Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

P DENGAN
GANGGUAN SYSTEM PERNAFASAN (PPOK)
BRONKRITIS KRONIK DIRUANG ICU
RSUD DR. SOERATNO
GEMOLONG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
HANLI MA’SUM
NIM: 1720151016

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2018

i
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN


PADA TN. P DENGAN GANGGUAN SYSTEM PERNAFASAN (PPOK)
BRONKRITIS KRONIK DIRUANG ICU RSUD DR. SOERATNO
GEMOLONG” ini telah disetujui oleh pembimbing KTI Keperawatan untuk
dipertahankan dihadapan Tim Penguji KTI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Muhammadiyah Kudus pada:

Nama : Hanli Ma’sum


NIM : 1720151016
Hari :
Tanggal :
Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Rusnoto,SKM.,M.Kes (Epid) Anny Rosiana M.M.Kep.,Ns.Sp.Kep.,J


NIDN : 0621087401 NIDN : 0616087801

Mengetahui
Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus,

Rusnoto,SKM.,M.Kes (Epid)
NIDN : 0621087401

ii
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan Judul “ASUHAN KEPERAWATAN


PADA TN. P DENGAN GANGGUAN SYSTEM PERNAFASAN (PPOK)
BRONKRITIS KRONIK DIRUANG ICU RSUD DR. SOERATNO
GEMOLONG”, disetujui dan diseminarkan dihadapan Tim Penguji KTI Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Kudus, pada :

Nama : Hanli Ma’sum


NIM : 1720151016
Hari :
Tanggal :

Tim Penguji
Penguji I

Anny Rosiana M.M.Kep.,Ns.Sp.Kep.,J


NIDN : 0616087801

Penguji II

Sukarmin, M. Kep. Ns. Sp. Kep. MB


NIDN : 0616087801

iii
iv

MOTTO

"Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut


oleh manusia ialah menundukan diri sendiri."
(Ibu Kartini )
"Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua." (Aristoteles)
"Hanya kebodohan meremehkan pendidikan."
(P.Syrus)
"Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan." (Herodotus)
"Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak Tahu.
(Lao Tse)
"Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah."
(Lessing)

iv
v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Hanli Ma’sum


NIM : 1720151016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat,Tanggal Lahir : Jepara, 13Agustus 1997
Agama : Islam
Alamat : Desa PlajanRt 27 Rw 04, Kecamatan Pakis Aji,
Kabupaten Jepara
Contact person : 081325736161
Alamat E-mail : Hanlimaksum@gmail.com
Riwayat pendidikan
1. SD N 03 Plajan
2. SMP N 01 Pakis Aji
3. SMA N 01 Tahunan
4. DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Riwayat organisasi
1. Anggota OSIS SMP N 1 Pakis Aji (2010-2011)
2. Anggota Vector Indonesia (2013)
3. Anggota WPAP Comunity (2013)
4. Anggota Pramuka Caraka Nusantara (2013-2014)

v
vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah,puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat,hidayat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P
DENGAN GANGGUAN SYSTEM PERNAFASAN (PPOK) BRONKRITIS
KRONIK DIRUANG ICU RSUD DR. SOERATNO GEMOLONG” karya
tulis ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat untuk menempuh Program
Diploma III Keperawatan.
Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud dalam bentuk sekarang ini . Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat tersusun dengan baik, khususnya kepada:
1. Rusnoto, SKM.,M. kes (Epid) selaku Ketua dan pembimbing utama Stikes
Muhammadiyah Kudus.
2. Anny Rosiana M.M.Kep.,Ns.Sp.Kep.,Jselaku pembimbing anggota yang telah
memberikan bimbingan,motivasi dan masukan untuk kesempurnaan KTI ini.
3. Bapak ibu dosen STIKES Muhammadiyah Kudus serta staff-nya yang telah
yang telah memberikan banyak bekal ilmu.
4. Keluargaku, saya mengucapkan banyak terimaksih atas doa dan dukungannya
baik secara moril maupun materil selama menuntut ilmu di STIKES
Muhammadiyah Kudus
5. Teman-temanku yang selalu memberi dukungan dan semangat.
6. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa STIKES Muhammadiyah Kudus prodi
D3 keperawatan kelas A yang telah memberikan saran, pendapat dan bantuan
dalam penyusunan KTI ini.

vi
vii

7. Teman- teman Teater Bledog STIKES Muhammadiyah Kudus yang selalu


menyemangatiku.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan KTI ini.
Akhirnya segala sesuatu hanya kembali kepada Allah SWT oleh karena
itu apabila terdapat kesalahan, maka penulis dengan tangan terbuka
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan KTI ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca,khususnya bagi
penulis.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Kudus, 2018

Penulis

vii
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 3
D. Sistematika Penulisan .................................................................. 4
E. Manfaat Penulisan ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................ 7
A. Pengertian .................................................................................... 7
B. Etiologi ........................................................................................ 7
C. Patofisiologi ................................................................................. 7
D. Gambaran Klinis .......................................................................... 8
E. Pengelolaan Kasus ....................................................................... 8
F. Pathway ...................................................................................... 10
G. Asuhan Keperawatan Teoritis .................................................... 11
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 22
A. Pengkajian ................................................................................... 22
B. Analisa Data ................................................................................. 27
C. Prioritas Masalah Keperawatan.................................................... 29
D. Intervensi Keperawatan ................................................................ 29

viii
ix

E. Implementasi Keperawatan .......................................................... 32


F. Evaluasi ........................................................................................ 42
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 49
A. Pengkajian ....................................................................................... 49
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 50
C. Intervensi Keperawatan ................................................................... 52
D. Implementasi Keperawatan ............................................................. 54
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 55
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 57
A. Kesimpulan .................................................................................... 57
B. Saran .............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
x

Asuhan Keperawatan pada Tn “P” dengan


Asma Bronkhiale di ruang ICU Rsud
Dr.Soeratno Gemolong

Abstrak
Hanli Ma’sum1, Rusnoto2, Anny Rosiana3

Latar Belakang :Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jendral PPM & PL di lima
rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan
Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang
angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (PDPI,
2011). Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 angka kematian akibat PPOK
menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia dan prevalensi PPOK rata-
rata sebesar 3,7%.(Riskesdas, 2013)Prevalensi kejadian PPOK di dunia rata-rata berkisar 3-11%
(GOLD, 2015).Tujuan :Dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien
Penyakit Paru Obstruksi KronikMetode : Metode yang digunakan penulis adalah metode
Deskriptif, yaitu data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dokumentasi, dan study kepustakaan. Hasil : Tn. P berumur 68 tahun dengan keluhan pPenyakit
Paru Obstruksi Kronis dalam waktu 3 hari bersihan jalan nafas pasien belum teratasi, intoleransi
aktifitasbelum teratasi dan nyeriakut belum teratasi.Kesimpulan :Tidak semua diagnosa
keperawatan muncul pada kasus ini. Kasus dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronikini terdiri dari
3 diagnosa aktual yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret., Intolerensi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigenKenyamanan fisik (nyeri akut) berhubungan dengan agens cidera biologis,
Kata Kunci : Bersihan jalan nafas tidak efektif, Intolerensi aktivitas, Kenyamanan fisik (nyeri
akut).

1
Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Kudus
2
Pembimbing Utama STIKES Muhammadiyah kudus
3
Pembimbingkedua STIKES Muhammadiyah Kudus
Nursing Care at Mr. "P" with Bronchial asthma

x
xi

in the ICU room Rsud Dr.Soeratno


Gemolong

Abstract
Hanli Ma’sum1, Rusnoto2, Anny Rosiana3

Background :The results of the non-communicable disease surveys by the Directorate General
of PPM & PL at five provincial hospitals in Indonesia (West Java, Central Java, East Java,
Lampung and South Sumatra) in 2004 showed that COPD ranks first in terms of morbidity (35
%), followed by bronchial asthma (33%), lung cancer (30%) and others (2%) (PDPI, 2011).
According to Basic Health Research, in 2007 the mortality rate due to COPD was ranked 6 out
of 10 causes of death in Indonesia and the prevalence of COPD averaged 3.7%. (Riskesdas,
2013) The prevalence of COPD events in the world averaged around 3 -11% (GOLD,
2015).Purpose :an provide comprehensive nursing care to clients of Chronic Obstruction of
Chronic Lung Disease.Method : The method used by writer is descriptive method, that is data
obtained by interview, observation, physical examination, documentation, and study of
literature.Results :P 68 years old with complaints of Chronic Obstructive Pulmonary Patients
within 3 days of patient's airway clearance has not been resolved, activity intolerance has not
been resolved and the pain has not been resolved.Conclusion : Not all nursing diagnoses
appear in this case. The case with Chronic Obstructive Pulmonary Disease consists of three
actual diagnoses: Ineffective airway clearance is associated with increased secretion
production, activity intolerance associated with imbalance between supply and oxygen demand
Physical comfort (acute pain) associated with biological injury agents,
Keyword : Innefective clearance of airway, ineffective airway pattern, activity intoler.

1
Studentsof STIKES Muhammadiyah Kudus
2
Main Leader of STIKES Muhammadiyah Kudus
3
The Second Supervisor of STIKES Muhammadiyah Kudus

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan
dampak dari ekspansi penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan
1980. Namun gaya hidup tidak sehat masih dilakukan oleh masyarakat pada
umumnya. Di Indonesia terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes mellitus dan kanker.
Bahkan penyakit kardiovaskuler (jantung) menjadi penyebab dari 30 persen
kematian di Jawa dan Bali. (Peningkatan Keadaan Kesehatan Indoensia,
2010).Penyakit merupakan suatu fenomena yang kompleks yang berpengaruh
negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat
merupakan penyebab bermacammacam penyakit baik di zaman primitif
maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan
kebudayaannya. Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia makin rentan akibat
meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Perilaku masyarakat juga sering
tidak mendukung hidup bersih dan sehat. Hal ini dapat terlihat dari meluasnya
kebiasaan merokok, dan pola makan yang tidak sehat. Lingkungan di Ibu
Kota yang tidak sehat serta kemacetan yang melanda dapat menjadi pencetus
stres yang menimbulkan penyakit serta tekanan psikologi juga dapat
memperparah penyakit (Rekiaddin, 2012).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jendral PPM & PL di
lima rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan
PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%),
diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (PDPI,
2011). Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 angka kematian
akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di

1
2

Indonesia dan prevalensi PPOK rata-rata sebesar 3,7% (Riskesdas,


2013).Prevalensi kejadian PPOK di dunia rata-rata berkisar 3-11% (GOLD,
2015). Pada tahun 2013, di Amerika Serikat PPOKadalah penyebab utama
kematian ketiga, dan lebih dari11 jutaorang telah di diagnosis dengan PPOK
(American Lung association, 2015). PPOK adalah penyakit kronis saluran
napas yang ditandai dengan hambatan aliran udara khususnya udara ekspirasi
dan bersifat progresif lambat (semakin lama semakin memburuk), disebabkan
oleh pajanan faktor risiko seperti merokok, polusi udara di dalam maupun di
luar ruangan. Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia
pertengahan dan tidak hilang dengan pengobatan (Riskesdas, 2013).PPOK
akan berdampak negatif dengan kualitas hidup penderita, termasuk pasien
yang berumur > 40 tahun akan menyebabkan disabilitas penderitanya.akibat
dari penyakit paru obstruksi paru obstruksi kronik yang tidak segera di
tangani adalah gagal napas, antelaktis, pneumonia , pneumothorak (Arif
muttaqin, 2008). Laporan terbaru WHO menyatakan bahwa sebanyak 201
juta manusia mengalami PPOK dan hampir 3 juta manusia meninggal akibat
PPOK pada tahun 2005 (Saminan, 2014)
Menurut hasil data seluruh pasien diruang ICU RSUD Dr. Soeratno
Gemolong sejak tahun 2017 terdapat 50 pasien dengan kasus penyakit paru
obstruktif kronik. Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang terjadi
pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik peran perawat sangat
penting dalam aspek osmotif, preventif, kiratif dan rehabilitave. Oleh karena
itu penulis tertarik mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Pada Tn.P”
Dengan Gangguan System Pernafasan (PPOK) Di Ruang ICU RSUD dr.
Soeratno Gemolong, Sragen.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah mampu melaksanakan
pendokumentasian dan pengambilan data pasien PPOK Bronkritis kronik
dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan.
3

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian pada pasien
dengan penyakit paru obstruktif kronik.
b. Mampu melakukan dan mendokumentasikan masalah keperawatan
pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.
c. Mampu melakukan dan mendokumentasikan rencana asuhan
keperawatan pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.
d. Mampu melakukan dan mendokumentasikan implementasi
keperawatan yang efektif untuk pasien penyakit paru obstruktif
kronik.
e. Mengidentikasi tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaanasuhan keperawatan pada pasien penyakit paru
obstruktif kronik.
C. Metode Dan Teknik Penulis Data
Metode yang digunakan penulis ialah analisa deskriptif yaitu melakukan
dengan pendekatan proses keperawatan, dengan cara mengumpulakan data
langsung dari klien dan keluarga serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain,
serta mengambarkan obyek yang sedang berlangsung, pelaksanaan kegiatan,
pengumpulan dan pengambilan kesimpulan dari data–data tersebut.
Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah dengan :
1. Wawancara
Pembicaraan terarah yang di lakukan pada pertemuan tatap muka (H
Lisnidar dkk, 2010). Penulis melakukan tanya jawab langsung dengan
pasien dan keluarga pasien dan tenaga kesehatan lainnya yang dapat
membantu memberi informasi dan data yang lengkap dan jelas mengenai
penyakit paru obstruktif kronik.
2. Observasi dan partisipasi
Metode pengumpulan data atau informasi melakukan media
penciuman pendengaran perabaan dan alat perasa,penulis melakukan
pengamatan langsung pada pasien yang bersangkutan dan ikut
4

memeberikan asuhan keperawatn sehingga memperoleh gambaran nyata


tentang masalah yang sedang dialami (Lismidar, 2010)
3. Studi dokumentasi
Perawat mendokumentasikan kualitas keperawatan pasien yang
merupakan penggunaan dari proses perawatan terus menerus (H Lisnidar
dkk, 2010).penulis menggunakan catatan medik pasien untuk
mendapatkan data pemeriksaan laboratorium, progam pengobatan dan data
lain yang mendukung dalam penyusunan evaluasi diagnosa keperawatan
keperawatan ini.
4. Studi kepustakaan
Metode kepustakaan digunakan untuk mendapatkan sumber ilmiah
yang berhubungan dengan masalah keperawatan penyakit paru obstruktif
kronikyaitu dengan mempelajari buku – buku dan makalah sebagai
pedoman yang digunakan untuk asuhan keperawatan pada klien yang
menderita penyakit paru obstruktif kronik.
5. Asuhan keperawatan
Segala sesuatu tindakan keperawatan dan penatalaksanaan pada
asuhan keperawatan dalam mengelola serta Membahas upaya lain atau
alternatif pemecahan masalah dalam asuhan keperawatan pasien dengan
Penyakit Paru obstruksi kronik untuk meningkatkan kesehatan pasien.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis membuat sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode dan Teknik Penulisan
D. Sistematika Penulisan.
E. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
5

B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Gambaran Klinis
E. Pengelolaan Kasus
F. Pathway
G. Asuhan Keperawatan Teoritis : Pengkajian, Diagnosa, Interven
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penullis
Untuk menambah pengetahuan pemahaman dan pendalaman tentang
perawatan tentang perawatan tentang perawatan pada pasien PPOK
2. Bagi STIKES Muhathmadiyah Kudus
Karyatulisilmiahinidapat digunakan sebagaiwacanadan pengetahuan
tentang perkembangan ilmu keperawatan, terutama pada pasien PPOK.
6

3. Bagi Rumah Sakit .


Agar dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien PPOK, serta dapat meningkatkan mutu/kualitas
pelayanan kesehatan pada pasien
4. Bagi penulis selanjutnya
Karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penulisan
karya tulis selanjutnya
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive
Pulmonary Diseases (COPD) merupakan suatu istilah yang sering di gunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan di tandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya(Irman Somantri, 2009).
PPOK merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan tanda
pernapasan yaitu batuk kronik, berdahak, dispnea dengan derajat yang
bervariasi, dan penurunan aliran udara ekspirasi yang signifikan dan progresif
(Meyer et al., 2010).
Bronkritis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dangan produksi
mukus takeonronkial yang berlebihan, sehingga cukup menimbulkan batuk
dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2
tahun secara berturut-turut (Irman Somantri, 2009)
Bronkritis kronis,suatu penyakit jalan napas, didefinisikan sebagai batuk
dan produksi sputum selama minimal 3 bulan setiap dalam 2 tahun berturut-
turut (Susan C. Smeltzer, 2011)
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) (Black,2014)
1. Kebiasaan Merokok
2. Polusi Udara
3. Perokok pasif
4. Riwayat infeksi saluran nafas
5. Paparan debu,asap,dan gas-gaskimiawi akibat kerja.
C. Patofisiologi
Merokok. salah ratu penyebab utama PPOM, akan mengganggu kerja silia
serta fungsi sel-sel makrofag dan menyebabkan inflamasi pada jalan napas.
peningkatan produksi landir (mukus), destruksi septum alveolar serta fibrosis

7
8

peribronkial. Perubahan inflamatori yang dini dapat dipulihkan jika pasien


berhenti merokok sebelum penyakit paru meluas (Jennifer P.2017)
Sumbatan Mukus dan penyempitan jalan napas menyebabkan udara napas
terperangkap. seperti pada bronkitis kronis dan emfisema. Hiperinflamasi
terjadi pada alveoli paru ketika pasien manghembuskan napas keluar
(ekspirasi). Pada inspirasi, jalan napas akan melebar sehingga udara dapat
mengalir melalui tempat obstruksi. Pada ekspirasi, jalan napas menjadi sempit
dan aliran udara napas akan terhalang, Keadaan udara napas yang terperangkap
(yang juga dinamakan ball valving) umumnya terjadi pada asma dan bronkritis
kronis. (Jennifer P.2017)
D. Gambaran Klinis
Menurut lkawati (2014), diagnosa PPOK ditegakkan berdasarkan adanya
gejala-gejala meliputi batuk, produksi sputum, dispnea, dan riwayat paparan
suatu faktor resiko. Selain itu, adanya obstruksi saluran pernafasan juga harus
dikonfirmasi dengan spirometri indikator kunci untuk mempertimbangkan
diagnosis PPOK adalah sebagai berikut :
1. Batuk kronis : terjadi berselang atau setiap hari, dan seringkali terjadi
sepanjang hari (tidak seperti asma yang terdapat gejala batuk malam hari)
2. Produksi spatum secara kronis : semua pola produksi sputum dapat
mengindikasikan adanya PPOK.
3. Bronkhitis akut : terjadi secara berulang.
4. Sesak nafas (dispnea) : bersifat progresif sepanjang waktu, terjadi setiap
hari, memburuk jika berolahraga, dan memburuk jika terkena
infeksi pernafasan.
5. Riwayat paparan terhadap faktor resiko : merokok,partikel dan senyawa
kimia, asap dapur
E. Pengelolaan Kasus
Menurut (Munarwani, 2009) pengelolaan kasus PPOK adalah:
1. Penatalaksaan medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a) Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
9

b) Bronkodilator (β-agonis atau antikoligernik) bermanfaat pada 20-40%


kasus.
c) Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis.
d) Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan penyakit sedang-berat.
e) Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan
meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan patensi jalan
nafas.
2. Jenis Obat obatan pada terapi farmakologis
a) Bronkodilator
1) Golongan adrenalin (emipatomemiatik
Adrenalin,isoprote Nel,ossiprenalin
2) Golongan zantin
Aminopilin,teopilin
b) Kortekosteroid
Untuk edema mukosa dan bronkospasme
c) Antibiotika
Penicilin, tetracilin, ampicili
10

F. Pathways
11

G. Asuhan Keperawatan Teoritis : Pengkajian, Diagnosa, Intervensi


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan
manifestasi penyakit sebelumnya. Berikut ini beberapa pedoman
pertanyaan untuk mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses penyakit
(Anas, 2008):
a) Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan?
b) Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?
c) Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?
d) Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
e) Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
f) Riwayat merokok?
g) Obat yang dipakai setiap hari?
h) Obat yang dipakai pada serangan akut?
i) Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan penyakitnya?
Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan
antara lain sebagai berikut:
a) Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
b) Apakah pernapasan sama tanpa upaya?
c) Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama inspirasi?
d) Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan selama
pernapasan?
e) Barrel chest?
f) Apakah tampak sianosis?
g) Apakah ada batuk?
h) Apakah ada edema perifer?
i) Apakah vena leher tampak membesar?
j) Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?
k) Bagaimana status sensorium pasien?
l) Apakah terdapat peningkatan stupor?
m) Kegelisahan?
12

Hasil pemeriksaan diagnosis seperti:


1) ChestX-Ray Dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened
diali'agna, peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda
vaskular/bulla(emfisema), peningkatan bentuk
bronchovaslar(bronkhitis), normal ditemukan saat periode remisi
(asthma)
2) Pemeriksaan Fungsi Paru: Dilakukan untuk menentukan penyebab dari
dyspnea, menentukan abnormalitas fungsi terscbm apakah akibat
obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek dari terapi, misal : bronchodilator.
3) TLC: Meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asthma,
menurun pada emfisema.
4) Kapasitas Inspirasi: Menurun pada emflsema
5) FEV1/FVC: Ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan
kapasim vital (FVC) menurun pada bronchitis dan asthma.
6) ABGs: Menunjukkan pross penyakit kronis. seringkali Pa02 menurun
dan PaC02 normal atau meningkat (bronkhitis kronis dan emftsema)
tetapi seringkali menurun pada asthma, pH normal atau asidosis,
alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emftsema
sedang atau asthma).
7) Bronchograrn: Dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi,
kollaps bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran
kelenjar mukus (bronchitis)
8) Darah Komplit: Peningkatan hemoglobin (emfisema berat),
peningkatan eosinofil (asthma).
9) Kimia Darah: Alpha l antitrypsin dilakukan untuk kemungkinan
kurang pada emfisema primer.
10) Sputum Kultur: Untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi
patogen, pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan
atau alergi.
13

11) ECG: Deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asthma berat), atrial
disritmia (blonchitis). Gel. Pada Leads II, llL AVF panjang, tinggi
(bronchitis. emfisema). Axis QRS vertikal (emfisema)
12) Exmise ECG, Stress Test: Menolong mengkaji tingkat disfungsi
pernafasan. Mengevaluasi keefektifan obat bronchodilator.
merencanakan/evaluasi program.
a) Palpasi:
1. Palpasi pengurangan pengembangan dada?
2. Adakah fremitus taktil menurun?
b) Perkusi:
1. Adakah hiperesonansi pada perkusi?
2. Diafragma bergerak hanya sedikit?
c) Auskultasi:
1. Adakah suarau whezing yang nyaring?
2. Adakah suara Ronkhi?
3. Vokal premitus normal atau menurun?
2. Diagnosa
(NANDA, 2015)
l. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan banyaknya
mukus.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilas
3.Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan Dyspnoe
4.Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi
5.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan Gaya hidup yang dipertahankan.
3. Intervensi
Tujuan utama bagi klien mencakup perbaikan dalam pertukaran
gas, pencapaian bersihan jalan napas, kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri, perbaikan dalam kemampuan koping, kepatuhan pada
program terapeutik dan perawatan di rumah, serta tidak adanya komplikasi
14

infeksi pernapasan tambahan seperti adanya pneumonia (Muttaqin,


2012).Keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan dalam
menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi (Nursalam, 2009).
(NIC dan NOC, 2013)
No Diagnosa Tujuan den kriteria intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Bersihan jalan Tujuan:pasien 1. Monitor 1. penurunan
nafas tidak menunjukkan respirasi status
efektif keefektifan jalan nafas dan status oksigen
berhubungan Kriteria hasil: O2 mengindika
dengan 1. Mendemonstrasikan sikan klien
banyaknya batuk efektif dan mengalami
mukus. suara nafas yang kekurangan
bersih oksigen
2. mampu yang dapat
mengeluarkan menyebabk
sputum, bernafas an
dengan mudah terjadinya
3. Mampu hipoksia
mengidentifikasika 2. Posisikan 2. posisi
n dan mencegah pasien semifowler
faktor yang untuk membantu
penyebab memaksi klien
malkan memaksima
ventilasi lkan
ventilasi
sehingga
kebutuhan
oksigen
terpenuhi
melalui
15

proses
pernafasan.
3. Lakukan 3. fisioterapi
fisioterapi dada dapat
dada jika memudahk
perlu an klien
dalam
mengeluark
an secret
yang sulit
dikeluarkan
secara
mandiri.
4. Berikan 4. bronkodilat
bronkodil or dapat
ator bila memvasodi
perlu latasi
saluran
pernafasan
sehingga
jalan nafas
paten dan
kebutuhan
oksigen
terpenuhi.
16

2. Pola nafas Tujuan:pasien 1. Monitor 1. penurunan


tidak efektif menunjukkankeefektif respirasi status
berhubungan an pola nafas dan status oksigen
dengan Kriteria hasil: O2 mengindika
Hiperventilas 1. Menunjukkan jalan sikan klien
nafas yang paten mengalami
2. irama nafas, kekurangan
frekuensi oksigen
pernafasan dalam yang dapat
rentang normal, menyebabk
3. Tanda tanda vital an
dalam rentang terjadinya
normal hipoksia
2. Lakukan 2. fisioterapi
fisioterapi dada dapat
dada jika memudahk
perlu an klien
dalam
mengeluark
an secret
yang sulit
dikeluarkan
secara
mandiri.
3. Posisikan 3. posisi
pasien semifowler
untuk membantu
memaksi klien
malkan memaksima
ventilasi lkan
ventilasi
17

sehingga
kebutuhan
4. Ajarkan oksigen
bagaiman terpenuhi
a batuk melalui
efektif proses
pernafasan
4. agar pasien
dapat
mengetahi
cara
mengeluark
an sputum
dengan
benar
3 Gangguan Tujuan: Gangguan 1. Monitor 1. Mengetahui
Pertukaran pertukaran pasien pola nafas frekuensi
gas teratasi pernapasan
berhubungan Kriteria hasil: klien
dengan 1. tidak ada sianosis sebagai
Dyspnoe dan dyspneu indikasi
2. AGD dalam batas dasar
normal gangguan
3. bebas dari tanda pernapasan
tanda distress 2. Lakukan 2. fisioterapi
pernafasan fisioterapi dada dapat
dada jika memudahk
perlu an klien
dalam
mengeluark
an secret
18

yang sulit
dikeluarkan
secara
mandiri
3. Berikan 3. bronkodilat
bronkodil or dapat
ator bila memvasodi
perlu latasi
saluran
pernafasan
sehingga
jalan nafas
paten dan
kebutuhan
oksigen
terpenuhi.
4. Posisikan 4. posisi
pasien semifowler
untuk membantu
memaksi klien
malkan memaksima
ventilasi lkan
ventilasi
sehingga
kebutuhan
oksigen
terpenuhi
melalui
proses
pernafasan
19

4. Ketidak Tujuan: Gangguan 1. Monitor 1. Mual dan


seimbangan pertukaran pasien mual dan muntah
nutrisi kurang teratasi muntah mempengar
dari Kriteria hasil: uhi
kebutuhan 1. Tidak ada tanda- pemenuhan
tubuh tanda malnutrisi nutrisi.
berhubungan 2. Menunjukkan
dengan peningkatan fungsi 2. Ajarkan 2. Agar pasien
Ketidakmamp pengecapan dan pasien mengerti
uan mencerna menelan bagaiman bagamana
nutrisi 3. Tidak terjadi a cara
penurunan berat membuat membuat
badan yang berarti catatan catatan
makanan makanan
harian harian

3. Berikan 3. Supaya
informasi pasien
tentang mengertia
kebutuhan apa saja
nutrisi nutrisi yang
di butuhkan
tubuh
4. Kolaboras 4. Untuk
i dengan kesembuha
gizi untuk n pasien
menentuk
an jumlah
kalori dan
nutrisi
yang
20

dibutuhka
n pasien

5. Intoleransi Tujuan:Pasien 1. Kaji 1. untuk


aktifitas bertoleransi terhadap adanya mengetahui
berhubungan aktivitas dengan faktor penyebab
dengan Kriteria hasil: yang terjadinya
Ketidakseimb 1. Berpartisipasi menyebab kelemahan
angan antara dalam aktivitas kan fisik pada
suplai oksigen fisik tanpa disertai kelelahan pasien
dengan peningkatan 2. Monitor 2. untuk
kebutuhan tekanan darah, nadi pola tidur mengetahui
Gaya hidup dan RR dan kebiasaan
yang 2. Mampu melakukan lamanya tidur pasien
dipertahankan aktivitas sehari hari tidur/istira
(ADLs) secara hat pasien
mandiri 3. Bantu 3. mengetahui
Keseimbangan klien kemampua
aktivitas dan untuk n klien dala
istirahat mengident m
ifikasi melakukan
aktivitas aktifitas ses
yang uai
mampu kemampua
dilakukan n

4. Kolaboras 4. terapi
ikan medik yang
dengan tepat dapat
Tenaga memungkin
Rehabilita kan
21

si Medik pemulihan
dalam tingkat
merencan aktivitas.
akan
progran
terapi
yang
tepat.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.P


DENGAN (PPOK) BRONKRITIS KRONIS DI RUANG ICU RSUD
dr. SOERATNO GEMOLONG

A. Pengkajian
1. Identitas Diri
a. Klien
Nama :Tn. P
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pekerjaan :Tani
Suku :Jawa
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Baturejo RT07, tegalombo, kalijambe
Tanggal masuk RS : 28 Mei 2017, pukul 17.00
Tanggal pengkajian : 29 Mei 2017, pukul 08.00
Diagnosa saat masuk RS : PPOK,Bronkritis kronik,Dyspneu
No. RM : 044290
b. Penanggungjawab
Nama : Ny. N
Umur : 50 tahun
Alamat : Baturejo RT07, tegalombo, kalijambe
Hubungan dengan klien : Istri
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan 4 bulan terakhir batuk di sertai riak dan 4 hari
sebelum di bawa kerumah sakit sesak nafas makin terasa parah dan di

22
23

bawa di IGD pada hari minggu 28 mei 2017 pada pukul17:00 WIB,
kemudian di berikan terapi oksigen kanul (3 liter/menit) tangan kanan
di pasang infus RL dengan 8 tetes/menit. Kemudian injeksi
aminophilin,tarbutalin,ciprofloxasin, dan terapi Nebulizer.Kemudian
pasien di pindahkan ke ICU pada jam 18:30 di ruang 1
3. Pengkajian Primer
a. Airways
Ada sputum yang kental yang susah keluar,bunyi nafas ronchi
b. Breathing
Sesak nafas tanpa aktivitas,pengembangan dada simetris,irama cepat,di
pasang O2 kanul 3 L/menit,RR 28X/menit,SPO2 98%.
c. Circulation
TD 106/51 mmHg, Nadi 84X/m, S 36˚C, RR 28X/menit, warna kulit
coklat pucat,akral hangat, turgor kulit <2 detik, mukosa bibir lembab
d. Disability
Tingkat kesadaran compos mentis GCS 15(E.4 M.6 V.5) tidak kejang,
pupil ishokor
4. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien terlihat sesak nafas,
b. Tanda-tanda Vital: Tekanan Darah : 106/51 mmHg
S : 36 ◦c
Nadi :84x/menit
RR : 28x/menit
SPO2: 98 %
c. Kepala : Bentuk : Mesocephal,tidak ada lesi,rambut beruban
d. Mata : Conjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik,ishokor
e. Mulut : mukosa bibir klien lembab, gigi masih utuh dan terlihat agak
kuning.
f. Hidung : bersih, tidak ada polip, pasien terpasang nasal kanul O2 3
L/menit.
24

g. Telinga :Serumen dalam batas normal.


h. Leher:Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
i. Thorak
j. Paru
Inspeksi : Simetris, dada datar,
Perkusi : Hiper Sonor kanan kiri
Palpasi : Nyeri tekan dada bagian kiri
Auskultrasi :terdengar ada suara nafas tambahan ronchi
k. Jantung
Inspeksi: bentuk dada simetris
Perkusi : ictus cordis tidak teraba
Palpasi : suara pekak
Auskultasi: vesikuler
l. Abdomen
Inspeksi:warna sawo matang, tidak ada lesi, tidak odema,warna sawo
matang, tidak ada hepatomegali.
Auskult: Peristaltik 26x/menit
Perkusi : Suara timpany
Palpasi : Nyeri tekan di bagian perut bawah kiri
m. Genital dan perianal :tidak terkaji
n. Ekstremitas:Terpasang infuse RL (8 tpm) di tangan kanan, kaki
pergerakan baik, tidak ada odema
a. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hematologi Hemogoblin 11.1 L.13-16gr/100
Leucocyte 12.700 5000-10000/mm
Erytrosit 3.85 L.4,5-5,5 Jt/mm
Trombosit 343.000 150-400 rb/mm3
Hematokrit 32 L 40-48 Vol%
Gula sewaktu 281.9 <160 mg/dl
25

Ureum 65.8 10-50 mg/dl


Creatin 1,32 L 0.6-1,1mg/dl
b. Terapi medis:
Infus RL8 tpm
1) Injeksi:
Tarbutalin 8j/amp
Aminophilin 8j/amp
Ketorolac 8j/amp
2) Program Nebulizer:
Setiap 4 jam sekali
Bisolfon 1cc
Pulmicort 100mg
3) Oral
Ambroxol 3x1
5. Pola Fungsional Menurut Vrginia Henderson
a. Pola Pernapasan
Selama sakit pasien merasakan sesak,pasien mengggunakan alat
bantu pernafasan 3L/menit, RR28x/menit, Spo98%
b. Pola Nutrisi
Pasien makan 3x sehari,nafsu makan pasien selama sakit menurun,
pasien hanya menghabiskan ½ porsi yang di sediakan dari rumah
sakit,minum 5-6 gelas.
c. Pola Eliminasi
Selama sakit pasien BAB 2 hari sekali,pasien BAK melalui selang
kateter
d. Pola Istirahat dan Tidur
Selama sakit pasien hanya tidur 5-6 jam pada malam hari, pasien
tidak bisa tidur dengan nyenyak karena tidak terbiasa dengan
suasana RS.
e. Pola Rasa Aman dan Nyaman
26

Selama sakit pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya


dan pasien merasakan nyeri di dadanya
f. Pola Berpakaian
Selama sakit pasien pasien mengganti pakaiannya 1 hari sekali di
bantu oleh istrinya
g. Pola Mempertahankan Suhu Tubuh dan Sirkulasi
Pasien tidak mengenakan pakaian yang tebal untuk mempertahankan
suhu tubuh dan sirkulasinya
h. Pola Personal Hygiene
Selama sakit pasien di sibin 1x sehari oleh istrinya
i. Pola Komunikasi
Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa jawa,pasien saat di ajak
komunkasi mudah di paham
j. Kebutuhan Keseimbangan dan Gerak
keteranga Selama sakit
n 0 1 2 3 4
makan 
minum 
mandi 
toileting 
berpakaia 
n
mobilasi 
Keterangan:
0:mandiri
1:menggunakan alat
2:menggunakan bantuan
3:menggunanakan alat dan bantuan
4:bergantung
k. Pola Spiritual
Pasien merasa terganggu saat melakukan ibadah solat 5 waktu
l. Kebutuhan Bekerja
Pasien tidak bisa bekerja saat karena sakit,sebelum sakit pasien
bekerja sebagai petani
27

m. Pola bermain dan rekreasi


Pasien menghilangkan kejenuhandengan cara berdzikir
n. Kebutuhan Belajar
Pasien mendapatkan informasi dari perawat maupun dokter.
B. Analisa Data
No Hari/tanggal Data Etiologi Problem
.
1. Senin,29 DS: Peningkatan produksi Bersihan jalan
mei - Pasien sekret nafas tidak
2017 mengatakan batuk efektif
batuk disertai
dengan dahak dan
sulit bernafas
DO:
- auskultasi suara
nafas terdengar
suara nafas
tambahan ronki
- klien batuk
dengan sputum
Kental berwarna
putih
- Klien tampak
batuk
TD: 106/51
N: 84xpermenit
RR: 28xpermenit
S: 36˚c
2. Senin,29 DS: Ketidakseimbangan Intoleransi
mei - Pasien antara suplai dan aktifitas
28

2017 mengatakan kebutuhan oksigen


belum mampu
melakukan
kegiatan seharri-
hari karena masih
lemas dan sesak.
DO:
- Pasien tampak
lemas
- Hemogoblin
11.1gr/100

3. Senin,29 DS:- Agens cidera biologis Kenyamanan


mei - Pasien fisik (nyeri
2017 mengatakan nyeri akut)
di bagian dada
kiri
- P:kardiomegali
Q:seperti di
tertekan benda
berat
R:di dada kiri
S:5
T:hilang timbul
DO:
- Pasien tampak
menahan nyeri

4. Senin,29 DS: Lingkungan: Gangguan pola


mei - -Pasien mengata Kebisingan tidur
29

2017 tidak bisa tidur


dengan nyenyak
karena tidak
terbiasa dengan
suasana RS.
DO:
- Pasiena hanya
tidur 5-6 jam
pada malam hari

C. Prioritas Masalah Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
2. Intolerensi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Kenyamanan fisik (nyeri akut) berhubungan dengan agens cidera biologis
4. Gangguan pola tidur berhuungan dengan Lingkungan: Kebisingan

D. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Tachipneu biasanya
nafas tidak tindakan /pantau ada pada beberapa
efektif keperawatan frekuensi derajat dapat
berhubungan selama 3x24 jam, pernafasa ditemukan pada
dengan bersihan jalan n penerimaan atau
peningkatan nafas efektif selam stress/
30

produksi sekret KH: proses infeksi


-bunyi nafas akut. Pernafasan
vesikuler melambat dan
-menunjukan frekuensi ekspirasi
perilaku untuk memanjang
memperbaiki disbanding
bersihan jalan inspirasi.
nafas, misal
batuk efektif dan 2. Kaji 2. Peninggian kepala
mengeluarkan pasien tempat tidur
sekret. untuk mempermudah
-RR:16-20 x/menit posisi fungsi pernafasan
nyaman. dengan
mempergunakan
gravitasi. Dan
mempermudah
untuk bernafas
serta membantu
menurunkan
kelemahan otot-
otot dan dapat
sebagai alat
ekspansi dada.

3. latih 3.Mengeluarkan
untuk sekret yang
batuk tertahan
efektif

4. kolaborasi 4. Mempercepat
pemberia proses
31

n terapi. penyembuhan.

2. Intoleren Setelah dilakukan 1. monitor 1. untuk mengetahui


aktivitas tindakan intake/asu sumber energi
berhubungan keperawatna 3x24 pan yang adekuat
dengan jam mampu nutrisi
Ketidakseimban melakukan
gan antara suplai kegiatan sehari 2. bantu 2. untuk
dan kebutuhan hari dengan KH : pasien mengakomodasi
oksigen -pasien tampak untuk energi yang
tidak lemas memprior dibutuhkan
-mampu itaskan
melakukan kegiatan
kegiatan sehari 3. anjurkan 3. untuk mendapat
hari pasien kan informasi dari
-hemogoblin mengung pasien tentang apa
menjadi13- kapkan yang di rasakan
16gr/100 perasaan pasieen
secara
verbal
mengenai
keterbatas
an yang di
alami

4. Hindari 4.untuk memberikan


kegiatan rasa nyaman pada
perawatan pasien
selama
jadwal
istirahat
32

pasien
3 Kenyamanan Setelah dilakukan 1. kaji skala 1. untuk mengetahui
fisik tindakan nyeri perkembangan dan
berhubungan keperawatan skalanyeri pasien
dengan agens selama 3x24 jam, 2. ajarkan 2. untuk memberikan
cidera biologis nyeri yang klien pengetahuan
dirasakan pasien relaksasi kepada pasien
berkurang dengan nafas tentang bagaimana
KH: dalam cara mengurangi
-pasien merasa rasa nyeri
nyaman dengan 3. dukung 3. untuk
skala nyeri istirahat/ti meningkatkan
berkurang menjadi dur kenyamanan
2 pasien

4. kolaborasi 4. Mempercepat
pemberia proses
n penyembuhan.
analgetik

4. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Pemberian


tidur tindakan pentingny informasi yang
berhuungan keperawatan a tidur tepat dapat
dengan selama 2x24 jam, yang memotivasi klien
Lingkungan: gangguanpola tidur adekuat agar berusaha
Kebisingan pasien teratasi memperbaiki
dengan kriteria kualitas tidurnya.
hasil:
2. Ciptakan 2. Lingkungan yang
- Jumlah jam tidur
lingkunga nyaman membantu
dalam batas
33

normal n yang tubuh menjadi


- Pola nyaman lebih relaks
tidur,kualitasdala sehingga dapat
m batas normal mempermudah
tidur.

E. Implemetasi
No Hari/Tang Tindakan Respon TTD
Dx gal/Jam
1,2 Senin, 29 - memonitoring S: Han
,3 maret TTV - Pasien mengatakan
2017, - mengkaji dada terasa sesak,
07.00 frekuensi klien masih batuk.
pernafasan O:
- Keadaan umum klien
lemah
- TTV : TD: 105/69
mmHg, N: 79 x/
menit , RR:
28x/menit, S : 36 0C
3 08.00 - S: Han
Mengobservas - Klien mengatakan
i Skala nyeri merasakan nyeri di
klien dada kiri dengan
skala 5,
O:
Klien tampak
menahan rasa nyeri
34

2 09.30 - Mengobservas S: Han


i intake - Klien mengatakan
asupan klien sudah memakan
makanan yang di
berikan rumah sakit
O:
- Klien hanya
menghabiskan
separuh makanan
yangdi berikan
1 09.45 - Mengajarkan S: Han
batuk efektif. - Pasien mengatakan
bersedia
O:
- Pasien tampak
kooperatif
2 10.00 - Menganjurkan S: Han
pasien - Pasien mengatakan
mengungkapk bersedia pasien
an perasaan mengatakan agak
secara verbal terganggu dengan
mengenai kondisinya sekarang
keterbatasan karena tidak bisa
yang di alami melakukan kegiatan
seperti saat sehat

O:
- Pasien tampak
menjelaskan tentang
apa yangdi rasakan
35

1 10.30 - Kolaborasi S: Han


pemberian - Pasien mengatakan
terapi uap bersedia
O:
- Pasien posisi tampak
menghirup uap, Obat
pulmicort 100 mg
- Bisolvon 1cc
3 10.45 - Membantu S: Han
latihan nafas - Pasien mengatakan
dalam. bersedia
O:
- Pasien tampak ikut
mempraktekan
2 11.00 - membantu S: Han
pasien - Klien mengatakan
memprioritask akan menggunakan
an kegiatan wakutunya untuk
beristirahat di rumah
sakit
O:
- Klien tampak
berbaring di tempat
tidur pasien
1 11.30 - mengkaji S: Han
pasien untuk - Klien mengatakan
posisi nyaman nyaman dengan
posisi setengah duduk
O:
- Klien terlhiat nyaman
36

dengan posisi semi


fowler

3,4 12.00 - Kolaborasi S: Han


pemberian - Pasien mengatakan
analgetik bersedia
- Menjelaskan O:
pentingnya - Pasien di injeksi
tidur yang melalui selang infus
adekuat ,obatTarbutalin 1amp
Aminophilin 1amp
Ketorolac 1amp
- Pasien tampak
mengerti dengan
yang di jelaskan
1,2 13.00 - mengobservas S: Han
,3, i TTV klien - Klien bersedia dan
- mengkaji mengatakan masih
frekuensi terasa sesak
pernafasan O:
- TTV : TD: 110/ 65
mmHg, N: 82 x/
menit , RR:
26x/menit, S: 36 0C
2,4 13.15 - Hindari O: Han
kegiatan - Klien tampak tidur
perawatan - Klien tampak relaks
selama jadwal
istirahat
37

pasien
- Menciptakan
lingkungan
yang nyaman

No Hari/Tang Tindakan Respon TTD


Dx gal/Jam

1,2 Selasa, 30 - memonitoring S: Han


,3 mei 2017, TTV - Pasien mengatakan
07.00 - mengkaji Masih terasa sesak dan
frekuensi masih batuk.
pernafasan O:
- Keadaan umum klien
lemah
- TTV : TD: 111/70
mmHg, N: 80 x/ menit ,
RR: 26x/menit, S : 36 0C
3 08.00 - Mengobservasi S: Han
Skala nyeri klien - Klien mengatakan
merasakan nyeri di dada
kiri dengan skala 4,
O:
Klien tampak menahan
rasa nyeri
2 09.30 - Mengobservasi S: Han
intake asupan - Klien mengatakan sudah
klien memakan makanan yang
di berikan rumah sakit
O:
- Klien hanya
38

menghabiskan makanan
yang di berikan

1 09.45 - Mengajarkan S: Han


batuk efektif. - Pasien mengatakan sudah
mengerti
O:
- Pasien tampak kooperatif
2 10.00 - Menganjurkan S: Han
pasien - Pasien mengatakan
mengungkapkan bersedia pasien
perasaan secara mengatakan masih
verbal mengenai terganggu dengan
keterbatasan kondisinya sekarang
yang di alami karena tidak bisa
melakukan kegiatan
seperti saat sehat
-
O:
- Pasien tampak
menjelaskan tentang apa
yang di rasakan
1 10.30 - Kolaborasi S: Han
pemberian terapi - Pasien mengatakan
uap bersedia
O:
- Pasien posisi tampak
menghirup uap, Obat
pulmicort 100 mg
- Bisolvon 1cc
39

3 10.45 - Membantu S: Han


latihan nafas - Pasien mengatakan sudah
dalam. mengerti
O:
- Pasien tampak ikut
mempraktekan
2 11.00 - membantu pasien S: Han
memprioritaskan - Klien mengatakan akan
kegiatan menggunakan wakutunya
untuk beristirahat di
rumah sakit
O:
- Klien tampak berbaring
di tempat tidur pasien
1 11.30 - Kaji pasien S: Han
untuk posisi - Klien mengatakan
nyaman nyaman dengan posisi
setengah duduk
O:
- Klien terlhiat nyaman
dengan posisi semi
fowler
3,4 12.00 - Kolaborasi S: Han
pemberian - Pasien mengatakan
analgetik bersedia
- Menjelaskan O:
pentingnya tidur - Pasien di injeksi melalui
yang adekuat selang infus
,obatTarbutalin 1amp
Aminophilin 1amp
40

Ketorolac 1amp
- Pasien tampak mengerti

1,2 13.00 - mengobservasi S: Han


,3, TTV klien - Klien mengatakan mau
diperiksa
O:
- TTV : TD: 104/ 73
mmHg, N: 84 x/ menit ,
RR: 24x/menit, S: 36 0C
2,4 13.15 - Hindari kegiatan O: Han
perawatan - Klien tampak tidur
selama jadwal
istirahat pasien

No Hari/Tanggal/J Tindakan Respon TTD


Dx am
1,2 Rabu, 31 mei - memonitorin S: Han
,3 2017, g TTV - Pasien mengatakan sudah
14.00 agak tidak sesak, tapi masih
batuk.
O:
- Keadaan umum klien lemah
- TTV : TD: 101/68 mmHg,
N: 80 x/ menit , RR:
24x/menit, S : 36 0C
1 14.30 - Kolaborasi S: Han
pemberian - Klien mengatakan bersedia
41

terapi uap O:
- Pasien posisi tampak
menghirup uap, Obat
pulmicort 100 mg
Bisolvon 1cc
2 15.30 - Mengobserva S: Han
si intake - Klien mengatakan sudah
asupan klien memakan makanan yang di
berikan rumah sakit
O:
- Klien hanya menghabiskan
makanan yang di berikan
1,2 15.45 - Mengajarkan S: Han
batuk efektif. - Pasien mengatakan sudah
menegrti
O:
- Pasien tampak kooperatif
2 16.00 - Menganjurka S: Han
n pasien - Pasien mengatakan bersedia
mengungkap pasien mengatakan masih
kan perasaan terganggu dengan
secara verbal kondisinya sekarang karena
mengenai tidak bisa melakukan
keterbatasan kegiatan seperti saat sehat
yang di alami -
O:
- Pasien tampak menjelaskan
tentang apa yang di rasakan
42

3 16.30 - Mengobserva S: Han


si Skala - Pasien masih merasaan nyeri
nyeri klien dengan skala 4
O:
- Pasien tampak menahan
nyeri
3 16.45 - Membantu S: Han
latihan nafas - Pasien mengatakan sudah
dalam. mengerti
O:
- Pasien tampak ikut
mempraktekan
2 17.00 - membantu S: Han
pasien - Klien mengatakan akan
memprioritas menggunakan wakutunya
kan kegiatan untuk beristirahat di rumah
sakit
O:
- Klien tampak berbaring di
tempat tidur pasien
1 17.30 - Kaji pasien S: Han
untuk posisi - Klien mengatakan nyaman
nyaman dengan posisi setengah
duduk
O:
- Klien terlhiat nyaman
dengan posisi semi fowler
43

3 18.00 - Kolaborasi S: Han


pemberian - Pasien mengatakan bersedia
analgetik O:
- - Pasien di injeksi melalui
selang infus ,obatTarbutalin
1amp Aminophilin 1amp
Ketorolac 1amp
1 18.30 - Kolaborasi S: Han
pemberian - Klien mengatakan bersedia
terapi uap O:
- Pasien posisi tampak
menghirup uap, Obat
pulmicort 100 mg
Bisolvon 1cc
1,2 19.15 - memonitorin S: Han
,3 g TTV - Klien tampak tidur
O:
- Keadaan umum klien lemah
- TTV : TD: 111/71 mmHg,
N: 83 x/ menit , RR:
23x/menit, S : 36 0C

2 19.30 - Hindari O: Han


kegiatan - Klien tampak berdzikir
perawatan - Klien tampak nyaman
selama
jadwal
istirahat
pasien
44

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluai hari ke 1 Senin
No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi TTD

1 Senin 29 Mei 2017 Diagnosa 1 Han


14.00 S:
- Pasien mengatakan masih sesak
nafas batuk mengeluarkan sekret
putih kental
O:
- pasien terlihat sesak nafas, RR:
27x/ menit. TTV : TD: 103/ 67
mmHg, N: 84x/ menit , S: 36,0C
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Kaji /pantau frekuensi pernafasan
b. Kaji pasien untuk posisi nyaman.
c. latih untuk batuk efektif
d. kolaborasi pemberian terapi.
2 Diagnosa 2. Han
S:
- Pasien mengatakan belum mampu
melakukan kegiatan seharri-hari
karena masih lemas dan sesak.
DO:
45

- Pasien tampak lemas


A: masalah belum teratasi
P:
a. monitor intake/asupan nutrisi
b. bantu pasien untuk
memprioritaskan kegiatan
c. anjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang di alami
d. Hindari kegiatan perawatan selama
jadwal istirahat pasien
3 Diagnosa 3 Han
S:
- Pasien mmengatakan nyeri di
bagian dada kiri
- P:kardiomegali
Q:seperti di tertekan benda berat
R:di dada kiri
S:4
T:hilang timbul
O:
- Pasien tampak menahan nyeri
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
a. kaji skala nyeri
b. ajarkan klien relaksasi nafas dalam
c. dukung istirahat/tidur
d. kolaborasi pemberian analgetik

4 Diagnosa 4 Han
46

S:
- Pasien mengatakan masih kesulitan
untuk tidur karena belum terbiasa
di ruangan
O:
- Pasien tampak tidur dengan relaks
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
- Ciptakan lingkungan yang nyaman

Evaluasi Hari ke 2 selasa


No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi TTD

1 Selasa 29 Mei 2017 Diagnosa 1 Han


14.00 S:
- Pasien mengatakan masih sesak
nafas batuk mengeluarkan sekret
putih kental
O:
- pasien terlihat sesak nafas, RR:
25x/ menit. TTV : TD: 105/ 66
mmHg, N: 84x/ menit , S: 36,0C
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Kaji /pantau frekuensi pernafasan
b. Kaji pasien untuk posisi nyaman.
c. latih untuk batuk efektif
d. kolaborasi pemberian terapi.
47

2 Diagnosa 2. Han
S:
- Pasien mengatakan belum mampu
melakukan kegiatan seharri-hari
karena masih lemas dan sesak.
O:
- Pasien tampak lemas
A: masalah belum teratasi
P:
a. monitor intake/asupan nutrisi
b. bantu pasien untuk
memprioritaskan kegiatan
c. anjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang di alami
d. Hindari kegiatan perawatan selama
jadwal istirahat pasien
3 Diagnosa 3 Han
S:
- Pasien mmengatakan nyeri di
bagian dada kiri
- P:kardiomegali
Q:seperti di tertekan benda berat
R:di dada kiri
S:4
T:hilang timbul
O:
- Pasien tampak menahan nyeri
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
a. kaji skala nyeri
48

b. ajarkan klien relaksasi nafas dalam


c. dukung istirahat/tidur
d. kolaborasi pemberian analgetik
-
4 S: Han
- Pasien mengatakan sudah lumayan
terbiasa dengan suasana diruangan
O:
- Pasien tampak tidur dengan relaks
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Pertahankan Kondisi

Evaluasi Hari ke 3 Rabu


No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi TTD
1 Rabu 31 Mei 2017 Diagnosa 1 Han
21:00 S:
- Pasien mengatakan masih
sesak nafas batuk
mengeluarkan sekret putih
kental
O:
- pasien terlihat sesak nafas,
RR: 24x/ menit. TTV : TD:
111/ 61 mmHg, N: 82x/ menit
, S: 360C
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Kaji /pantau frekuensi
pernafasan
49

b. Kaji pasien untuk posisi


nyaman.
c. latih untuk batuk efektif
d. kolaborasi pemberian terapi.
2 Diagnosa 2. Han
S:
- Pasien mengatakan belum
mampu melakukan kegiatan
seharri-hari karena masih
lemas dan sesak.
O:
- Pasien tampak lemas
A: masalah belum teratasi
P:
a. monitor intake/asupan nutrisi
b. bantu pasien untuk
memprioritaskan kegiatan
c. anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai
keterbatasan yang di alami
d. Hindari kegiatan perawatan
selama jadwal istirahat pasien
3 Diagnosa 3 Han
S:
- Pasien mmengatakan nyeri di
bagian dada kiri
- P:kardiomegali
Q:seperti di tertekan benda
berat
50

R:di dada kiri


S:4
T:hilang timbul
O:
- Pasien tampak menahan nyeri
A : Masalah keperawatan belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
a. kaji skala nyeri
b. ajarkan klien relaksasi nafas
dalam
c. dukung istirahat/tidur
d. kolaborasi pemberian
analgetik
51

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis akan membahas tentang kasus keperawatan pada
kasus Tn. “P” Dengan gangguan system pernafasan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK) di RSUD dr.Soeratno Gemolong.Prinsip pembahasan ini yang
meliputi pengakajian,perumusan masalah keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian yaitu observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik,untuk
memperoleh data secara langsung maupun tidak langsung. (mareli, 2009)
Penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive
Pulmonary Diseases (COPD) merupakan suatu istilah yang sering di gunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan di tandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya(Irman Somantri, 2009).
PPOK merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan tanda
pernapasan yaitu batuk kronik, berdahak, dispnea dengan derajat yang
bervariasi, dan penurunan aliran udara ekspirasi yang signifikan dan progresif
(Meyer et al., 2010).
Bronkritis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dangan produksi
mukus takeonronkial yang berlebihan, sehingga cukup menimbulkan batuk
dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2
tahun secara berturut-turut (Irman Somantri, 2009)
Melihat teori tersebut, sesuai dengan yang dirasakan Pasien mengatakan
4 bulan terakhir batuk di sertai riak dan 4 hari sebelum di bawa kerumah sakit
sesak nafas makin terasa parah dan di bawa di IGD pada hari minggu 28 mei
2017 pada pukul17:00 WIB,TD 106/51 mmHg, Nadi 84X/m, S 36˚C, RR
28X/menit, warna kulit coklat pucat,akral hangat, turgor kulit <2 detik,
mukosa bibir lembab, kemudian di berikan terapi oksigen kanul (3 liter/menit)
50

tangan kanan di pasang infus RL dengan 8tetes/menit.kemudian injeksi


aminophilin,tarbutalin,ciprofloxasin, dan terapi Nebulizer.Kemudian pasien di
pindahkan ke ICU pada jam 18:30 di ruang1.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau beresiko. (Doenges, 2015).
Secara konsep terdapat lima diagnosa yang mungkin timbul pada pasien
dengan COPD, yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan banyaknya mukus.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilas
3. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan Dyspnoe
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan Gaya hidup yang
dipertahankan(NANDA,2015).
Berdasarkan pengkajian penulis mengangkat 3 diagnosa
keperawatan yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan Peningkatan produksi
sekret (NANDA,2015).
Bersihan jalan nafas tidak efektifadalahketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan.(NANDA,2015).
Bersihan jalan nafas secara umum ditandai dengan perubahan
frekuensi nafas, perubahan pola nafas, sianosis, sputum dalam jumlah
yang berlebihan, suara nafas tambahan, penurunan bunyi nafas, batuk
yang tidak efektif, gelisah (NANDA, 2015).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut kasus diatas yaitu keadaan
dimana peningkatan produksi mukus, pernafasannya juga sesak nafas
sehingga menyebabkanBersihan jalan nafas tidak efektif.
51

Data-data yang ditemukan oleh penulis dari pasien antara lain


sebagai berikut: Data Subjektif:Pasien mengatakan batuk batuk disertai
dengan dahak dan sulit bernafas,Data Objektif:TD 106/51 mmHg, Nadi
84X/m, S 36˚C, RR 28X/menit, auskultasi suara ronkhi,RR:
28x/menit,pasien tampak kesulitan mengeluarkan sekret.sehingga dari
data tersebut penulis mengambil diagnosa bersihan jalan nafas.
Diagnosa bersihan jalan nafas penulis prioritaskan yang pertama
karena menurut Abraham Maslow kebutuhan bernafas merupakan
kebutuhan yang paling dasar. Menurut penulis bersihan jalan nafas juga
sangat penting untuk diatasi yang pertama kali, jika bersihan jalan nafas
berhubungan dengan mukus berlebihan maka pasien akan mengalami
kesusahan bernafas (sesak nafas) yang disertai sputum di saluran nafas
hidung sehingga dapat mengganggu aktivitas fisik lainnya.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (NANDA, 2015)
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan atau menyesuaikan aktifitas kehidupan
sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. (NANDA,2015).
Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika ada data batasan karakteristik
yaitu Respon abnormal dan tekanan darah atau nadi terhadap aktivitas,
perubahan EKG yang menunjukan aritmia atau skemia, adanya
ketidaknyamanan saat beraktivitas (NANDA, 2015)
Alasan diagnosa tersebut diangkat karena ditemukan tanda-tanda
yang mendukung secara subyektif yang ditemukan oleh penulis dari
pasien antara lain sebagai berikut : Pasien mengatakan badanya lemas dan
sesak nafas ketika banyak bergerak, Data Objektif:Hemogoblin
11.1gr/100,Pasien tampak lemas. sesuai data yang didapatkan penulis
mengangkat diagnose ini di prioritas kedua karena dilihat dari kondisi
pasien tubuhnya kelihatan lemas dan sesak nafas ketika banyak bergerak.
52

3. Kenyamanan fisik (nyeri akut) berhubungan dengan agens cidera biologis


(NANDA, 2015)
Nyeri akut adalah Pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (internasional
association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atu
diprediksi(NANDA, 2015).
Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika ada data batasan karakteristik
yaitu ketidak mampuan untuk relaks,merasa tidak
nyaman,takut(NANDA, 2015)
Data-data yang ditemukan oleh penulis dari pasien antara lain
sebagai berikut : Pasien mengatakan merasakan nyeri di bagian dada
kiri,P:kardiomegali, Q:seperti di tertekan benda berat, R:di dada kiri, S:5,
T:hilang timbul
Diagnosa tersebut penulis ditegakkan karena keluhan yang dirasakan
pasien saat itu dan Penulis tidak memprioritaskan masalah tersebut karena
tidak mengancam kehidupan pasien. Tetapi jika tidak di tegakan,pasien
akan merasa tidak nyaman.
4. Gangguan pola tidur berhuungan dengan Lingkungan:
Kebisingan(NANDA, 2015)
Gangguan pola tidur Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal(NANDA, 2015)
Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika ada data batasan karakteristik
yaitu ketidakpuasan tidur(NANDA, 2015)
Data-data yang ditemukan oleh penulis dari pasien antara lain
sebagai berikut :Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak
karena tidak terbiasa dengan suasana RS.
Diagnosa tersebut penulis ditegakkan karena keluhan yang dirasakan
pasien saat itu dan Penulis tidak memprioritaskan masalah tersebut karena
53

tidak mengancam kehidupan pasien. Tetapi jika tidak di tegakan,pasien


akan merasa tidak nyaman.
C. Intervensi keperawatan
Intervensi adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan mendalam, tahap
yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah. (Dongoes, 2015).
1. Diagnosa pertama yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Penulis tegakkan karena pada saat pengkajian penulis menemukan data :
Pasien mengatakan batuk dan sesak nafas, sputum putih kental,
RR : 28x/menit.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien sudah tidak
sesak nafas dengan kriteria hasil, RR:l6x/menit, suara nafas
Vesikuler. Adapun intervensi menurut teori yaitu yang pertamaKaji
/pantau frekuensi pernafasan karena Tachipneu biasanya ada pada
beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selam stress/
proses infeksi akut, Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang disbanding inspirasi.intervensi yang kedua adalah Kaji pasien
untuk posisi nyaman KarenaPeninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan
gravitasi.Intervensi ketiga adalah latih untuk batuk efektif supaya pasien
dapat mengetahuicara mengeluarkan sekret yang benar.intervensi yang
keempat adalah kolaborasi pemberian terapi nebulizer untuk
mengencerkan sekret yang susah di keluarkan.
2. Diagnosa Kedua Intoleren aktivitas berhubungan dengan
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Penulis tegakkan karena pada saat pengkajian penulis menemukan data :
pasien mengatakan lemas,hemogoblin 11.1gr/100. Untuk mengatasi
masalah tersebut, penulis menentukan tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam,pasien tidak lemas dengaan kriteria
54

hasil. Adapun intervensi menurut teori yaitu interveensi yang pertama


yaitu monitor intake/asupan nutrisi.intervensi yang kedua yaitu bantu
pasien untuk memprioritaskan kegiatan.intervensi yang ketiga yaitu
anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang di alami .intervensi yang ketiga yaitu,Hindari kegiatan
perawatan selama jadwal.
3. Diagnosa Ketiga yaitu Kenyamanan fisik berhubungan dengan
agens cidera biologis.
Penulis tegakkan karena pada saat pengkajian penulis menemukan data :
Pasien mengatakan nyeri dibagian dada kiri dengan skala 5, hasil rontgen
menunjukkan pembesaran jantung.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri pasien berkurang
dengan kriteria hasil,pasien merasa nyaman dengan skala nyeri berkurang
menjadi 2. Adapun intervensi yang penulis berikan yaitu yang pertama
kaji skala nyeri.intervensi yang kedua yaitu ajarkan klien relaksasi nafas
dalam intervensi yang ketiga yaitu dukung istirahat/tidur. Intervensi yang
ketiga yaitu kolaborasi pemberian analgetik.
4. Diagnosa Keempat yaitu Gangguan pola tidur berhuungan dengan
Lingkungan: Kebisingan.
Penulis tegakkan karena pada saat pengkajian penulis menemukan data :
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena tidak terbiasa
dengan suasana RS, Pasiena hanya tidur 5-6 jam pada malam hari. Adapun
intervensi yang penulis berikan yaitu yang pertama Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat.intervensi yang kedua Ciptakan lingkungan yang
nyaman
D. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi, ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambar kriteria hasil yang diharapkan
(Doengoes, 2015).
55

Diagnosa1:Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


peningkatan produksi sekret.
Pada Senin 29 Mei 2017 sampai Rabu31 Mei 2017 penulismelakukan
tindakan keperawatan yaitu mengkaji frekuensi pernafasan ,mengkaji pasien
untuk posisi nyaman,melatih untuk batuk efektif,mengkolaborasi pemberian
terapi.Semua intervensi dilakukan semua dan kendala yang penulis temukan
adalah ketika mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam, pasien mengatakan
sudah mengerti cara relaksasi nafas dalam karena sudah diajarkan oleh
perawat sebelumnya, namun saat mempraktekkan relaksasi nafas dalam pasien
lupa.
Diagnosa 2:Intoleren aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Implementasi yang dapat dilakukan tanpa adanya hambatan yaitu
memonitor intake/asupan nutrisi,membantu pasien untuk memprioritaskan
kegiatan,menganjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan yang di alami,menghindari kegiatan perawatan selama
jadwal.
Diagnosa3:Kenyamanan fisik berhubungan dengan agens cidera
biologis.Implementasi yang dapat dilakukan tanpa adanya hambatan sesuai
yaitu mengkaji skala nyeri,mengajarkan klien relaksasi nafas dalam.
Mendukung istirahat/tidu,kolaborasi pemberian analgetik.
Diagnosa4: Gangguan pola tidur berhuungan dengan Lingkungan:
Kebisingan.Implementasi yang dapat dilakukan tanpa adanya hambatan
sesuai yaitu menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat,menciptakan
lingkungan yang nyama.
E. Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon perilaku klien yang tampil (Doengoes, 2015).
Evaluasi disusun dengan metode SOAP dengan keterangan antara lain :
yang pertama subyektif (S) adalah hal hal yang ditemukan keluarga secara
56

subyektif setelah dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan, yang


kedua obyektif (O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara
obyektif setelah dilakukan tindakan keperawatan, yang ketiga analisa (A)
adalah hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan
diagnosa keperawat, yang terakhir perencanaan (P) adalah perencanaan yang
akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi
(Doengoes, 2015).
Evaluasi yang dilakukan penulis sudah sesuai dengan teori tujuan dan
kriteria hasil yaitu : penulis melakukan evaluasi setiap habis shif secara
komprehensif, pasien menunjukkan peningkatan kesembuhan setiap harinya
dan sedikit membaik. Pasien kooperatif jika penulis melakukan atau
memberikan tindak perawatan sehingga pasien lebih mudah untuk
bekerjasama.Semua intervensi dilakukan semua dan kendala yang penulis
temukan adalah ketika mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam, pasien
mengatakan sudah mengerti cara relaksasi nafas dalam karena sudah diajarkan
oleh perawat sebelumnya, namun saat mempraktekkan relaksasi nafas dalam
pasien lupa
Diagnosa1:Bersihanjalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret penulis mendapatkan data S: Pasien mengatakan
masih sesak nafas O:batuk mengeluarkan sekret putih kental, pasien terlihat
sesak nafas, RR: 24x/ menit. TTV : TD: 111/ 61 mmHg, N: 82x/ menit, S:
360C. A:masalah belum teratasi,P:lanjutkan intervensi
Diagnosa2:Kenyamanan fisik berhubungan dengan agens cidera fisik
penulis mendapatkan data S: pasien mengatakan masih mrasakan nyeri dada
dengan skala 4: O: pasien masih terlihat menahan nyeri , A:masalah belum
teratasi.P:lanjutkan intervensi
Diagnosa3:Intoleren aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigenpenulis mendapatkan S: pasien
mengatakan masih belum bisa melakukan kegiatan sehari hari karena masih
lemas dan sesakO: pasien tampak lemas ,A:masalah belum teratasi P:lanjutkan
intervensi
57

Diagnosa4: Gangguan pola tidur berhubungan dengan Lingkungan:


Kebisingan.S:Pasien mengatakan sudah lumayan terbiasa dengan suasana
diruangan O: Pasien tampak tidur dengan relaks, A:Masalah keperawatan
teratasi, P:Pertahankan Kondisi

BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan langsung pada Tn.P dengan


Ganguan System Pernafasan (PPOK) Bronkritis Kronikdiruang ICU RSUD dr.
Soeratno Gemoylong, maka sebagai langkah terakhir dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diambil beberapa kesimpulan dan memberikan saran yang
sekiranya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberi Asuhan
Keperawatan pada pasien khususnya pasien dengan PPOK.
A. Kesimpulan
Setelah melihat dari tinjauan teori dengan keadaan yang nyata dilapangan
maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan sebagai pencapaian dari
tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 29 Mei 2017. Dari hasil
pengkajian yang dilakukan oleh penulis ditemukan beberapa masalah
kesehatan pada Tn.P yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan produksi sekret , Intoleren aktivitas berhubungan dengan
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,Kenyamanan fisik
(nyeri akut) berhubungan dengan agens cidera biologis,Gangguan pola tidur
berhubungan dengan Lingkungan: Kebisingan.
Untuk mengatasi diagnosa atau masalah yang muncul pada Penyakit paru
Obstruksi kronik penulis menyusun beberapa rencana keperawatan. Rencana
yang penulis buat bertujuan untuk mengurangi atau mengatasi masalah
keperawatan yang ada. Penyusunan rencana keperawatan diutamakan pada
tindakan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat, Tindakan yang secara
mandiri dilakukan oleh perawat secara maksimal, adapun faktor yang
keberhasilan dalam melakukan tindakan yang dilakukan salah satunya adalah
keikutsertaan keluarga dalam merawat dan menjaga pasien selama proses
penyembuhan.
Implementasi dilakukan setelah penulis menyusun rencana keperawatan
yang akan diberikan kepada pasien. Pada implementasi yang dilakukan oleh

57
58

penulis, terdapat beberapa hasil yang tidak memuaskan yang dirasakan oleh
penulis.
Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan lama pemberian tindakan
keperawatan yang diberikan, diperoleh hasil bahwa masalah keperawatan yang
muncul belum teratasi secara maksimal, adapun faktor yang mendukung
keberhasilan dari tindakan keperawatan yang diberikan adalah keikutsertaan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Sedangkan faktor yang
menghambat dari keberhasilan perawatan adalah sifat dari pasien yang unik,
sehingga penulis harus menyesuaikan dengan hal tersebut.
B. Saran
1. Bagi institusi Pendidikan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) untuk dijadikan referensi
sebagai bahan dalam penyusunan tugas akhir karya tulis ilmiah.
2. Bagi keluarga
Keluarga hendaknya selalu mematuhi dan menjalankan instruksi dari tim
medis dan tidak melanggar pantangan yang di instruksikan dari tim
kesehatan. Serta selalu membiasakan diri untuk hidup sehat dan memakan
makanan yang sehat pula.
3. Bagi Perawat
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan disamping menerapkan Standar
operasional prosedur yang sudah ada juga harus didukung dengan
keramahan S3 (senyum, sapa, salam) dan performance yang menunjang.
4. Bagi Rumah sakit
Dibutuhkan kerjasama antara perawat ruangan dengan mahasiswa
praktekan dalam melakukan dan memberikan tindakan asuhan
keperawatan pada pasien di ruangan, terutama pada pasien PPOK
sehingga tercapai tujuan keperawatan yang sesuai dengan kriteria hasil,
pendokumentasian yang lengkap untuk bukti kuat dan nyata di rumah
sakit, serta mahasiswa dapat lebih mudah untuk mempelajarinya dengan
difasilitasi alat-alat yang memadai dirumah sakit akan bisa mempercepat
penyembuhan bagi pasien.
59

DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association. (2013). Trends in COPD (Chronic Bronchitis and


Emphysema): morbidity and mortality. Epidemiology and statistics unit
research and health education division.

Arrif Muttaqin, 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2015. Global
Strategy for The Diagnosis, Management, And Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease.

Priscilla L ., Karen M. B., dan Gerene, 2015. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah :
Gangguan Respirasi Edisi 5. Jakarta : EGC

R. Darmanto, 2014. Respirologi. Jakarta : EGC

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Sue Moorhead. Et al. 2016. Nursing Intervetions Clasification (NIC) Measurement


Of Health Outcomes. Singapore : Elsevier.

Sue Moorhead. Et al. 2016. Nursing Intervetions Clasification (NIC) Measurement


Of Health Outcomes. Singapore : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai