tingkat nyeri menurun
Intervensi utama keperawatan
Manajemen nutrisi
Tindakan observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Tindakan terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan , jika perlu
Tindakan edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Tindakan kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis: Pereda nyeri, antiemetic
), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan , jika perlu
Promosi berat badan
Tindakan observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab berat badan kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit dan elektrolit serum
Tindakan terapeutik
- Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen , jika perlu
- Berikan pujian pada pasien/ keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Tindakan edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi namun tetap terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
Intervensi pendukung :
- Edukasi diet
- Konseling nutrisi
- Manajemen cairan
- Manajemen eliminasi fekal
- Manajemen diare
- Manajemen energi
- Manajemen gangguan makan
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian makanan
- Pemberian obat intravena
- Terapi menelan

Diagnosa keperawatan 4 : disfungsi motilitas gastrointestinal b/d malnutrisi


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama …… motilitas
gastrointestinal membaik cdenagn kriteria hasil:
- Eliminasi fekal membaik
- Keseimbangan cairan membaik
- Keseimbangan elektrolit membaik
- Tingkat kenyamanan meningkat
- Tingkat mual muntah menurun
- Tingkat nyeri menurun
- Pemulihan pascabedah membaik
Intervensi utama keperawatan
Manajemen nutrisi
Tindakan observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Tindakan terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan , jika perlu
Tindakan edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Tindakan kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis: Pereda nyeri,
antiemetic) , jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan , jika perlu
Pengontrolan infeksi
Tindakan observasi
- Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular
Tindakan terapeutik
- Terapkan kewaspadaan universal (mis: cuci tangan aseptic, gunakan alat
pelindung diri seperti: masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung
mata, apron, sepatu bot sesuai model transmisi mikroorganisme)
- Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan positif pasa pasien yang mengalami
penurunan imunitas
- Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negative untuk pasien dengan resiko
penyebaran infeksi via droplet atau udara
- Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furniture, lantai sesuai kebutuhan
- Gunakan hepafilter pada area khusus (mis: kamar operasi)
- Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit menular
Tindakan edukasi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk dan /atau bersin

D. Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan


Diagnosa keperawatan yang menjadi skala prioritas pada asuhan keperawatan
pasien anemia mikrositik hipokrom adalah perfusi perifer tidak efektif b/d
penurunan konsentrasi hemoglobin sehingga menjadikan oksigen dalam jaringan
berkurang yang mempengaruhi aktifitas vaskuler, kondisi ini sama terjadi pada
komplikasi pasien diabetes melitus yaitu penyakit vascular perifer yang akan
mengawali terjadinya hipoksia jaringan. Berdasarkan evidence based melakukan
latihan fisik (senam kaki) dapat memperbaiki sirkulasi darah sehingga perfusi
jaringan membaik pada pasien diabetes melitus. Hal ini dapat dilakukan pada pasien
anemia untuk meningkatkan perfusi perifer yaitu pada intervensi perawatan sirkulasi
tindakan edukasi untuk memperbaiki sirkulasi dengan cara menganjurkan senam
kaki minimal 1 kali sehari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisa kasus
Berdasarkan konsep teori anemia mikrositik hipokrom diagnose
Keperawatan yang muncul adalah perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan
konsentrasi hemoglobin, intoleran aktivitas b/d kelelahan/kelemahan, deficit
nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan, disfungsi motalitas
gastrointestinal b/d malnutrisi. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
adalah perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin, nyeri
akut b/d agen pencedera fisiologis (iskemia), intoleransi aktivitas b/d kelemahan/
kelelahan, konstipasi b/d ketidakcukupan asupan serat dan asupan cairan.
Pada kasus, diagnose keperawatan deficit nutrisi tidak muncul karena pasien
tidak mengalami penurunan berat badan sampai 10%, berat badan sebelum sakit 48
kg, setelah sakit 45kg, berat badan pasien masih ideal dengan tinggi 160cm, tidak
ada masalah pada system pencernaan peristaltic usus pasien 10x/menit, tidak ada
kelemahan pada otot pengunyah dan menelan. Diagnosa keperawatan disfungsi
motalitas gastrointestinal tidak muncul karena peristaltic pasien masih ada dan
normal, tidak ada distensi abdomen, malnutrisi, infeksi pencernaan dan pasien tidak
sedang menjalani pembedahan abdomen atau usus yang dapat memperberat kondisi
klinis.
Pada kasus, diagnose keperawatn nyeri akut muncul karena anemia
mengakibatkan hipoksia yang menyebabkan vaskularisasi kejaringan tubuh
terganggu sehingga pasien merasa nyeri didaerah kaki, nyeri juga terjadi karena
riwayat pasien yang hipertensi yang mengakibatkan iskemia jaringan semakin
meningkat. Diagnosa keperawatan konstipasi juga muncul pada kasus dikarenakan
intake serat dan cairan berkurang dikarenakan nafsu makan menurun, pasien
merasa mual jika banyak minum air putih dan mobilisasi pasien juga terbatas
dikarenakan fisik yang lemah karena anemia

B. Analisa intervensi keperawatn


Intervensi pada diagnose keperawatan perfusi perifer tidak efektif secara teori
tidak bisa dilaksanakan semuanya karena disesuaikan dengan kondisi pasien pada
saat itu. Intervensi pendukung pemasangan stocking elastis tidak dilakukan karena
pasien tidak mengalami udem tungkai, terapi oksigen yaitu pemberian oksigen via
canul tidak dilakukan karena pasien tidak mengalami sesak napas, obat penurun
tekanan darah tidak ada secara spesifik atau rutin diberikan, karena selama terapi
pemberian produk darah 2x/24 jam sampai HB > 10 gr% diberikan pre medikasi
tranfusi darah injeksi furosemide 1 ampul yang berefek penurunan tekanan darah.
Pasien tidak mengalami thrombosis arteri atau thrombosis vena dalam yang dapat
mengakibatkan penyakit neurovascular sehingga manajemen sensasi perifer tidak
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif hal ini
dikarenakan pasien tidak mengalami neuropati perifer atau perubahan sensasi pada
perifer.
Interevensi pada diagnose keperawatan intoleransi aktifitas secara teori
diterapkan semua pada kasus karena sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien
pada saat itu.

C. Rancangan ide-ide baru


Rancangan ide baru berdasarkan evidence based yang didapat untuk
intervensi diagnose keperawatan perfusi perifer tidak efektif adalah senam kaki
yang dilakukan 1-2x/24 jam karena dapat meningkatkan sirkulasi darah perifer
yang dibuktikan menggunakan Teknik pemeriksaan capillary refill time perifer.
Rancangan ide baru untuk intervensi diagnose keperawatan konstipasi
berdasarkan evidence based yang didapat yaitu Melakukan massage abdomen
menggunakan baby oil dan Menganjurkan pasien minum air putih hangat ± 500
ml pada pagi hari.
Rancangan ide baru berdasarkan evidence based yang didapat untuk
intervensi diagnose keperawatan nyeri akut adalah Terapi Relaksasi Genggam Jari.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia mikrositik
hipokromik adalah suatu kondisi dimana ukuran eritrosit yang lebih kecil dari
normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang juga kurang dari normal
(indeks eritrosit: MCV < 73fl, MCH <23 pg, MCHC 26-35%).
2. Penyebab anemia mikrositik hipokromik antara lain: anemia defisiensi besi,
thalassemia major, anemia akibat penyakit kronik dan anemia sideroblastik.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia yaitu Hb, penambahan
indeks eritrosit, pemeriksaan hapusan darah perifer, luas distribusi sel darah
merah, eritrosit protoporfirin, besi serum, serum transferi, serum feritin.
4. Tatalaksana pasien anemia adalah dengan mengatasi dasar penyebab anemia
dan jika Hb<6gr% merupakan indikasi dilakukannya transfusi darah.

Anemia mempunyai macam-macam jenisnya menurut penyebab, salah


satunya anemia mikrositik, defisiensi besi, dan asam folat.

B. Saran
1. Dalam merencanakan tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur
keperawatan dan kode etik keperawatan
2. Perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, sehingga
pelaksanaan keperawatan akan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

A.Victor, Hoffbrend, dkk.2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta : EGC


Arif, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
Handayani,Wiwik, Andis Sulistiyo Hari Bowo. 2008. Buku Ajar Asuahan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Mediaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai