Anda di halaman 1dari 4

Kinetika reaksi

Model I
Persamaan dasar kinetika reaksi menurut Arrhenius dapat dinyatakan dengan:
dy
=A e−E / RT (1)
dt
Keterangan:
y = Fraksi massa, mt/mi
mt = Massa ampas tebu pada saat t
mi = Massa ampas tebu awal pada saat t = 0
A = faktor pre-eksponensial (s-1)
E = Energi aktivasi (kJ/mol)
R = Konstanta gas ideal (8,314 x 10-3 kJ/mol.K)
T = Temperatur ampas tebu (K)
Persamaan (1) dilinearkan menjadi:
dy E
ln =ln A− (2)
dt RT
Persamaan (2) dapat dimisalkan menjadi y = a+bx
dy −E 1
Dimana y=ln ; a=ln A ; b= ; x=
dt R T
Hasil ploting y vs x akan memperoleh nilai energi aktivasi (E) dari slope (b), yaitu E = -bR dan
nilai faktor pre-eksponensial (A) dari intersep (a), yaitu A = exp(a).

Model II
Model ini dapat memberikan informasi orde reaksi. Laju dekomposisi padatan (sekam) secara
umum dinyatakan dalam persamaan (3).

=k ( T ) f (α ) (3)
dt
Dimana α adalah rasio konversi massa, yaitu α = (mo-mt)/(mo-mf) dengan mo adalah massa
ampas tebu mula-mula dan mf adalah massa ampas tebu akhir.
f(α) merupakan fungsi mekanisme kinetika yang terlibat dalam degradasi ampas dan k(T) adalah
konstanta laju yang berubah terhadap waktu berdasarkan Arrhenius.
k (T )= A exp ( −E
RT )
(4)

Dengan mengombinasi persamaan (3) dan (4), laju reaksi dapat dituliskan sebagai:
dα −E
dt
= A exp ( )
RT
f (α ) (5)

dα −E
= A exp (
RT )
n
(1−α ) (6)
dt

Persamaan (6) dilinearkan menjadi:


dα E
ln =ln ( A )+ n ln (1−α )− (7)
dt RT
Persamaan (7) dapat dimisalkan menjadi y = a+bx
dα −E 1
Dimana y=ln ; a=ln ( A ) +n ln ( 1−α ) ; b= ; x=
dt RT T
Hasil ploting y vs x akan diperoleh nilai energi aktivasi € dari slope (b), yaitu E = -bR.
Sedangkan nilai faktor pre-eksponensial (A) diperoleh dari modifikasi persamaan (6).

dt
= A (1−α )n (8)
−E
exp ( )
RT

Persamaan (80 dilinearkan menjadi:

ln
( ( ))
exp
dt
−E
RT
=ln ( A )+ n ln (1−α ) (9)

Selanjutnya plotting ln
( ( ))
exp
dt
−E
RT
versus ln ( 1−α ) akan menghasilkan faktor pre-eksponensial

(A) dari nilai intersep dan orde reaksi (n) dari slope.

Model III
Model ini mengadaptasi persamaan (6) pada model II, namun reaksi diasumsikan mengikuti orde
satu.
dα −E
dt
= A exp
RT ( )
( 1−α ) (10)

dT
Pada laju pemanasan yang konstan selama pirolisis, β = , persamaan (10) bisa diubah
dt
menjadi
d α dα −E
1−α
=
β
exp
RT
dT ( ) (11)

Hasil integral dan linierisasi persamaan (11) menghasilkan

−ln ⁡(1−α ) AR E
ln
( T 2 ) ( )
=ln
βE

RT
(12)

Persamaan (12) dapat dimisalkan menjadi y = a+bx.

−ln ⁡(1−α ) AR E 1
Diamana y=ln ( T 2 ) ( )
; a=ln
βE
; b=
RT
; x=
T

Hasil plotting y vs x akan diperoleh nilai energi aktivasi € dari slope (b), yaitu E = -bR dan nilai
βE
faktor pre-eksponensial (A) dari intersep (a), yaitu A= exp ⁡(a).
R
Validasi model dilakukan dengan membandingkan massa ampas tebu yang diperoleh dari
perhitungan (model) dengan massa ampas tebu hasil percobaan (data). Massa sekam hasil
perhitungan diperoleh diperoleh dari neraca massa dekomposisi ampas tebu.
R.input – R.output – R.reaction = R.accumulation
dm
0-0-k.m =
dt
dm
=−k . m
dt
mt t

∫ ⅆdtm =−k ∫ dt
mo o

ln mt −ln mo=−k .t

ln ( mtmo )=−kt
mt
( mo )=exp ⁡(−kt)
mt =mo exp(−kt )

Anda mungkin juga menyukai