Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN IRDS

(IDIOPATIC RESPIRATORY DISSTRES SYNDROME)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Anak

NAMA KELOMPOK 3

1. Addin Rafida Kamilia


2. Khairistiani
3. Mia Ayu Agustin
4. Nur Alimi
5. Oktavia Angraini

DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2017/2018


Kata Pengantar

Dengan mengucap puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
dan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami sehingga dapat
menyelesaikan makalahtepat waktu.
Adapun isi dari makalah ini yaitu mengenai ”Asuhan keperawatan bayi dengan IRDS
(Idiopatic Respiratory Disstress Syndrome). .Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memahami tentang asuhan keperawatan bayi dengan IRDS (Idiopatic Respiratory Disstress
Syndrome).
Kamimenyadari dalam penyusunan makalah ini masih ada banyak kekurangan. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya menjadi lebih
baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kudus, 24 Maret 2017

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

S yn d r o m e gawat nafas (respiratory distress s yn d r o m e )


a d a l a h i s t i l a h ya n g d i g u n a k a n u n yu k d i s f u n g s i p e r n a p a s a n p a d a
neonatus. Gangguan ini merupakan p e n y a k i t yang
berhubungan dengan keerlambatan perkembangan
m a t u r i t a s paru(Whalley dan wong,1995).
Gangguan ini biasanya juga di kenal denga nama hyalinemembrane
disease(HMD) atau penyakit membrane hyaline, karena pada penyakit
iniselalu ditemukn membran hialin yang melapisi alveoli.RDS sering ditemukan pada
bayi premature. Insidens berbanding terbalik denganusia kehamilan dan berat
badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu semakin t i n g g i k e j a d i a n
RDS pada b a yi tersebut. S e b a l i k n ya , semakin tu a usia
k e h a m i l a n semakin rendah kejadian RDS.Persentase kejadian menurut usia
kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayiyang lagir dengan usia
kehamilan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu
dan jarang sekali ditemukan pada bayi cukup b ulan(matur). Insidens
pada bayi premature kulit putih lebih tinggi dari pada bayi kulit hitam dan lebih
sering terjadi p a d a b a yi laki-laki dari pada b a yi perempuan
(Nelson,1999).
S e l a i n i t u k e n a i k a n frekuensi juga ditemukan pada bayi yang lahir dari
ibuyang menderita gangguan perfusidarah uterus selama kehamilan
misalnya,ibu penderita diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio serta perdarahan
antepartum.
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dan Etiologi, Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis IRDS?


2. Bagaimana Pathoflow/Patways IRDS ?
3. Bagaimana Penatalaksanaan IRDS?
4. Bagaimana Pengkajian (Pola Fungsi Kesehatan) IRDS?
5. Apa Diagnosa Keperawatan (NANDA) yang tepat untuk penderita IRDS ?
6. Bagaimana Intervensi Keperawatan (NIC NOC) untuk penderita IRDS ?

1.3. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian dan etiologi, tanda dan gejala/manifestasi klinis


IRDS.
2. Untuk mengetahui pathoflow/patways IRDS.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan IRDS.
4. Untuk mengetahui pengkajian (Pola fungsi kesehatan) IRDS.
5. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan (NANDA) IRDS.
6. Untuk mengetahui intervensi keperwatan (NIC NOC) IRDS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Etiologi, Tanda dan Gejala/Manifestasi klinis
2.1.1 Pengertian

IRDS (Idiopathic Respiratory Distress Syndrom) adalah


gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan
tanda - tanda takipneu lebih 60x/menit, retraksi dada sianosis pada
udara kamar, yang menetap/memburuk pada 48-96 jam kehidupan
dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan
besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya
shunting darah melalui PDA (Stark, 1986).
Sindrom gawat napas idiopatik (Idiopathic Respiratory Distress
Syndrom) disebut juga penyakit membrane hialin, merupakan
perkembangan yang imatur pada system pernapasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
IRDS adalah keadaan hipoksia dan cidera paru yg terjadi
akibat atelektasis primer yg luas. ( Crowin,Elizabeth,2000 ).

2.1.2 Etiologi
1. Prematuritasdenganparu-paru yang imatur (gestasi dibawah 32
minggu) dan tidak adanya, gangguan atau defisiensi surfactant.
2. Bayi prematur yang lahir dengan operasi Caesar.
3. Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi
matur atau prematur.

2.1.3 Tanda dan Gejala


1. Takipnea
2. Retraksi interkostal dan sternal
3. Pernapasan cuping hidung
4. Sianosis
5. Penurunan daya komplain paru
6. Hipotensi sistemik
7. Penurunan keluaran urine
8. Penurunan suara nafas, Ronchi +
9. Tachicardi pada saat terjadi asidosis dan
10. Hipoksemia

2.1.4 Manifestasi Klinis

Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan
dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema,
dan kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum
protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi
prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60
x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada,
dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah
lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium
RDS yaitu:
1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit
bronchogram udara.
2. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan
paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih
jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantung dengan penurunan aerasi paru.
3. Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan
paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak
terlihat, bronchogram udara lebih luas. keempat, seluruh
thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak
dapat dilihat.
2.2 Pathoflow/Patways
2.3 Penatalaksanaan
2.3.1 Penatalaksanaan Medis
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan meliputi:
1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5. Mencegah hipotermia.
6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit IRDS
adalah:
1. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
2. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
menurunkan caiaran paru.
3. Fenobarbital.
4. Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen.
5. Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan
untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
6. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan
dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen
(derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan
amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan
).

2.4 Pengkajian (Pola Fungsi Kesehatan)


2.4.1 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu, pernafasan
mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping
hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh
berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas
mungkin normal kemudian dengan menurunnya pertukaran udara,
nafas menjadi parau dan pernapasan dalam. Pengkajian fisik pada
bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan dapat dilihat dari
penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.
Penilaian fungsi respirasi meliputi:
1. Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada
bayi. Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan
merupakan usaha kompensasi terhadap terjadinya asidosis
metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis,
diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik.
Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi
pada hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang merupakan tanda
memburuknya keadaan klinik.
2. Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping
hidung, retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi
jalan nafas dan penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas,
merintih, stridor dan ekspansi memanjang menandakan terjadi
gangguan mekanik usaha pernafasan.

2.4.2 Warna kulit/ membran mukosa


Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh
terlihat berbercak (mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan
teraba dingin.
2.4.3 Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen thorak
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kardiomegali bila
sistem lain bila terkena.
2. Pemeriksaan hasil analisa gas darah
Untuk mengetahui adanya hipoksemia, hipokapnia, dan
alkalosis respiratori ( pH >7,45) pada tahap dini.
3. Tes fungsi paru
Untuk mengetahui keadaan paru kanan dan paru kiri.
2.5 Diagnosa Keperawatan (NANDA)

1. Pola nafas tdk efektif B.D deffisiensi surfaktan dan


ketidakstabilan alveolar.
2. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan
nafas /intubasi yang kurang tepat atau adanya sekret
pada jalan nafas.

2.6 Rencana Intervensi Keperawatan (NIC NOC)


1. Pola nafas tdk efektif B.D deffisiensi surfaktan dan
ketidakstabilan alveolar.
Tujuan : Pasien menunjukkan oksigenasi adekuat
Intervensi: :
a. Posisikan pasien utk ventilasi yg maksimum.
b. Tingkatkan istirahat dan tidur.
c. Atur aktifitas utk meminimalkan energy.
d. Beri surfaktan ssi petunjuka pabrik ( u/ menurunkan
tegangan permukaan alveolar)
e. Pantau pengukuran gas dan pembacaan SaO2.

2. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan


nafas /intubasi yang kurang tepat atau adanya sekret pada
jalan nafas.

Tujuan: jalan nafas menjadi efektif


Intervensi:
a. Kaji bunyi nafas bilateral terhadap (ronhie).
b. Atur posisis bayi untuk mempermudah
drainase.
c. Lakukan pengisapan lendir/suction (utama).
d. pertahankan jalan napas.
e. Kaji ketepatan alat Ventilator setiap jam.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari materi diatas yaitu IRDS merupakan
keadaan hipoksia dan cidera paru yg terjadi akibat atelektasis primer yg luas. (
Crowin,Elizabeth,2000 ). Serta tanda – tanda yang sering muncul pada IRDS adalah
Takipnea, Retraksi interkostal dan sternal , Pernapasan cuping hidung , Sianosis
Penurunan daya komplain paru , Hipotensi sistemik, Penurunan keluaran urine ,
Penurunan suara nafas, Ronchi + , Tachicardi pada saat terjadi asidosis dan
Hipoksemia. Maka hal hal yang perlu dilakukan oleh seorang perawat adalah
diantaranya mengkaji bunyi nafas bilateral terhadap (ronhie), mengatur posisis bayi
untuk mempermudah drainase, melakukan pengisapan lendir/suction (utama),
mempertahankan jalan napas pada bayi mengkaji ketepatan alat Ventilator setiap jam.
Dan pengobatan secara medisnya yaitu dapat diberi antibiotika untuk mencegah infeksi
sekunder, furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran
paru, fenobarbital, vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen, metilksantin
(teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari pemakaian
ventilasi mekanik, salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami
misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan ).
DAFTAR PUSTAKA

http://fikanur01.blogspot.co.id/2013/12/askep-idiopathic-respiratory-distress_2276.html

http://fikanur01.blogspot.co.id/2013/12/askep-idiopathic-respiratory-distress_2276.html

http://sitisangadah25.blogspot.co.id/2014/04/asuhan-keperawatan-anak-dengan-rds.html

http://sitisangadah25.blogspot.co.id/2014/04/asuhan-keperawatan-anak-dengan-rds.html

Anda mungkin juga menyukai