Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pengolahan Limbah Padat dan Limbah

Bahan Berbahaya Beracun (B3)

Disusun oleh:

Moh. Arik Ardianta (5213416021)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limbah berupakan benda (Padat, Cair, Gas, B3) yang tidak diperlukan yang
pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi bervariasi. Bila
dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini akan terakumulasi di alam
sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem Alam
Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan
ekosistem. Pengelolahan limbah ini merupakan upaya merencanakan
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pendaya gunaan limbah, serta
pengendalian dampak yang ditimbulkannya. Upaya pengelolahan limbah tidak
mudah dan memerlukan pengetahuan tentang limbah (Padat, Cair, Gas, B3) unsur-
unsur yang terkandung serta penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan
selain itu perlu keterampilan mengelolah limbah menjadi ekonomis dan mengurang
jumlah limbah yang terbuang ke alam.
Makalah ini akan membahas tentang pengelolahan limbah dengan tata cara
yang baik dan benar. Diharapkan dengan dilaksanakan pembelajaran ini dapat
dikembangkan manajemen limbah, khususnya limbah padat dan limbah B3.

B. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi Limbah Padat dan Limbah B3
2. Mengetahui jenis dan karakteristik Limbah Padat dan Limbah B3
3. Mengetahui cara pengelolaan Limbah Padat dan Limbah B3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur
atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari
kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah
padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan,
pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,
kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
Limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
(B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau
jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan
lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

B. Tujuan Pengelolaan Limbah Padat dan Limbah B3


Tujuan pengelolaan limbah adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup serta melakukan pemulihan kualitas
lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Olehkarena itu jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan limbah
padat dan limbah B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah
dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas
lingkungan tetap pada kondisi semula. Apabila terjadi pencemaran akibat
tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar
kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

C. Pengolahan Limbah Padat


1. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu
metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada
metode penimbunan terbuka. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan
kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan
oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan
menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur
dengansampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.

2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang
dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah
perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya
dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-
pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari
proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik.

3. Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu
alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume
sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses
insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik atau untuk pemanas ruangan.

4. Pembuatan kompos padat dan cair


Metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran,
daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik
dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos ada yang
berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan menggunakan
kultur mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa
didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism 4.EMA merupakan
kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi limbah
atau sampah organic.

5. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi
bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat
menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi
gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah
modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce,
and Recycle). Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya
diantaranya adalah:
a. Bahan bangunan
Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan
dengan mesin penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu
bata, tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis
jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa dipakai untuk
membuat bahan bangunan baru semacam bata.
b. Baterai
Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang
bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis
memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis
lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus ditangani secara
lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur
ulang.
c. Barang Elektronik
Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone
umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat
ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang elektronik
misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik tersebut
(emas, besi, baja, silikon, dan lain-lain) ataupun bagian-bagian yang masih
dapat dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dan lain-lain).
Namun tujuan utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan,
sudah jelas dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada
bahan ini meski manfaat ekonominya masih belum jelas.
d. Logam
Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang
di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat
dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi
proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil
yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya
adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di
dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa
mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai bahan
yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.
e. Bahan Lainnya
1) Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain
sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan
bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai
bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis
jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang.
2) Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas
yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas
akan selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal
ini menjadikan kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya
dengan material baru, atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang
berkualitas lebih rendah.
3) Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam.
Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di
berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang
membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur
ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode
angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu
menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan
singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk
Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.

D. Dampak Limbah Padat


1. Timbulnya gas beracun
Gas-gas beracun seperti asam sulfida, amoniak, methan, karbondioksida,
dll ini akan timbul apabila limbah padat ditimbun dan membusuk dikarenakan
adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan musim kemarau
menyebabkan terjadinya proses pemecahan bahan organik oleh bakteri
penghancur dalam suasana aerob.

2. Turunnya kualitas udara


Sampah padat yang ditumpuk akan menjadikan udara di sekitarnya
menjadi tercemar, sehingga mempunyai bau yang tidak sedap yang terkadang
tercium hingga jangka panjang.

3. Turunnya kualitas air


Biasanya, limbah padat yang sudah menumpuk akan dibuang ke dalam
perairan bersamaan dengan sampah cair. Dengan demikian air tersebut akan
tercemar dan berbau tidak sedap.

4. Turunnya kualitas tanah


Permukaan tanah yang berhubungan langsung dengan tanah akan
menyebabkan kualitas tanah tersebut menjadi jelek. Hal ini karena zat- zat
merugikan yang terkandung di dalam limbah tersebut.
E. Pengolahan Limbah B3
1. Sumber Limbah B3
a. Sumber spesifik
Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Contohnya :
Jenis Industri Sumber Pencemaran Pencemar Utama
Proses produksi amonia, - Logam berat (As, Hg)
Pupuk
urea dll - Sulfida/seny. amonia
- Logam berat (As, Cd,
Proses finishing, dyeing,
Tekstil Cr, Cu dll)
printing dll
- Pigmen, zat warna dll
- Pelarut organik
Proses pencetakan dan
Kertas - Logam berat dari
pewarnaan
tinta/pewarna

b. Sumber tidak spesifik


Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan
pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak,
pengemasan, dan lain-lain. Contohnya:
1. Pelarut Terhalogenisasi
 Tetrakloroetilen
 Klorobenzen
 Karbon tetraklorida
2. Pelarut yang tidak terhalogenisasi
 Dimetilbenzen
 Aseton
 Metanol
3. Asam/Basa
4. Yang tidak spesifik lainnya
 PCB’s
 Limbah minyak diesel
 Pelumas bekas
b. Bahan kimia kadarluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produk
yang tidak memenuhi spesifik. Contohnya:
 Asetal Dehida (D3001)
 Asetamida ( D3002)
 Asam Asetat, garam-garamnya dan ester-esternya (D3003)
 Aseton (D3004)
 Asetonitril (D3005)

2. Karakteristik Limbah B3
a. Mudah meledak
Yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan, panas atau
mekanisme lain, misalnya dinamit.
b. Mudah terbakar
Yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan mudah dan
terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya: jenis
pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
c. Bersifat reaktif
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil, dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan. Misalnya sianida, sulfida atau amonia.
d. Beracun
Yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
e. Menyebabkan infeksi
Yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia
yang terkena infeksi. Misalnya hepatitis dan kolera.
f. Bersifat Korosif
Bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila
berkontak dengannya.

3. Pengelolaan dan Pengolahan Limbah B3


Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan,
pemanfatan, pengolahan dan penimbunan. Setiap kegiatan pengelolaan limbah
B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH.
Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan
selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.
Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-
03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:


 Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah
atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area
penghasil harus:
1. Daerah bebas banjir
2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter
3. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan
lainnya;
4. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum
minimum 300 m;
5. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300
m;
6. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan
lindung) minimum 300 m.

 Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
1. sistem kemanan fasilitas;
2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4. sistem penanggulangan keadaan darurat;
5. sistem pengujian peralatan;
6. dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah
yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak
besar terhadap lingkungan.

 Penanganan limbah B3 sebelum diolah


Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis
kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan
limbah tersebut. Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah
dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut
sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

 Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik
dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat
dilakukan dengan proses sbb:

1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,


pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan
dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode
kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi
potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi
daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke
tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi
limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi
pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu
materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg,
maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr

 Hasil pengolahan limbah B3


Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah
diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut
dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa
pakainya atau ditutup.
Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk
penghasil limbah B3, harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan
periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).

F. Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode
yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,
solidification/Stabilization, dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
a. menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam
lumpur
b. mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
c. mendestruksi organisme patogen
d. memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang
masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan
pada proses digestion
e. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam
keadaan aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan
diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang
umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan
solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan
tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan
de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity
thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
b. Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik
dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan
melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi.
Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses
pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid.
Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan
bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi.
Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses
yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion,
aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation,
chemical conditioning, dan elutriation.
c. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume
lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah
pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying
bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
d. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa
proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet
air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah
B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization
juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi
dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan
(aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah
serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi
didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan
penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering
dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi
berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam
limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation
tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal
pada tingkat mikroskopik
c. Precipitation
d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara
elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan
menyerapkannya ke bahan padat
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun
menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau
bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur
(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah
metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai
solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-
03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration) adalah alternatif yang menarik
dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa
limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini
sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada
dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke
bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam
bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana
sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah
berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif
kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi
(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam
mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga
menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi.
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat
B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber,
multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua
jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut
dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak tempat di muka bumi saat ini kondisi lingkungannya sangat buruk
dan sebagian besar dalam kondisi yang kritis.penurunan kualitas lingkungan dapat
kita jumpai di berbagai belahan bumi,terutama di tempat-tempat dimana eksploitasi
sumberdaya alam sudah tidak mengindahkan kelestarian lingkungan dan
pengelolaan yang tidak bertanggung jawab.
Masalah degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi
sumberdaya yang berlebihan dan masalah ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya
alam bagi manusia yang ada di planet bumi merupakan persoalan-persoalan yang
menjadi perhatian dari ilmu geologi khususnya geologi lingkungan.

B. Saran
Dari beberapa inti penjelasan uraian materi tersebut bahwasanya masyarakat
harus mampu memilah dan memilih mana limbah yang masih dapat digunakan
kembali agar dapat berdaya guna dan memiliki nilai ekonomis,yang paling utama
adalah lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan derajat kesehatan masyarakat
dapat tercapai setinggi mungkin. penulis mengajak kita semua, mari mulai dari
sekarang tanamkan perilaku hidup sehat,kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai