Indonesia.
2. Secara Praktis
anarkis.
E. Kerangka Pemikiran
Indonesia sebagai negara demokrasi, suara rakyat merupakan
kebutuhan wajib dalam menjalankan kepemerintahan negara. Namun, karena
sangat banyaknya populasi penduduk Indonesia, bentuk demokrasi langsung
sangat tidak efisien dalam menjalankan roda kepemerintahan, dimana dalam
sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu
kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan
politik yang terjadi, pada akhirnya Demokrasi perwakilan merupakan
alternatif yang terbaik.1
Hak Asasi Manusia atau biasa disebut HAM adalah prinsip-prinsip
moral atau norma-norma, yang menggambarkan standar tertentu dari perilaku
manusia, dan dilindungi secara teratur sebagai hak-hak hukum dalm hukum
kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak
sebagai hak-hak dasar “yang seseorang secara inheren berhak karena dia
adalah manusia” dan yang “melekat pada semua manusia” terlepas dari
bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku
di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti yang universal, dan ini egaliter
dalam arti yang sama bagi setiap orang.2
Kebebasan mengeluarkan pendapat merupakan salah satu hak asasi
yang dimiliki oleh setiap manusiadan dijamin dalam Undang-undang Dasar
1945. Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk sangat menjunjung tinggi kebebasan warga
negaranya untuk bebas mengemukakan pendapatnya.Kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak setiap warga Negara
untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara
bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.3
1
Blog Annlistyana, Makalah Realitas Demonstrasi Indonesia,
https://annlistyana.wordpress.com/2012/04/27/makalah-realitas-demonstrasi-indonesia/ , diunduh pada
2 januari 2020, Pukul 18:15 WIB.
2
Wikipedia, Hak Asasi Manusia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia , diunduh pada 2
januari 2020, Pukul 19:00 WIB.
3
Blog Civic Education, Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat,
https://istifunnyassyidiq.wordpress.com/bab-iv-kemerdekaan-mengemukakan-pendapat/ ,
diunduh pada 2 januari 2020, Pukul 19.40 WIB.
Demonstrasi dapat diartikan sebagai suatu aksi peragaan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menunjukkan cara
kerja, cara pembuatan, maupun cara pakai suatu alat, material atau obat jika
ditilik dari sudut pandang perdagangan maupun sains. Demonstrasi dalam
konteksnya sebagai salah satu jalur yang ditempuh untuk menyuarakan
pendapat, dukungan maupun kritikan, yaitu suatu tindakan untuk
menyampaikan penolakan, kritik, saran, ketidakberpihakan, dan
ketidaksetujuan melalui berbagai cara dan media dengan aturan-aturan yang
telah ditetapkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebagai akumulasi
suara bersama tanpa dipengaruhi oleh kepentingan pribadi maupun golongan
yang menyesatkan dalam rangka mewujudkan demokrasi yang bermuara pada
kedaulatan dan keadilan rakyat.
Di Indonesia, aksi unjuk rasa memang diperbolehkan selagi tidak
berbuat anarkis, dan hal ini dilindungi oleh undang-undang negara republik
Indonesia. Bahkan ketika pemerintah bertindak sewenang-wenang, sulit
membuka ruang dialog, cenderung mengabaikan rakyat, maka aksi unjuk rasa
bukanlah hal yang buruk. Aksi unjuk rasa mungkin saja sebagai pilihan akhir,
karena sudah tidak ada cara lain yang bisa ditempuh, dan tentu sebagai wujud
kepedulian rakyat untuk mengingatkan pemerintah. Aksi unjuk rasa adalah
peristiwa politik, dan jika dilakukan oleh lawan politik, itu hal yang wajar dan
biasa.Namun jika dilakukan oleh siapa pun elemen, baik yang memilih
Presiden dan Partainya, masyarakat netral, ditambah lawan politiknya.Nah, ini
yang tidak biasa, tentu ada sesuatu yang perlu dipertanyakan dari kredibilitas
pemerintah saat ini.
Pembukaan alinea pertama Undang-Undang Dasar 1945, secara
substansial mengandung pokok pikiran tentang apa yang kita pahami sebagai
“peri-keadilan.” Konsepsi pikir dari makna di atas sebenarnya mengarah
pada konsepsi ideal dari tujuan masyarakat Indonesia yang apabila dikaitkan
dengan konsepsi hukum alam, mengandung makna:
1. Ideal-ideal yang menuntun perkembangan hukum dan
pelaksanaannya;
2. Suatu dasar dalam hukum yang bersifat moral, yang menjaga
jangan sampai terjadi suatu pemisahan secara total antara “yang
ada sekarang” dan “yang seharusnya”;
3. Suatu metode untuk menemukan hukum yang sempurna;
4. Isi dari hukum yang sempurna, yang dapat dideduksikan melalui
akal;
5. Suatu kondisi yang harus ada bagi kehadiran hukum.
Tidak terlepas dari aspek filosofis, sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea kedua yang berbicara tentang
adil dan makmur. Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea kedua yang berbunyi:
“…mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil
dan makmur.”
4
Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Semarang,
1990, hlm. 97-98.
5
Ibid, hlm. 10.
6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm.
13-14.
Penelitian kepustakaan yaitu penelitian terhadap data sekunder
yang dilakukan dengan cara menginventarisasi data berupa bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.7
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan hukum hak asasi manusia mengenai kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum. Disamping itu, tidak
menutup kemungkinan diperoleh bahan hukum lain, dimana
pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan cara membaca,
memperlajari, serta menelaah data yang terdapat dalam buku, literatur,
tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian.
Bahan-bahan hukum tersebut antara lain:
1) Bahan hukum primer, yaitu pengkajian terhadap Peraturan
Perundang-undangan yang terkait dengan tinjauan hukum
mengenai unjuk rasa anarkis oleh mahasiswa kepada DPRD Jawa
Barat:
a) Undang-undang Dasar 1945 Amandemen ke-IV;
b) Kitab Undang-undang Hukum Pidana;
c) Ketetapan MPR Nomor XVV/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia;
d) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum;
e) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia;
f) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik;
7
Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Semarang,
1990, hlm. 11-12.
g) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum;
h) Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengendalian Massa (Protap Dalmas).
2) Bahan hukum sekunder, bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis
dan memahami bahan hukum primer, adalah:
a) Buku-buku ilmiah karangan para sarjana;
b) Hasil-hasil penelitian dalam ruang lingkup hukum yang
memiliki relevansi dengan topik pembahasan dalam penelitian
ini terutama yang berhubungan dengan kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum.
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan
informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder:
a) Kamus Hukum;
b) Kamus Umum Bahasa Indonesia;
c) Kamus Bahasa Inggris;
d) Kamus Bahasa Belanda.8
b. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan yaitu suatu cara memperoleh data yang
dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada informan yang
terlebih dahulu mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan (guide
interview) sebagai pedoman dan variasi-variasi pada saat wawancara.9
4. Tehnik Pengumpulan Data
8
Ibid, hlm. 12.
9
Istiqamah, Penerbitan Kartu Kredit Oleh Bank Tanpa Persetujuan Suami dan Istri Dalam Upaya
Kepastian Hukum ditinjau dari Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Kumpulan
Karya Ilmiah, 2016, hlm. 28.
Pengumpul data merupakan satu proses pengadaan data, untuk
a. Studi Dokumen
b. Wawancara (Interview)
G. Lokasi Penelitian
1. Polda Jawa Barat
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan
sistematika penulisan terkhusus dalam unjuk rasa anarkis
oleh mahasiswa di DPRD jawa barat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA UNJUK RASA ANARKIS
10
Ibid, Hlm. 52.
11
Amirudin dan Zainal Asikin, Op, Cit, Hlm. 82
OLEH MAHASISWA
Dalam BAB ini membahas mengenai unjuk rasa anarkis oleh
mahasiswa dikaitkan dengan Undang-Undang yang berlaku
BAB III HASIL PENELITIAN PELAKU UNJUK RASA
ANARKIS OLEH MAHASISWA KEPADA DPRD
JAWA BARAT
Bab ini penulis menguraikan mengenai hasil penelitian
mengenai unjuk rasa anarkis oleh mahasiswa disertai dengan
data yang mendukung
I. Jadwal Penelitian
2020
No KEGIATAN Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Penelitian
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Analisis Data
5. Penyusunan Hasil
Penelitian Ke Dalam
Bentuk Penulisan
Hukum
Daftar Pustaka
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers,
Jakarta, 2001,
Istiqamah, Penerbitan Kartu Kredit Oleh Bank Tanpa Persetujuan Suami dan Istri
Dalam Upaya Kepastian Hukum ditinjau dari Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Kumpulan Karya Ilmiah, 2016, hlm. 28.