Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Impor

Impor adalah memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Barang yang


dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor dan
terutang bea masuk (Pasal 1 (1) UU No. 10/1995 jo. UU No. 17/2006).

Pengertian Impor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan memasukkan barang


ke dalam daerah pabean. Semua barang yang dimaksudkan adalah semua atau
seluruh barang dalam bentuk dan jenis apa saja yang masuk ke dalam daerah
pabean. (H.S, Marsono, 1999:4)

Pengertian dari impor adalah proses memasukkan barang dari luar negeri ke dalam
negeri. Berdasarkan undang-undang pajak, yang dimaksud dengan impor adalah
kegiatan memasukkan barang kena pajak dari luar daerah pabean ke dalam daerah
pabean.

Impor adalah proses memasukkan barang dari luar negeri ke dalam negeri.
berdasarkan undang-undang pajak, yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan
memasukkan barang kena pajak dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean.
Pengertian tentang daerah pabean terdapat dalam pasal 1 undang-undang nomor18
tahun 2000 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan
atas barang mewah, sebagai berikut : “daerah pabean adalah wilayah republik
indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta
tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
didalamnya berlaku. undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang kepabeanan”.
dalam hal impor barang kena pajak juga dikenal ada dua jenis kegiatan, yaitu :

1. Kegiatan memasukkan barang kena pajak dari luar daerah pabean yang
langsung dilakukan oleh dan untuk kepentingan importir yang
bersangkutan. sebagai objek pajak pertambahan nilai adalah kegiatan impor
barang kena pajak.

II-1
II-2

2. Kegiatan memasukkan barang kena pajak yang dilakukan oleh importir


untuk kepentingan pihak lain selaku indentor. kegiatan ini dinamakan impor
inden.sama halnya dengan handling export, sebagai objek pajaknya
disamping kegiatan impor tersebut juga penyerahan jasa keagenan yang
dilakukan oleh importir.

2.1.1 Syarat-Syarat Impor

a. Memiliki izin impor berupa :


1. API (angka pengenal impor) untuk importir umum berlaku
selama perusahaan menjalankan usaha.
2. APIS (angka pengenal impor sementara) berlaku untuk jangka
waktu 2 tahun dan tidak dapat di perpanjang.
3. API (S) Produsen untuk perusahaan diluar PMA atau PMDN
4. APIT (Angka Pengenal Impor Terbatas) untuk perusahaan
PMA/PMDN.

b. Persyaratan untuk memperoleh APIS:


1. Memiliki SIUP perusahaan besar atau menengah
2. Keahlian dalam perdagangan impor
3. Referensi bank devisa
4. Bukti kewajiban pajak (NPWP)

c. Persyaratan untuk memperoleh API:


1. Wajib memiliki APIS
2. Tidk pernah ingkar kontrak impor
2.1.2 Pengelompokan Barang Impor

Barang impor yang masuk Indonesia dalam garis besarnya dapat di


masukkan menjadi 4 (empat) kelompok barang yaitu sebagai berikut : (
menurut Amir MS, 2003, Letter of Credit dalam bisnis ekspor impor,
PPM, Jakarta):
II-3

1. Barang Impor Bebas


Barang impor yang semua jenis barangnya tidak dilarang impor.
Tidak di atur tata niaga impornya dan tidak termasuk barang impor
khusus.
2. Barang yang dilarang impor
Barang yang di larang untuk impor adalah :
a. Kelompok bahan kimia tertentu.
b. Limbah /unsure tertentu.
c. Bahan-bahan berbahaya tertentu lainnya.
d. Produk industry percetakan tertentu.
3. Barang yang di atur tata niaga impornya.
Barang-barang yang impornya hanya dapat di laksanakan oleh
importer tertentu yang terdiri antara lain :
a. Kelompok beras
b. Kelompok minuman keras
c. Kelompok minyak pelumas
d. Bahan peledak
e. Bahan kimia
f. Limbah
g. Alat-alat pertanian tertentu
h. Otomotif
i. Bahan-bahan berbahaya

Pemerintah mengatur tata niaga impornya karena mungkin bisa


berbahaya bagi masyarakat dan juga untuk barang impor tertentu
untuk melindungi produsen dalam negeri.

4. Barang Impor Khusus


yang dimaksud dengan barang impor khusus adalah barang yang
diimpornya dapat dilakukan oleh badan hukum / lembaga /
perorangan diluar yang tercantum sebagai pelaksana impor di atas.
Barang tersebut harus memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
II-4

a. Barang pindahan
b. Barang yang bersifat hibah dari Negara / badan pemberi bantuan
kepada pemerintah Republik Indonesia.
c. Barang yang dibiayai dengan bantuan kepada pemerintahan
Republik Indonesia.
d. Barang atau bahan yang dimasukkan ke perusahaan pengelolaan
di kawasan berikat (PPDB) untuk diolah lebih anjut menjadi
barang olahan sesuai dengan izin industri PDDB tersebut.
e. Barang atau bahan yang dimasukkan ke kawasan berikat atau
gudang berikat untuk ditimbun, disimpan atau dikemas.
f. Barang impor yang disetujui oleh Dirjen Perdagangan Luar
Negeri atau pejabat yang ditunjuknya untuk diberikan
pengecualian dan ketentuan tataniaga impor, meliputi :
1. Barang impor sementara
2. Untuk keperluan penelitian dan pemgembangan ilmu
pengentahuan dan teknologi.
3. Untuk hibah dan bantuan lainnya bagi keperluan social yang
ridak diperdagangkan kembali.
4. Untuk diimpor kembali setelah diperbaiki di luar negeri
yang sebelumnya adalah barang asal impor.
5. Untuk barang contoh sesuai dengan keputusan menteri
keuangan No. 140/KMK.05/1997.
6. Kendaraan Bermontor keperluan kedutaan besar Negara
asing dan kantor perwakilan Diplomatik Asing serta
Lembaga Inernasional sesuai dengan Keputusan Menteri
perindustrian dan Perdagangan No. 99/MPP/Kep./2/1988.
2.1.3 Status Barang Impor

1. Full Container Load (FCL)


Muatan dari satu shipper dikonsolidasikan oleh Freight
Forwarder dalam petikemas FCL dan dikapalkan ke Negara
tujuan sebagai muatan peti kemas FCL yang ditujukan kepada
agen konsolidator. Oleh agen konsolidator petikemas tersebut
II-5

statusnya tetap petikemas LCL dan kemudian muatan diserahkan


kepada satu consingnee.
Status ini mempunya ciri-ciri sebagai berikut :
a. Petikemas berisi barang atau muatan dari satu shipper ke satu
consignee.
b. Petikemas diisi (stuffing) oleh shipper atau dapat melalui
perantara forwader dan petikemas yang sudah diisilangsung
diserahkan di container yard (CY) di pelabuhan muat.
c. Di pelabuhan bonkar petikemas diambil oleh consignee di
container yard (CY) dan di-unstuffing oleh consignee.
d. Perusahaan pelayaran tidak bertanggung jawab atas kerusakan
dan kehilangan barang yang ada dalam petikemas.
2. Less Container Load (LCL)
Istilah LCL dapat diartikan sebagai muatan yang dimasukkan
kedalam peti kemas yang membongkarnya kembali. Dapat
dikerjakan oleh perusahaan pelayaran atau cargo consolidation
maupun EMKL dan mereka yang bertangung jawab untuk memuat
dan membongkar isi dari petikemas (Capt. R.P. Suyono:204).

Muatan dari beberapa shipper dikonsolidasikan oleh Freight


Forwarder dalam petikemas LCL dan dikapalkan ke Negara tujuan
sebagai muatan peti kemas FCL yang ditujukan kepada agen
konsolidator. Oleh agen konsolidator petikemas tersebut statusnya
dijadikan sebagai petikemas LCL kembali dan kemudian muatan
diserahkan kepada masing-masing consingne.

Status ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Petikemas berisi muatan atau barang dari beberapa shipper


untuk beberapa consignee
b. Muatan diterima dalam bentuk breakbulk dan diisi oleh
perusahaan pelayaran di container freight station (CFS)
II-6

c. Muatan di bongkar di pelabuhan bongkar dan di-unstuffing di


Container Freight Station (CFS) oleh perusahaan pelayaran
dan diserahkan kepada beberapa consignee dalam bentuk
breakbulk
d. Perusahaan pelayaran bertanggung jawab atas kerusakan dan
kehilangan barang yang diangkut dalam petikemas.

2.1.4 Dokumen Impor

Dalam Penyelesaian barang impor pada negara pengimpor/


destination, ada beberapa dokumen yang di pergunakan dengan baik
dari pihak pabean atau Freight Forwading antara lain :

1. DO ( Delivery Order )
DO adalah dokumen yang di keluarkan oleh perusahaan
pelayaran kepada importir yang berisi bahwa barang impor
sudah sampai di pelabuhan. Hal-hal yang tercantum dalam
delivery order (D/O) :
a. No dan tanggal D/O dikeluarkan
b. Nama dan alamat perusahaan yang mengeluarkan
Delivery Order (D/O)
c. Nama dan alamat perussahaan EMKL
d. Nama dan alamat consignee
e. Pelabuhan asal barang
f. Nama kapal pengangkutnya.
g. Tanggal tiba di pelabuhan tujuan
h. Nomor Bill of lading
i. Nama Gudang atau tempat penimbunan barang.
j. Tanggal dan invoice
k. Berat dan ukuran barang.
II-7

2. Surat kuasa impor


Surat kuasa impor adalah dokumen yang di buat oleh importir yang
isinya memberikan kuasa penuh kepada pengusaha pengurusan jasa
kepabeanan (PPJK). Kuasa yang di maksud ialah untuk mengurus
segala sesuatu hal yang berhubungan dengan pengeluaran barang
impor.
Hal – hal yang tercantum dalam Surat Kuasa Impor:
a. Nama dan alamat perusahaan pemberi kuasa / importir,
b. Nama pejabat dan kedudukannya dalam perusahaan,
c. Nomor angka pengenal impor,
d. Nama dan alamat perusahaan EMKL / pemberi kuasa,
e. Nama dan alamat pemilik barang,
f. Nama kapal pengangkutan dan no. noyage,
g. Jenis barang yang diangkut,
h. Tanggal dan tempat surat kuasa.

3. Manifest
Manifest ( Cargo- Manifest) atau sering dikenal dengan Cargo
Declaration menurut Convention on Facilitation of International
Maritime Traffic 1965 (FAL Convention of 1965) merupakan
dokumen yang berisi semua informasi yang berkaitan dengan
barang-barang niaga (kargo) yang diangkut sarana pengangkut
(kapal) pada saat kedatangan ataupun keberangkatan. Dengan
demikian semua barang ekspor dan impor yang dibawa oleh sarana
pengangkut akan terdata (recorded) semua dalam Cargo-Manifest.
Semua proses pelayanan kepabeanan yang dilakukan oleh Bea dan
Cukai (BC) akan mengacu ke dalam dokumen manifest ini. Mulai
dari proses pengeluaran barang dengan penyelesaian kewajiban
pabean (PIB), pengeluaran ke Tempat Penimbunan Berikat (TPB:
KB, GB, TBB), pengeluaran ke Kawasan Pabean/TPS lainnya dan
semua proses pelayanan kepabeanan lainnya harus menunjuk dan
II-8

rekonsiliasi dengan pos-pos yang ada dalam Inward Manifest.


Karena itulah setiap pergerakan barang dalam perdagangan,
seharusnya dapat dikontrol melalui dokumen manifest tersebut yang
secara umum dapat dikelompokkan:
a. Inward Manifest, yaitu dokumen manifest yang wajib
diserahkan pada saat kedatangan sarana pengangkut di suatu
pelabuhan yang berisi daftar muatan cargo alat angkut tersebut
pada saat datang di suatu pelabuhan.
b. Cargo Manifest, yaitu dokumen manifest selama sarana
pengangkut tersebut dalam perjalanan berangkat dan menuju
suatu pelabuhan, yang berisi daftar muatan cargo alat angkut
tersebut melakukan perjalanan dan membawa barang-barang
tersebut.
c. Outward Manifest, yaitu dokumen manifest yang wajib
diserahkan pada saat keberangkatan sarana pengangkut dari
suatu pelabuhan yang berisi daftar muatan cargo alat angkut
tersebut pada saat berangkat dari suatu pelabuhan untuk menuju
pelabuhan lainnya.
4. Invoice/ Faktur
Invoice / Faktur adalah nota perincian tentang keterangan barang –
barang yang dijual dan harga dari barang-barang tersebut. Invoice oleh
penjual ditujukan kepada pembeli yang nama dan alamatnya sesuai
dengan yang tercantum dalam L/C dan ditandatangani oleh yang berhak
menandatangani. Invoice dapat dibedakan menjadi:
A. Proforma Invoice merupakan penawaran dari penjual kepada
calon pembeli atas barang yang dimilikinya.
B. Commercial Invoice biasa disebut faktur dagang yaitu merupakan
nota rincian tentang keterangan barangbarang yang dijual dan
harga barang-barang tersebut.
C. Consular Invoice adalah invoice yang dikeluarkan oleh instansi
resmi, yakni kedutaan (konsulat).
II-9

5. Packing List
Packing List adalah dokumen yang menjelaskan tentang daftar isi
barang yang dipak, dibungkus atau diikat dalam peti, kaleng, kardus
dsb, yang fungsinya untuk memudahkan pemeriksaan oleh Bea dan
Cukai. Daftar isi barang tersebuat dibuat oleh penjual / eksportir.
Hal – hal yang tercantum dalam Packing List :
a. Nama dan alamat importir.
b. Jenis dan jumlah barang untuk tiap – tiap kemasan
c. Berat kotor
d. Nama dan alamat perusahaan pengirim barang
e. Nama dan tanggal packing list.

6. Bill Of Lading (B/L)


B/L adalah suatu tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan
oleh perusahaan pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang
yang telah dimuat di atas kapal laut oleh eksportir untuk diserahkan
kepada importir. Disamping itu B/L merupakan bukti adanya perjanjian
pengangkutan barang melalui laut dan dibuat sekurangkurangnya
rangkap 3 (full set B/L) yang penggunaanya satu lembar untuk pengirim
barang (shipper) dan dua lembar untuk penerima barang (consignee).
Hal-Hal yang tercantum dalam Bill Of Lading (B/L) :
a. Nama dan alamat pengirim barang (Shipper),
b. Nama dan alamat penerima barang (Consignee),
c. Nama kapal yang mengangkut,
d. Nama dan alamat pelabuhan,
e. Nama dan alamat pembongkaran,
f. Nomor Letter of Credit,
g. Tanggal dan nomor invoice,
h. Jumlah dan jenis barang yang diangkat,
i. Cara pembayaran.
II-10

7. Surat Pinjaman Container


Surat pinjam container adalah surat yang di tujukan ke shipping line,
sebagai jaminan bahwa container di pinjam untuk di bawa ke gudang
atau factory consigne.
8. Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB)
Adalah surat Pengeluaran barang yang dikeluarkan oleh Bea dan
Cukai setelah barang melalui pemeriksaan fisik. SPPB dibuat
berdasarkan D/O yang dikeluakan oleh pelayaran.
9. Surat Keterangan Jalan
Adalah surat pengantar yang menyatakan bahwa barang-barang
yang di impor adalah barang – barang resmi dari pihak importir.
10. Berita acara pembukaan segel
yaitu surat pengantar untuk membuka muatan yang ada di dalam
container.
11. Berita acara penyegelan
yaitu sebagai bukti bahwa container telah diperiksa dan disegel oleh
petugas pelabuhan.
12. Equipment Interchange Receipt (EIR)
Fungsi dari EIR adalah dokumen yang mencatat tentang kerusakan–
kerusakan container yang mungkin timbul pada saat pergerakan,
baik saat diturunkan dari kapal sampai ditimbun di Container
Yard(CY), maupun saat diambil oleh EMKL untuk dibawa kelokasi
striping, serta saat pengembalian container dalam keadaan kosong
di depo container.
2.2 Penetapan Jalur Pengeluaran Barang Impor

Penetapan jalur pengeluaran barang impor adalah merupakan sistem


pelayanan kepabeanan atas dokumen pabean yang diajukan ditetapkan
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
II-11

Berdasarkan kriteria tertentu, Dirjend Bea Cukai menentukan jalur


pengeluaran barang impor sebagai berikut ( Sudjiono dan Sarjiyanto. 2007.)
:

1. Jalur Merah
Jalur merah adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan
pengeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik dan
penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. Jalur merah
ditetapkan berdasarkan Profil Importir atau Profil Komoditi.
Kriteria jalur merah:
a. Importir baru
b. Importir yang termasuk dalam kategori resiko tinggi (high risk
importer)
c. Barang impor sementara
d. Barang Operasional Perminyakan (BOP) golongan II
e. Barang re-impor
f. Terkena pemeriksaan acak
g. Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah
h. Barang impor yang termasuk dalam komoditi beresiko tinggi
dan/atau berasal dari negara yang beresiko tinggi.
Untuk jalur merah dilakukan penelitian dokumen dan pemeriksaan
fisik barang. Dalam jalur merah, diperlukan pemeriksaan fisik apabila
:
a. Ada Nota Hasil Intelijen (NHI)/Nota Informasi (NI), dan/atau
b. pemeriksaan acak.
2. Jalur Hijau
Jalur hijau adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan pengeluaran
barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi
dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB).
II-12

Kriteria jalur hijau adalah importir yang tidak termasuk dalam


kriteria sebagaimana dalam kriteria jalur merah, dan untuk jalur hijau
hanya dilakukan penelitian dokumen saja.
Dalam jalur hijau, tidak diperlukan pemeriksaan fisik apabila:
a. Tidak ada Nota Hasil Intelijen (NHI)/Nota Informasi (NI), dan
b. Tidak terkena pemeriksaan acak.

3. Jalur Prioritas
Kriteria jalur prioritas adalah importir yang ditetapkan sebagai
Importir Jalur Prioritas, dan untuk jalur prioritas tidak dilakukan
pemeriksaan pabean sebagaimana yang dilakukan terhadap jalur
merah atau hijau. Persyaratan Mengajukan Permohonan Sebagai
Importir Jalur Prioritas Kepada Dirjend Bea Cukai:
a. Bidang Usaha (Nature of Business) yang jelas.
b. Tidak pernah menyalah gunakan fasilitas di bidang kepabeanan
selama 1 tahun terakhir.
c. Tidak pernah memberitahukan jumlah dan jenis barang serta nilai
pabean yang berbeda dengan yang diimpor selama 1 tahun
terakhir.
d. Telah di audit oleh kantor Akuntan Publik yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut tidak pernah mendapatkan opini
disclaimer atau advace.
e. Tidak mempunyai tunggakan utang karena kekurangan
pembayaran BM Kepada Dirjend Bea Cukai.

2.3 Transportasi

Menurut wikipedia, pengertian transportasi adalah perpindahan manusia atau


barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah
kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan)


dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur
II-13

yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik


mengubah tempat dari barang (comoditi) dan penumpang ke tempat lain.

Menurut Hasim Purba di dalam bukunya ”Hukum Pengangkutan Di Laut”,


pengangkutan adalah ”kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain baik melalui angkutan darat, angkutan perairan maupun
angkutan udara dengan menggunakan alat angkutan. Jadi pengangkutan itu berupa
suatu wujud kegiatan dengan maksud memindahkan barang-barang atau
penumpang (orang) dari tempat asal ke suatu tempat tujuan tertentu”.

Di dalam pengertian transportasi tersebut, terdapat unsur-unsur yang terkait erat


dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri. Unsur-unsur dalam transportasi
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manusia yang membutuhkan


2. Barang yang dibutuhkan
3. Kendaraan sebagai alat/sarana
4. Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi
5. Organisasi (pengelola transportasi)
Pengertian transportasi sangat beragam berdasarkan para ahli. Namun yang
dituliskan diatas ada garis besar dan definisi umum mengenai transportasi.
Pengertian transportasi dimasa yang akan datang mungkin akan mengalami banyak
perkembangan akibat kemajuan teknologi. Tetapi konsep pengertian transportasi
secara mendasar diatas harus dipahami sebagai dasar dan sejarah transportasi.

2.4 Definisi Jasa

Pada dasarnya jasa merupakan semua aktivas ekonomi yang hasilnya tidak
merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya di konsumsi
pada saat yang sama dengan waktu yang di hasilkan dan memberi nilai tambah
(seperti misalnya kenyamanan, hiburan,kesenangan, atau kesehatan) atau
pemecahan atas masalah yang di hadapi konsumen (Lupployoadi,2001 :5).

Tidak jauh berbeda definisi di atas, ada beberapa ahli mendefinisikan “jasa”
diantaranya adalah :
II-14

Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang di tawarkan oleh suatu pihak pada
pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu.”(Kotler, Philip, 1996 :383)”

Jasa pada dasarnya merupakan aktivitas-aktivitas yang tidak nyata yang


memberikan keinginan, kepuasan yang tidak perlu melekat pada penjualan dari
pada produk atau jasa lainnya.”(Stanton,William J, 1991 : 529 )”

Berdasarkan beberapa definisi di atas , maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen.


2. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.
3. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa jasa merupakan


sebuah tindakan atau perbuatan yang bersifat intangible atau tidak berwujud yang
di tawarkan untuk di jual kepada pihak lain yang pengguna jasa tersebut.

2.5 Pengertian Freight Forwading

Freight Forwarding merupakan badan usaha atau perusahaan jasa yang


memberikan service / pelayanan jasa atau memegang dan bertanggung jawab atas
semua kegiatan pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan
menggunakan multimodal transport, baik melalui darat, laut maupun udara serta
mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, pengepakan, penimbangan barang,
pengurusan, penyelesaian dan penerbitan dokumen angkutan. Perhitungan biaya
angkutan, klaim, asuransi, penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan
dengan pengiriman barang sampai pada tempat tujuannya. ( Suyono, 2001 : 125 ).
Freight forwader adalah suatu usaha yang bertujuan untuk mewakili tugas
pengiriman barang (consigner / shipper / eksportir) atau mewakili tugas penerima
barang (consignee / importer) yang diperlukan untuk terlaksananya pengiriman
barang ekspor maupun impor baik melalui darat, laut maupun udara (Amir MS,
2003;119).
II-15

2.6 Pengertian Custom Clearance

Custom Clearance adalah Penyelesaian dan pengurusan berbagai dokumen


administrasi, biaya pajak dan hal terkait lainnya atas suatu barang ekspor maupun
barang impor sampai dengan tahap di keluarkannya surat persetujuan untuk
mengeluarkan barang tersebut. Custom clearance juga merupakan proses
administrasi pengeluaran atau pengiriman barang dari atau pelabuhan muat atau
pelabuhan bongkar.

2.6.1 Tugas Custom Clearance

1. Persiapan

Sebelum melakukan Import dari luar negeri bisa dipastikan seorang custom
clearence harus berkoordinasi dengan bagian purchasing yang membeli produk
tersebut, bisa dibilang di bagian ini tidak terlalu sulit karena segala
kepengurusan dokumen dilakukan oleh pihak pengirim (eksportir) yang berarti
yang mengurus dokumen awal ini adalah Vendor atau Produsen Material yang
kita pesan.

2. Laporan
Setelah pihak eksportir memastikan barang telah dikirim, maka kita sebagai
custom clearance harus menanyakan kepada pihak pengirim Perkiraaan waktu
kedatangan barang tersebut di pelabuhan, (Biasanya Tanjung Priok). Pihak
eksportir biasanya melakukan pengiriman berkas melalui email segera setelah
ereka mengirimkan material. Di dokumen ini kita bisa melihat estimasi
kedatangan, kuantitas barang yang dikirim, pengirimannya via apa, Bisa udara
atau bisa via laut. dan packagingnya seperti apa.
3. Koordinasi dengan Bea Cukai

Segera setelah kita mendapatkan informasi dari pihak eksportir, lakukanlah


koordinasi dengan pihak Bea Cukai untuk memberitahukan perkiraan waktu
kedatangan barang yang diimpor. Dalam hal ini mungkin pihak bea cukai akan
II-16

segera melakukan persiapan untuk menentukan di blok mana kiriman tersebut


akan di bongkar.

4. Koordinasi dengan pihak forwarder


Jika perusahaan tempat kita bekerja bukan perusahaan logistik atau
pengiriman, ada baiknya jika kita segera berkoordinasi dengan pihak forwarder
untuk membeli jasa pengangkutan barang dari pelabuhan ke tempat perusahaan
kita berada. Dalam hal ini pengangkutan barang dilakukan setelah dilakukan
pengecekan secara detail di Bea Cukai, pengecekan ini dibahas di nomor

5. Pengecekan

Setelah barang datang, akan dilakukan pengecekan oleh pihak Bea Cukai,
ditemani oleh orang dari perusahaan kita, untuk menentukan kriteria material
tersebut, apakah bebas pajak, apakah kena pajak, apakah sesuai dengan surat
jalan apakah tidak. Perlu diketahui jika jumlah material sangat banyak, maka
yang akan di cek hanya 30% dari seluruh barang.

6. Storage
Setelah melakukan pengecekan, tentunya harus segera ditentukan kapan barang
tersebut akan iambil atau dilanjutkan oleh forwarder ke perusahaan kita karena
jika tidak, barang akan disimpan di pelabuhan atas nama Bea Cukai dan kita
wajib membayar biaya storage (penyimpanan). Maka dari itu kinerja yang
cepat dibutuhkan dalam menjadi seorang custom clearence. Dalam waktu
tertentu jika barang ini tidak diproses maka akan ilakukan pemusnahan, atau
penjualan, atau pengembalian terhadap eksportis atas barang yang tidak
diambil tersebut. Dan pihak Bea Cukai memiliki hak untuk melakukan hal ini
terhadap barang-barang yang tidak memenuhi ketentuan pengiriman di
Indonesia.

7. Pengambilan

Setelah semua dokumen selesai kita tinggal berkoordinasi dengan pihak


forwarder yang telah kita tentukan sebelumnya. Setelah hal ini dilakukan kita
II-17

hanya tinggal berkoordinasi engan pihak forwarder tersebut, terkait dengan


kapan perkiraan material akan sampai ke tempat yang telah kita tentukan.

2.6.2 Tanggung Jawab Custom Clearance

Dari poin-poin diatas bisa disebutkan bahwa tanggung jawab dari seorang custom
clearence adalah ;

1. Memastikan kelengkapan dokumen dari awal hingga akhir proses import


2. Memastikan ketepatan waktu dari proses Import
3. Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar tidak terjadi kesalahan
4. Memastikan Barang diketahui dimana posisinya sebelum sampai ke
perusahaan
2.7 Pengertian Tempat Penimbunan Sementara (TPS)

Tempat Penimbunan Sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat


lain yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang
sementara menunggu pemuatan/pengeluarannya. Mengingat penyediaan Tempat
Penimbunan Sementara dimaksudkan untuk menimbun barang untuk sementara
waktu, perlu adanya pembatasan jangka waktu penimbunan barang-barang
didalamnya. Jangka waktu tiga puluh hari yang disediakan dianggap cukup untuk
memberi kesempatan kepada yang berkepentingan agar segera mengeluarkan
barangnya dari Tempat Penimbunan Sementara juga agar tidak mengganggu
kelancaran arus barang di pelabuhan (kongesti).

2.7.1 Fungsi Tempat Penimbunan Sementara

a. TPS digunakan untuk menimbun :

Barang Impor sementara menunggu pengeluarannya dari kawasan pabean, dapat


ditimbun di TPS

Barang ekspor sementara menunggu pemuatannya dapat di timbun di TPS

b. Barang impor/ekspor yang ditimbun di TPS menunggu :


II-18

Pemuatannya, artinya Pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut, atau

Pengeluarannya, artinya Pengeluaran barang impor dari TPS/Kawasan Pabean.

2.8 Pengertian Lean Six Sigma

Six sigma adalah suatu metodologi sistematis yang berfokus pada factor kunci yang
mengendalikan performansi suatu proses, mengaturnya pada tingkat yang paling
baik dan menjaganya agar tetap pada level tersebut. Lean adalah suatu metodologi
sistematik untuk mengurangi kompleksitas dan melancarkan proses dengan
mengidentifikasi dan mengeliminasi kompleksitas dan melancarkan proses dengan
mengidentifikasi dan mengeliminasi sumber dari pemborosan (waste) dalam
proses, karena pemborosan bisa mengakibatkan macetnya aliran.

Lean six sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six sigma dapat di
definisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik untuk
mengidenfitikasi dan menghilangkan pemborosan atau aktivitas-aktivitas yang
tidak bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan terus-
menerus untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma, pendekatan lean bertujuan
untuk menghilangkan pemborosan, mempelancar aliran material, produk dan
informasi variasi proses, pengendalian proses dan peningkatan terus menerus.

2.8.1 Waste

Ketika membahas mengenai waste,akan tersirat tentang hilangnya sesuatu hal yang
berharga,hal ini berarti konsep dari waste memiliki hubungan dengan nilai. Nilai
didefinisikan oleh pelanggan akan tetapi di buat oleh produsen dan hanya bermakna
bila berbentuk produk atau jasa (Woman dan Jones,2003). Hal ini di dukung oleh
Gasperz (2007) yang menyatakan waste adalah segala aktivitas yang tidak memiliki
nilai tambah dalam proses transformasi dari input sampai menjadi output sepanjang
value stream.
II-19

2.9 Pengertian Fish Bone

Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-
Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada
tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo
Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga
disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak
digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-
numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama
yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni
fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart,
dan flowchart.

Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip


dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini
akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan
berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala.
Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan
permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena
diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan
dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk
untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas
(akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.

Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap
orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas
sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang
mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang
dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat
dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi.
Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan
pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah
II-20

bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai


akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang – orang yang
masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab
masalah menggunakan diagram tulang ikan.

2.10 Pengertian VALSAT

Value Stream Mapping merupakan suatu metode dalam melakukan mapping


berkaitan dengan aliran produk dan informasi mulai dari supplier,produsen
,konsumen dalam satu gambar utuh meliputi semua proses dalam suatu system.
Value Stream mapping di kembangkan oleh Hines & Rich (1997) untuk
mempermudah pemahaman terhadap value stream yang ada dan mempermudah
untuk perbaikan berkenaan dengan waste yang terdapat pada value stream. Valsat
merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dengan melakukan pembobotan
waste-waste, kemudian dari pembobotan tersebut dilakukan pemilihan
menggunakan matrix.

Anda mungkin juga menyukai