P1A0 POST SSTP 2 HARI a.i GAWAT JANIN & PEB (DI LUAR)
DENGAN DECOMPENSASI JANTUNG & HELLP SYNDROME
Penyaji
Thomas Erickson, S.Ked
Pembimbing
dr. Dian Difla Riana, Sp.OG
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. REKAM MEDIS
1. Anamnesis
Autoanamnesis
a. Identitas
Nama : Ny. KS
Med.Rec/Reg : 744772
Umur : 22 tahun
Suku bangsa : Sumatera
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Sukasari Air Periukan Kab. Seluma
MRS : 30 Mei 2017 pukul 02.00 WIB
b. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, lama 1,5 tahun
c. Riwayat Reproduksi
Menarche :13 tahun
Siklus mens : teratur, 28 hari
Hari pertama haid terakhir : 19 Agustus 2016
Lamanya haid : 7 hari dengan 2x ganti pembalut/hari
Taksiran persalinan : 26 Mei 2017
KB :-
d. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
1. Hamil ini
2
h. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Habis operasi melahirkan dengan sesak napas
Riwayat perjalanan penyakit :
2. Pemeriksaan Fisik
a) Status Present
1) Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Tipe badan : piknikus
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 158 cm
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 108x/menit, teraba cepat dan lemah
Pernafasan : 26x/menit
Suhu : 37,4°C
2) Keadaan khusus
Kepala
Bentuk : Normochepali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, tersebar merata
Wajah
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak pucat, dan tidak ikterik
Mata
Konjungtiva : Tidak anemis
Sclera :Tidak ikterik
Telinga
Bentuk :Dalam batas normal
Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak di tengah dan simetris
Mulut dan Tenggorok
Bibir : Normal, tidak pucat, tidak sianosis
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
Leher
Bendungan vena : Tidak terdapat bendungan vena
3
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
KGB : Tidak membesar, tidak ada massa
Kulit
Warna : Putih langsat
Thoraks
Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I & II reguler, Gallop (-), mur-mur (-)
Paru
Inspeksi &palpasi: Bentuk dan gerak simetris kiri dan kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : Dalam batas normal
Ekstremitas
Tidak tampak deformitas
Akral dingin pada keempat ekstremitas
Tidak terdapat edema pada keempat ekstremitas
b) Status Obstetri
Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 30 Mei 2017
pukul 02.00 WIB didapatkan :
Pemeriksaan luar
FUT 2 jbpst, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), Lokhia (+) lubra,
Luka bekas operasi tenang.
c) Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
4
3. Diagnosa kerja
P1A0 Post SSTP 2 Hari (di luar) a.i gawat janin & PEB + Decompensasi
cordis
4. Terapi
- Observasi tanda vital ibu, sesak
- O2 4 l/ menit
- EKG & Rontgen thorax
- Inj furosemide 1 amp extra
- Inj dexamethasone 1 amp
- Inj ranitidine 2x1 amp (iv)
- Cek lab H2TL, SGOT/SGPT, ureum, creatinin, albumin.
- Konsul TS PDL
5. Prognosis
Ibu : dubia et bonam
B. FOLLOW UP
Follow Up
S/ Sesak napas berkurang
31 Mei 2017
Pukul 07.00 WIB A/ P1A0 post SSTP a.i gawat janin & PEB (di
luar) dengan Decompensasi cordis + HELLP
O/St. Present sindrom
KU: sedang
Sens: CM P/ Observasi tanda vital ibu
TD: 110/70 mmHg Mobilisasi
Nadi: 80 x/menit Bebat tekan payudara
Napas: 24 x/menit
IVFD D5% +Kaen 3b gtt x/menit
Suhu: 36,5oC
Inj ceftriaxone 2x1g
Inj furosemid 1x1 amp
St. Obstetri
Inj dexamethasone 2x2 amp
PL: FUT 2jbpst, kontraksi
Spironolacton 3x100mg p.o
baik, perdarahan aktif (-),
lokia (+) rubra, luka bekas Psidii 3x1 caps p.o
operasi tenang
Jawaban konsul PDL, dr. Widya, Sp.Pd
IVFD D5% : kAeN 3B gtt X/menit
Lab: Diet jantung III
SGOT : 260 U/L O2 3-4 l/MENIT
5
SGPT : 161 U/L Inj Ceftriaxone 1 g/12 jam
Inj Prosogan
Inj Dexamethasone 10 mg / 12 jam
Curcuma tab/8 jam p.o
Posafit tab/12 jam p.o
Psidii
01 Juni 2017
Pukul 07.00 WIB S/ Hasil Lab Keluar
O/ St. Present A/ P1A0 post SSTP a.i gawat janin & PEB (di
KU: Sedang luar) + HELLP sindrom
Sens: CM
TD: 120/80 mmHg
P/
Nadi: 76 x/menit - Observasi tanda vital ibu
Napas: 18 x/menit - IVFD D5% :KaEn 3b gtt x/menit
Suhu: 36,4oC - Inj. Furosemid 1 amp/ 24 jam iv
- Spironolakton 100 mg/ 8 jam p.o
St. Obstetri - Inj. Dexamethasone 10 mg/12 jam
PL: FUT 2jbpst, kontraksi - Posavit 3x1 iv
baik, perdarahan aktif (-), - Psidii tab / 8 jam p.o
lokia (+) rubra, luka bekas - Inj Ceftriaxone 1 g/12 jam p.o
operasi tenang - Curcuma tab /8 jam p.o
- Bebat tekan payudara
Lab
Hb : 8,8 gr/dl
Leukosit : 20.800/mm3
Trombosit : 58.000/mm3
Hematokrit : 28%
GDS : 116 mg/dl
Ureum : 44 mg/dl
Creatinin : 0,6 mg/dl
Albumin : 3,0 g/dl
SGOT : 100 U/L
SGPT : 138 U/L
6
Sens: CM - Cefadroxyl tab 500 mg/ 12 jam p.o
TD: 110/70 mmHg - Asam mefenamat 500 mg/ 12 jam p.o
Nadi: 68x/menit - Curcuma tab/ 8 jam p.o
Napas: 16 x/menit - Psidii tab /8 jam p.o
Suhu: 36,4oC - Posavit tab/ 8 jam p.o
- Dexamethasone tab/ 8 jam p.o
St. Obstetri
PL: FUT 2jbpst, kontraksi
baik, perdarahan aktif (-),
lokia (+) rubra, luka bekas Keadaan umum psien baik, pasien boleh
operasi tenang pulang.
Lab
Hb : 9,0 gr/dl
Leukosit : 16.300/mm3
Trombosit : 65.000/mm3
Hematokrit : 28%
SGOT : 41 U/L
SGPT : 95 U/L
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PEB
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5 g/24 jam.
a. Patofisiologi Preeklampsia
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada
preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis
tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya
arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan
remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah utero plasenta menurun
dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta
Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi
trofoblas secara benar akan menghasilkan radikal bebas. Salah satu
radikal bebas penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal
hidroksil. Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak
membran sel endotel pembuluh darah . Kerusakan membran sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya
seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut sebagai disfungsi
endotel.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan
disfungsi sel endotel, maka akan terjadi gangguan metabolism
prostaglandin karena salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi
prostaglandin. Dalam kondisi ini terjadi penurunan produksi
prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu vasodilator kuat.
Kemudian, terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan
yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan produksi
bahan-bahan vasopressor (endotelin) dan penurunan kadar NO
(vasodilatator), serta peningkatan faktor koagulasi juga terjadi.
b. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat.
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu
atau lebih gejala berikut.
8
- Tekanan darah sistolik ≥ 169 mmHg atau diastolic ≥ 110
mmHg
- Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥3 pada tes celup
- Oliguria (< 400 ml dalm 24 jam)
- Edema paru atau sianosis
- Trombositopenia
- Gangguan fungsi hepar
- Pertumbuhan janin terhambat
- Sindrom HELLP
c. Perawatan dan Pengobatan Preeklampsia Berat
Pengelolaan preeklampsia mencakup pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit
organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk bersalin.
d. Komplikasi Preeklampsia Berat
1. Perubahan pada plasenta dan uterus.
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin
terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bias terjadi gawat janin
sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
2. Perubahan pada ginjal.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah kedalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Pada
penyelidikan biopsi menunjukkan kelainan pre eklampsi berupa:
kelainan glomerulus, hiperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainan
pada tubulus-tubulus Henle, dan spasmus pembuluh darah ke
glomerulus.
3. Hati.
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan
nekrosis pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah
kecil, terutama disekitar vena porta.
4. Otak.
Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan
perdarahan.
5. Retina.
Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus pada
arteriola-arteriola, terutama pada siklus optikus dan retina.
6. Paru.
Yaitu menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.
9
7. Jantung.
Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering
ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis dan perdarahan.
Indikasi Ibu
- Panggul Sempit Absolut
- Tumor yang dapat mengakibatkan Obstruksi
- Plasenta Previa
- Ruptura Uteri
- Disfungsi Uterus
- Solutio Plasenta
10
Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
- Letak Lintang
- Presentasi Bokong
- Presentasi Ganda atau Majemuk
b. Gawat Janin
c. Ukuran Janin
Indikasi Ibu dan Janin
- Gemelli atau Bayi Kembar
- Riwayat Sectio Caesarea
- Preeklampsia dan Eklampsia
Indikasi Sosial
11
LDH ≥ 600 IU/l
AST dan/atau ALT ≥40 IU/l
e. Terapi Medikamentosa
Jika didapatkan kadar trombosit < 100.000/ml atau trombosit 100.000-
150.000/ml dengan disertai tanda-tanda eklampsia, hipertensi beratt,
nyeri epigastrium, maka diberikan deksametason 10 mg i.v tiap 12 jam
Pada postpartum deksametason diberikan 10 mg i.v tiap 12 jam 2 kali,
kemudian diikuti 5 mg iv tiap 12 jam 2 kali. Terapi deksamethasone
dihentikan bila telah terjadi perbaikan laboratorium, trombosit >
100.000/ml. Dapat dipertimbangkan pemberian transfusi trombosit,
bila kadar trombosit < 50.000/ml dan antioksidan.
12
Pembesaran rahim dan payudara yang membutuhkan oksigen yang
lebih besar
Peningkatan berat badan ibu hamil berkisar 10-14 kg
13
ini bersamaan dengan peningkatan fitrasi glomerulus (GFR) sebesar 50%,
yang menyebabkan kreatinin menurun. Wanita yang memiliki eritematous
pada ekstremitas perifer akan menyebabkan aliran darah ke tangan dan
kaki meningkat. Aliran darah pada mukosa hidung meningkat
menyebabkan wanita sering mengeluh hidung tersumbat. Perdarahan
hidung juga lebih sering terjadi pada kehamilan. Pembengkakan payudara
terjadi karena aliran darah ke payudara meningkat.
14
tekanan darah dan curah jantung. Curah jantung meningkat sekitar 10%
setelah melahirkan, total curah jantung meningkat sebesar 80% pada
wanita sebelum hamil karena kombinasi autotransfusi dan kompresi
vena kava yang rendah. Curah jantung kembali normal setelah sekitar
60 menit setelah melahirkan.
Perubahan fisiologi pada periode pasca melahirkan
Perubahan hemodinamika akan kembali setelah 3 bulan pasca
melahirkan seperti sebelum hamil, namun pada beberapa wanita bisa
sampai 6 bulan pasca melahirkan.
Volume darah: menurun 10% setelah 3 hari pasca melahirkan.
Tingkat Hb: meningkat selama 2 minggu pertama setelah melahirkan,
sebelumnya stabil.
Tekanan darah: awalnya menurun kemudian meningkat pada hari ke
3-7 setelah melahirkan dan kembali normal 6 minggu setelah
melahirkan.
Resistensi pembuluh darah sistemik: meningkat selama 2 minggu
pertama selama melahirkan sampai 30%.
Denyut jantung: selama 2 minggu pertama setelah melahirkan denyut
jantung kembali ke awal.
Curah jantung: terjadi peningkatan 80% pada jam pertama setelah
melahirkan kemudian terus menurun selama 24 minggu setelah
melahirkan.
2.6.Gagal Jantung
15
Increased central venous pressure (>16 cm H2O at right
atrium)
Hepatojugular reflux
Weight loss >4.5 kg in 5 days in response to treatment
Minor criteria:
Bilateral ankle edema
Nocturnal cough
Dyspnea on ordinary exertion
Hepatomegaly
Pleural effusion
Decrease in vital capacity by one third from maximum
recorded
Tachycardia (heart rate>120 beats/min).
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
karena adanya kebocoran epitel-endotel alveolus yang diperberat oleh
penurunan tekanan onkotik akibat rendahnya konsentrasi albumin
serum.
Edema paru
Edema permeabilitas non kardiogenik, pengaktifan endotel
disertai edema hidrostatik akibat tekanan kapiler paru yang
meninggi
Edema paru kardiogenik. Gagal miokardium disertai edema
hidrostatik akibat tekanan kailer paru yang meninggi.
Pasien sudah memiliki gagal jantung sejak sebelum kehamilan.
18
loading dose 2 gr 20% IV, diikuti dosis pemeliharaan 4 gr 40% tiap 4-6
jam bergantian salah satu bokong sampai dengan 24 jam post partum.
Ion Mg2++
Potensial MEP ↓
Kontraksi otot↓
Pencegahan kejang
19
Penggunaan diuretik dikombinasi dengan antihipertensi golongan lain,
dalam kasus ini yaitu spironolakston dari golongan antagonist aldosteron
jdirasa kurang tepat. Sesuai dengan pedoman tatalaksana gagal jantung
PERKI, pilihan utama adalah kombinasi untuk gagal jantung adalah
kombinasi diuretik dengan ACE-I / ARB. Dan penyeka Beta.
Jika masih mengalami keluhan, baru dipertimbangkan penggunaan
spirronolakton, penggunaannyapun harus memperhatikn fungsi ginjal
pasien, sementara pasien pada kasus ini sempat didiagnosis Preeklampsia
dimana salah satu komplikasinya adalah gangguan pada ginjal.
IVFD D5% + Kaen 3b gtt 10x/ menit
Pilihan tetesan yang hanya sedikit, yakni 10 tetes permenit sudah tepat
untuk retriksi cairan, mengingat pasien mengalami sesak napas
kemungkinan akibat overload cairan dan edema pulmo.
20
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini, yaitu P1A0 post SSTP a.i PEB & gawat janin +
decompensasi cordis., belum dapat diterima karena belum memenuhi kriteria
penegakan diagnosis untuk dekompensasi jantung perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang tambahan.
2. Penatalaksanaan pada pasien pemberian furosemide sudah tepat, dengan
injeksi furosemide terjadi perbaikan pada keadaan pasien, keluhan sesak
pasien membaik. Sesuai pedoman tatalaksana gagal jantung penggunaan
spironolakton kurang tepat, ACE-I dan penyeka beta lebih utama untuk
kombinasi dengan furosemid.Pemberian dexamethason sudah tepat untuk
HELLP sindrom dan dosisnya sesuai untuk keadaan post partus.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M., Baziad, A., dan Prabowo, P. (Editor) Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2011
22