Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN

“STUNTING” DI PUSKESMAS SUNGAI SELINCAH

DISUSUN OLEH:

MALA RISPA (PO.71.24.2.17.021)

SELA MARSELIN (PO.71.24.2.17.033)

ULIN NUHA (PO.71.24.2.17.037)

VINA KARTIKA MAHIRA (PO.71.24.2.17.039)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting
memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya
peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi
mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga
didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting
berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini


berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia
masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi
(UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara 2 nasional prevalensi kependekan
pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat
pendek dan 20 % pendek.
1.2 TUJUAN KEGIATAN

1. Tujuan Umum :

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan dapat mencegah terjadinya Stunting di


wilayah puskesmas sungai selincah

2. Tujuan Khusus

a. Ibu dan keluarga dapat mengetahui apa saja penyebab stunting

b. menambah pengetahuan ibu mengenai asupan makan dan gizi yang diperlukan
anak

c. Ibu dapat mengetahui tanda-tanda stunting dan mampu menjaga pola makan
anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 NAMA DAN TEMA KEGIATAN

a. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah PENTING (Pencegahan Stunting)
b. Tema Kegiatan
Tema kegiatan ini adalah Terciptanya Masyarakat Sehat Tanpa Stunting

2.2 WAKTU DAN TEMPAT


Kegiatan akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2019
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : Puskesmas Sungai Selincah

2.3 SASARAN KEGIATAN


Sasaran kegiatan ini antara lain adalah ibu dan bayi di wilayah Puskesmas Sungai
Selincah

2.4 METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan penyuluhan stunting adalah ceramah, dan diskusi oleh pemateri.
Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian atau pesan lisan kepada kelompok sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan khususnya stunting. Metode diskusi adalah kegitan yang dilakukan dalam
memecahkan suatu masalah melalui tanya-jawab

Materi tentang stunting akan disampaikan dengan metode ceramah oleh pemateri dan
didalam diskusi peserta yang hadir dapat bertanya langsung kepada pemateri.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 pengertian stunting

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan
ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki
tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit.
Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual
akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002).

Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga
melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang
menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan
berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang
kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai
usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada
anak.

Stunting adalah masalah gizi yang serius. Keadaan stunting mencerminkan


kegagalan pertumbuhan anak dalam jangka panjang. Dampak dari stunting yang terjadi
sebelum anak berusia 2 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya penurunan kognitif,
yaitu mereka cenderung memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang
normal.

3.2 Cara Pengukuran Stunting

Cara pengukuran balita stunting yaitu melalui penilaian hasil pengukuran


antropometri dengan mengukur tinggi badan anak dan membandingkan tinggi badan
anak dengan standar WHO. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang
berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan
standar baku WHO - MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-
scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya
kurang dari -3SD.
Berat badan adalah salah satu indikator dari penilaian status gizi anak yang paling
sering dipakai. Berat badan dianggap dapat memberikan gambaran mengenai
kecukupan jumlah zat gizi makro dan mikro yang ada di dalam tubuh.

Perubahan berat badan bisa menunjukkan perubahan status gizi pada anak. Itulah
mengapa berat badan kerap dipakai untuk menggambarkan status gizi anak saat ini,
atau dikenal juga sebagai pertumbuhan massa jaringan. Berikut rata-rata berat badan
ideal menurut Kementrian Kesehatan RI

- 0-6 bulan: 3,3-7,9 kg


- 7-11 bulan: 8,3-9,4 kg
- 1-3 tahun: 9,9-14,3 kg
- 4-6 tahun: 14,5-19 kg
- 7-12 tahun: 27-36 kg
- 13-18 tahun: 46-50 cm

Pertumbuhan tinggi badan juga sangat berkaitan dan tergantung dengan kualitas
makanan yang Anda berikan pada anak sejak kecil, bahkan mulai dari ia lahir.
Apakah ketika lahir Anda memberikan si kecil ASI eksklusif atau tidak hingga
kualitas makanan pendamping yang Anda berikan. Maka itu, tinggi badan cenderung
dipakai sebagai indikator untuk mengetahui masalah gizi kronis pada anak alias
masalah nutrisi yang sudah berlangsung sejak lama.

Bagi anak yang berusia 0-2 tahun, panjang badan diukur dengan menggunakan
papan kayu (length board). Sementara untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,
pengukuran tinggi badan menggunakan alat bernama mikrotoise yang disandarkan ke
dinding.

Berikut rata-rata tinggi badan ideal menurut Kementerian Kesehatan RI:

- 0-6 bulan: 49,9-67,6 cm


- 7-11 bulan: 69,2-74,5 cm
- 1-3 tahun: 75,7-96,1 cm
- 4-6 tahun: 96,7-112 cm
- 7-12 tahun: 130-145 cm
- 13-18 tahun: 158-165 cm
Selain indikator yang sudah disebutkan sebelumnya, lingkar kepala termasuk hal
yang biasanya diukur untuk tahu status gizi si kecil. Pasalnya, lingkar kepala dapat
memberi gambaran bagaimana ukuran dan tumbuh kembang otak anak saat itu.
Pengukuran biasanya dengan menggunakan pita ukur yang dilingkarkan di kepala
bayi. Setellah diukur, maka lingkar kepala anak akan dikelompokkan ke dalam
kategori normal, kecil (mikrosefali), atau besar (makrosefali). Lingkar kepala yang
berukuran terlalu kecil atau besar merupakan tanda ada masalah dengan
perkembangan otak anak.

3.3 Dampak Stunting Pada Balita

Stunting memiliki dampak bagi petumbuhan balita, antara lain:

a. Tinggi badan anak cenderung lebih rendah dibandingkan dengan anak balita yang
seumuran.
b. Tingkat produktivitas saat belajar berkurang
c. Pertumbuhan fisik kurang optimal
d. Penurunan kognitif anak dan meningkatkan kerentanan penyakit pada masa anak
dan dewasa
e. Perkembangan otak tidak optimal
f. Pertumbuhan saat puybertas tidak maksimal
g. Sulit berkonsentrasi
h. Resiko tinggi terkena diabetes dan kanker

3.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Terjadinya Stunting

1. Berat badan lahir rendah

Menurut Kemenkes RI, berat badan bayi baru lahir yang normal adalah 2.500–
4.000 gr. Bayi dikatakan memiliki berat badan lahir rendah jika berat lahirnya
kurang dari 2.500 gr. Hasil penelitian menyatakan bahwa bayi yang memiliki berat
lahir rendah memiliki kecenderungan untuk menjadi stunting, memiliki sistem
kekebalan tubuh rendah, dan IQ yang lebih rendah. Faktor yang memengaruhi berat
badan lahir rendah pada bayi adalah status gizi ibu yang buruk sebelum hamil,
postur tubuh ibu pendek, dan kurangnya asupan gizi ibu selama hamil.
2. Tidak mendapatkan ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya, tanpa menambahkan atau menggantinya dengan makanan dan
minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, karena
kandungannya baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta mengandung
zat untuk kekebalan tubuh dan perlindungan pada sistem pencernaan. Hasil
penelitian di Indonesia menunjukkan, pemberian ASI eksklusif sangat berkaitan
dengan kejadian stunting pada anak. Sekitar 48 dari 51 anak yang stunting tidak
mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini
(sebelum anak berusia 6 bulan) juga berhubungan dengan kejadian stunting pada
anak. Hal ini disebabkan karena pada saat ASI dihentikan, anak tidak mendapatkan
zat kekebalan yang terkandung dalam ASI. Sedangkan jika MPASI yang diberikan
tidak higenis atau anak belum siap mengonsumsi makanan, ia akan terkena infeksi.

3. Kekurangan asupan energi dan protein

Asupan energi dan protein yang kurang pada anak dapat menyebabkan
pertumbuhannya terhambat, sehingga terjadi stunting. Pada 6 bulan pertama setelah
lahir, ibu harus menjaga kesehatannya, karena sumber energi dan protein bayi hanya
dari ASI yang ibu berikan. Kualitas dan kuantitas ASI sangat bergantung pada
asupan ibu. Ibu harus sangat memperhatikan apakah asupan energi dan protein si
Kecil sudah cukup atau belum. Karena asupan yang kurang dapat menyebabkan
anak mengalami gangguan pertumbuhan.

4. Tidak imunisasi

Imunisasi dapat menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi yang


dapat melawan agen infeksi atau menyediakan perlindungan sementara melalui
pemberian antibodi. Pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan penting, yaitu
untuk mengurangi risiko anak terinfeksi dan mencegah kematian pada anak,
misalnya akibat TBC, difteri, tetanus, pertussis, polio, campak, hepatitis B, dan
sebagainya. Status imunisasi anak ditemukan mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kejadian stunting. Hal ini disebabkan karena ketika anak terkena penyakit,
akan terjadi perubahan dalam asupan zat gizi, seperti muntah, tidak nafsu makan,
dan terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Ketika kebutuhan zat gizi anak tidak
terpenuhi, akan terjadi gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting.
BAB III

PENUTUP

Demikianlah proposal ini kami buat sebagai gambaran atas kegiatan penyuluhan
tentang pencegahan stunting yang akan dilaksanakan. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, dan semoga amal serta upaya yang diniatkan semata-mata mengharapkan
Ridho Allah SWT serta mendapat balasan yang setimpal dari-Nya. Aamiin. Kami selaku
Mahasiswa Praktik Klinik Kebidanan Gelombang II Poltekkes Kemenkes Palembang
mengucapkan terima kasih.
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN “PENTING”
PENCEGAHAN STUNTING DI PUSKESMAS SUNGAI SELINCAH

Oleh:
Kelompok 8

MALA RISPA (PO.71.24.2.17.021)

SELA MARSELIN (PO.71.24.2.17.033)

ULIN NUHA (PO.71.24.2.17.037)

VINA KARTIKA MAHIRA (PO.71.24.2.17.039)

Palembang, November 201


Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan


Poltekkes Kemenkes Palembang Puskesmas Sungai Selincah

Kharisma Virgian, S.ST, M.Keb Azmi Faidatul Khasanah


Nip 198108272005012003 NIP. 198707312009032005

Anda mungkin juga menyukai