Anda di halaman 1dari 32

I.

Judul Praktikum

Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat Dan Asam Lemah

II. Waktu dan Tanggal Percobaan

Mulai : Senin, 1 April 2019 Pukul 13.00 WIB


Selesai : Senin, 1 April 2019 Pukul 15.30 WIB
III. Tujuan Percobaan

Menentukan orde reaksi dan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan asam
kuat.

IV. Tinjauan Pustaka

Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O)


menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melalui suatu proses
kimia. Proses hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH, suhu, dan
konsentrasi katalis (Sari, 2009).
Etil asetat merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Etil asetat
berwujud cairan tidak berwarna dan memiliki aroma yang khas. Fungsi Etil
asetat adalah sebagai bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada
bensin serta berguna sebagai bahan baku kimia serba guna (Armstrong, dkk.,
1983).
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3
atau CH3COOC2H5. Etil asetat adalah pelarut polar yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima
ikatan hidrogen karena adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang
terikat pada elektron elektronegatif seperti Fluorin, Oksigen, dan Nitrogen). Etil
asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga kelarutan 8%
pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang tinggi. Namun,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung asam atau basa (Fessenden,
1982).
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi Fischer. Untuk memperoleh rasio yang tinggi, biasanya
digunakan asam kuat dengan proporsi stoikiometri misalnya Natrium
hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan Natrium asetat yang tidak dapat
bereaksi kembali dengan etanol.
CH3COOC2H5 + NaOH  C2H5OH + CH3COONa
Adapun reaksi dari proses hidrolisis Etil asetat adalah :

Gambar 1. Reaksi dari proses hidrolisis Etil Asetat dengan menggunakan


ChemBioDraw

Kinetika kimia menunjukkan kecepatan dan mekanisme perubahan


kimia suatu atribut mutu terhadap waktu pada suhu-waktu tertentu. Kecepatan
reaksi kimiawi ditentukan massa produk yang dihasilkan oleh reaktan yang
digunakan setiap unit waktu (Man, 2000).
Orde reaksi merupakan bagian dari persamaan laju reaksi yang
penentuannya tidak dapat ditentukan berdasarkan eksperimen dengan
menggunakan sederet konsentrasi pereaksi.
Orde reaksi adalah harga eksponen untuk masing-masing reaktan. Orde
dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematik dimana hasil percobaan
dapat ditunjukkan.orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen dan hanya
dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi
yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing
reaktan (Endah dan Suyono, 1990).
Pada reaksi orde nol, dimana n = 0 laju reaksi tidak bergantung pada
konsentrasi pereaksi dan bersifat konstan pada suhu teteap. Jadi, laju reaksi orde
nol hanya bergantung pada konstanta laju reaksi (k).
Laju reaksi menurut orde satu, dimana n = 1 dipengaruhi oleh
konsentrasi pereaksi dimana laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
pereaksi. Hal ini berarti peningkatan konsentrasi akan meningkatkan pula laju
reaksi (Labuza, 1982).
Orde reaksi adalah pangkal dari konsentrasi dalam hukum laju.
Terdapat tiga metode yang dapat dikembangkan untuk menentukan orde reaksi
suatu komponen, yaitu (Achmad, 2001):
1. Metode differensial
Terdapat dua cara, yaitu secara grafik dan non grafik.
r = k (a-x)α (b-x)β
(a-x) dan (b-x) adalah konsentrasi reaktan, sedangkan α dan β adalah orde
reaksi. Dengan mengisolasi salah satu reaktan, maka orde reaksi dapat
ditentukan. Pada cara grafik, hukum laju reaksi bentuk differensial diubah
menjadi bentuk linear.
ln = ln k + α ln (a-x) + β ln (b-x)

α atau β > 0
ln r atau β = 0
α atau β < 0

ln [ ] α

Gambar 2. Grafik antara ln r vs ln [ ]

Orde reaksi dapat ditentukan dengan grafik ln r vs ln [ ], sama seperti non


grafik, orde reaksi dapat ditentukan dengan mengisolasi sutau konsentrasi
reaktan. Perhitungan ini diperoleh tiga kemungkinan grafik yang terbentuk,
jika diperoleh grafik dengan kemiringan ke atas, maka berorde reaksi lebih
dari 0. Jika diperoleh kemiringan ke bawah, maka reaksi berorde kurang dari
0. Sedangkan jika grafik yang diperoleh sejajar dengan sumbu x, maka
reaksi berorde 0. Dengan cara tersebut, dapat ditentukan harga tetapan laju
reaksi, ln k (tetapan laju) sama dengan intercept yaitu jarak antara sumbu x
dan sumbu y ketika x = 0.

2. Metode integral
Terdapat dua cara yaitu dengan cara grafik dan non grafik. Pada
cara grafik, orde reaksi dapat ditentukan dengan grafik waktu vs
konsentrasi tiap saat. Dengan cara ini, juga dapat ditentukan harga tetapan
laju reaksi, ln k (tetapan laju) sama dengan intercept yaitu jarak antara
sumbu x dan sumbu y ketika x = 0.
 Grafik orde 1

ln (a-x) = ln a - kt
ln (a-x)

ln a tan θ = -k

t
Gambar 3. Grafik antara ln (a-x) dengan t

 Grafik orde 2

tan θ = +k
1

(a−x) = 𝟏 + kt
(𝟏−𝟏)

Gambar 4. Grafik antara 𝟏


dengan t
(𝟏−𝟏)

 Grafik orde 3

tan θ = k
1

2(a−x)2 = + kt

Gambar 5. Grafik antara 1


dengan t
2(a−x)2
Pada cara non grafik, dilakukan perhitungan dengan mengevaluasi harga k
(konstanta laju reaksi). Nilai konsentrasi dan waktu dimasukkan dalam
persamaan orde. Jika harga k hampir mirip pada perhitungan, maka orde
reaksi sama dengan persamaan orde tersebut.

3. Metode waktu fraksi


Terdapat dua cara yaitu grafik dan non grafik. Persamaan waktu
fraksi diubah dalam bentuk linear sehingga menjadi
ln tf = ln k + (1-n) ln a.
Pada cara grafik, orde reaksi dapat digunakan grafik ln a vs ln tf. Dengan
cara ini, dapat ditentukan harga tetapan laju reaksi, ln k (tetapan laju) sama
dengan intercept yaitu jarak antara sumbu x dan y ketika x = 0.

θ tan θ = (1-n) dengan n < 1

ln tf

ln k θ
tan θ = (1-n) dengan n > 1

ln a
Gambar 6. Grafik antara ln tf vs ln a

Pada cara non grafik, orde reaksi dapat ditentukan dengan cara
membandingkan t ½ dengan tf dengan digunakan grafik konsentrasi vs
waktu fraksi.
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode (Martin, 1993):
1. Metode substansi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu
reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai
orde reaksi. Jika persamaan menghasilkan harga k yang tetap (konstan)
dalam batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai
dengan orde tersebut.
2. Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk
mengetahui orde reaksi. Jika konsentrasi di plot terhadap t dan
didapatkan garis lurus, disebut reaksi orde nol. Reaksi dikatan orde
pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Reaksi orde
1
kedua akan memberikan garis lurus bila di plot terhadap t (jika
(a−x)

konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 menghasilkan garis


2(a−x)2

lurus dengan seluruh reaktan sama dengan konsentrasi mula-


mulanya, maka konsentrasi tersebut dikatakan orde ketiga.

3. Metode waktu-paruh
Pada orde reaksi, waktu paruh sebanding dengan
konsentrasi awal a, waktu paruh reaksi orde pertama tidak
bergantung pada a.
Waktu paruh untuk orde kedua, dimana a = b sebanding dengan
1
dari
a

dalam reaksi. Sedangkan untuk orde ketiga, dimana a = b


= c,
1
sebanding dengan
2
.
a

Secara teori, laju hidrolisis Etil asetat memiliki orde 2.


Artinya, setiap penambahan konsentrasi pereaktan sebesar 2 kali semula,
maka laju akan bertambah menjadi 22 kali dari laju semula, begitu juga
seterusnya untuk penambahan pereaktan sebesar n-kali.
Beberapa kegunaan Etil asetat (Mc. Ketta and Cuningham,
1994):
1. Sebagai bahan pelarut-cat dan bahan baku pembuatan plastik
2. Untuk kebutuhan industri farmasi
3. Sebagai bahan baku industri tinta cetak
4. Sebagai bahan baku bagi pabrik parfum, flavor, kosmetik, dan minyak
atsiri

7
V. Alat dan Bahan

Alat:
4. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
5. Stopwatch 1 buah
6. Gelas ukur 10 mL 1 buah
7. Gelas ukur 25 mL 1 buah
8. Gelas kimia 100 mL 1 buah
9. Buret dan statif 1 set

Bahan:
1. H2SO4 0,5 M 50 mL
2. NaOH 0,2 M secukupnya
3. Aquades dingin @ 50 mL
4. Aquades 45 mL air
5. Indikator PP @ 2 tetes
6. Etil asetat 2M 5 mL
7. HCl 0,5 M 50 mL

8
VI. Alur Praktikum

Hidrolisis Etil Asetat dalam Keadaan Suasana Asam Lemah

Hidrolisis Etil Asetat dalam Keadaan Suasana Asam Kuat

9
10
VII. Hasil Pengamatan

No. Hasil Pengamatan


Prosedur Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1 Hidrolisis Etil Asetat dalam Keadaan Suasana - Larutan asam - Setelah ditambah Hidrolisis etil asetat
Asam Lemah asetat tidak aquades larutan memilki orde 2
berwarna tidak berwarna
- Larutan etil - Etil asetat +
asetat tidak asam asetat
berwarna larutan tidak
- Larutan NaOH berwarna
tidak berwarna - Setelah
- Aquades tidak ditambah air
berwarna dingin larutan
- Indikator pp tidak berwarna,
tidak berwarna bersuhu rendah
(dingin)
- Setelah
ditambah
indikator pp
larutan tidak
berwarna
- Dititrasi dengan
NaOH menjadi
warna soft pink.
Volume NaOH:

11
t5 menit = 15,7 mL
t10 menit = 16 mL
t20 menit = 16,2
mL
t30 menit = 16,6
mL
t40 menit =16,7 mL
t50 menit = 16,9
mL
t65 menit = 17 mL

- Asam asetat + etil


2 Hidrolisis Etil Asetat dalam Keadaan Suasana - HCl larutan
Asam Kuat tidak asetat larutan
Hidrolisis etil asetat
berwarna tidak berwarna
memiliki orde 2
- Aquades tidak
- Setelah ditambah
berwarna
- Etil asetat aquades larutan
tidak tidak berwarna
berwarna
- Ditambah
- Indikator pp
tidak indikator pp
berwarna larutan tidak
berwarna

12
- NaOH larutan - Dititrasi dengan
tidak NaOH menjadi
berwarna
warna soft pink.
Volume NaOH:
t5 menit = 12,3 mL
t10 menit = 12,6
mL
t20 menit = 12,7
mL
t30 menit = 12,9
mL
t40 menit =13 mL
t50 menit = 13,2
mL
t65 menit = 13,2
mL

13
VIII. Analisis dan Pembahasan

Percobaan yang berjudul hidrolisis etil asetat dalam suasana asam


lemah dan asam kuat bertujuan untuk menentukan orde reaksi dari hidrolisis
etil asetat dalam suasana asam lemah dan asam kuat. Pada percobaan ini
diguanan senyawa organik yaitu etil asetat. Senyawa ini merupakan ester
dari etanol dan asam asetat yang memiliki rumus kimia CH3COOC2H5.
Sedangkan asam kuat dan asam lemah yang digunakan adalah HCl dan
CH3COOH (Fessenden and Fessenden, 1986)

Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air menjadi


(H2O) dan kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melaui suatu
proses reaksi kimia. Pada percobaan ini digunakan asam kuat dan asam
lemah bertujuan untuk mengetahui pengaruh hidrolisis dalam 2 suasana. Etil
asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam menghasilkan etanol dan asam
asetat. Keadaan asam ini juga dapat dikatakan sebagai katalis dimana katalis
dapat mempercepat laju reaksi yaitu dengan cara membuka mekanisme baru
yang memiliki energi pengaktifan (energi minimum yang digunakan untuk
terjadinya reaksi) lebih rendah sehingga mempercepat laju reaksi. Berikut
merupakan persamaan reaksi hidrolisis etil asetat:

CH3COOC2H5(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq)

Percobaan ini dimulai dengan mengencerkan asam asetat 0,5 M dan


HCl 0,5 M dengan 45 ml aquades pada erlnemyer yang berbeda.
Pengenceran dilakukan agar laju dapat diamati karena jika tidak dilakukan
pengenceran maka laju reaksi berjalan dengan cepat yang sulit untuk
diamati. Selanjutnya menambahkan 5 ml etil asetat 2 M yang sudah
didiamkan pada suhu ruang. Etil asetat yang didiamkan pada suhu ruang
bertujuan agar larutan mencapai suhu yang konstan karena suhu dapat
mempengaruhi laju reaksi. Etil asetat yang dimasukkan dalam erlenmeyer
yang berisi larutan asam kuat dan asam lemah kemudian diaduk agar
homogen dan didiamkan 5 menit. Pencampuran ini dilakukan bersamaan
dengan dinyalakan stopwatch untuk mengambil campuran tersebut dengan
selang wajtu 5, 10, 30, 40, 50, 65 menit. Campuran pada selang waktu

14
tersebut diambil 5 ml yang kemudian ditambahkan pada aquades dingin.
Aquades dingin tersebut berfungsi untuk memperlambat terjadinya reaksi
sehingga mudah untuk mengetahui konsentrasi etil asetat yang bereaksi dan
konsentrasi asam asetat yang dihasilkan.

Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan NaOH. Sebelum dititrasi


campuran tersebut ditetesi dengan indikator PP. Fungsi indikator PP yaitu
untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi soft pink. Pada percobaan ini indikator PP dipilih karena merupakan
indikator yang sesuai dengan rentang pH 8,3-10. Reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOC2H5 (aq) + NaOH (aq) → C2H5OH (aq) + CH3COONa (aq)
Pada saat titik akhir titrasi didapatkan volume NaOH sebagai berikut:

Percobaan Waktu pengambilan Volume NaOH yang


Ke- campuran (s) dibutuhkan (mL)
1 300 15,7
2 600 16,0
3 1200 16,2
4 1800 16,6
5 2400 16,7
6 3000 16,9
7 3900 17,0
Tabel Volume NaOH pada titrasi etil asetat dalam suasana asam lemah

Percobaan Waktu pengambilan Volume NaOH yang


Ke- campuran (s) dibutuhkan (mL)
1 300 12,3
2 600 12,6
3 1200 12,7
4 1800 12,9
5 2400 13,0
6 3000 13,2
7 3900 13,2
Tabel Volume NaOH pada hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat

15
Untuk menentukan orde reaksi pada hidrolisis etil asetat dalam
percobaan ini digunakan metode integral baik non grafik maupun grafik.
Metode integral dipilih karena data yang digunakan merupakan waktu dan
konsentrasi.

a. Orde reaksi hidrolisis etil asetat pada suasana asam lemah


Metode grafik
a T x a-x ln(a-x) 1/(a-x)
1 300 0,64 0,36 -1,02165 2,777778
1 600 0,7 0,3 -1,20397 3,333333
1 1200 0,74 0,26 -1,34707 3,846154
1 1800 0,82 0,18 -1,7148 5,555556
1 2400 0,84 0,16 -1,83258 6,25
1 3000 0,88 0,12 -2,12026 8,333333
1 3900 0,9 0,1 -2,30259 10

Sehingga grafik yang diperoleh sebagai berikut

ORDE 1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
-0.5

-1
LN (A-X)

-1.5

-2
y = -0.0004x - 0.9647
R² = 0.9811
-2.5
T

ORDE 2
12
10 y = 0.002x + 1.8787
R² = 0.982
8
1/(A-X)

6
4
2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
T

16
Berdasarkan grafik pada orde 1 dan orde 2 didapatkan nilai
regresi atau R2 yang mendekati 1 terdapat pada grafik orde 2. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hidrolisis etil asetat
memiliki orde reaksi 2.

Metode non grafik

t a x (a-x) k orde 1 k orde 2


300 1 0,64 0,36 3 x 10-3 5,93 x 10-3
600 1 0,7 0,3 2 x 10-3 3,88 x 10-3
1200 1 0,74 0,26 1,12 x 10-3 2,37 x 10-3
1800 1 0,82 0,18 7 x 10-4 2,53 x 10-3
2400 1 0,84 0,16 7,6 x 10-3 2,19 x 10-3
3000 1 0,88 0,12 7,07 x 10-3 2,75 x 10-3
3900 1 0,9 0,1 5,9 x 10-4 2,3 x 10-3

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan metode


integral didapatkan nilai konstanta yang selisihnya tidak terlalu
jauh adalah pada orde 2. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa hidrolisis etil asetat memiliki orde reaksi 2.

b. Orde reaksi hidrolisis etil asetat pada suasana asam kuat


Metode Grafik

A t x a-x ln(a-x) 1/(a-x)


1 600 0,02 0,98 -0,0202 1,020408
1 1200 0,04 0,96 -0,04082 1,041667
1 1800 0,08 0,92 -0,08338 1,086957
1 2400 0,1 0,9 -0,10536 1,111111
1 3000 0,14 0,86 -0,15082 1,162791
1 3900 0,14 0,86 -0,15082 1,162791

Grafik yang didapatkan pada orde 1 dan orde adalah sebagai


berikut

17
ORDE 1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
-0.05

LN(A-X)
-0.1

-0.15
y = -4E-05x + 0.0024
R² = 0.937
-0.2
T

ORDE 2
1.2
y = 5E-05x + 0.9944
1.15 R² = 0.9383
1/(A-X)

1.1

1.05

1
0 1000 2000 3000 4000 5000
T

Sama halnya pada hidrolisis dalam keadaan asam lemah


didapatkan orde karena nilai regresi atau R2 yang mendekati 1
terdapat pada grafik orde 2. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa hidrolisis etil asetat memiliki orde reaksi 2.

Metode non grafik

t a x (a-x) k orde 1 k orde 2


600 1 0,02 0,98 3,33 x 10-5 3,33 x 10-5
1200 1 0,04 0,96 3,33 x 10-4 3,3 x 10-5
1800 1 0,08 0,92 4,4 x 10-5 4,4 x 10-5
2400 1 0,1 0,9 4,16 x 10-4 4,5 x 10-5
3000 1 0,14 0,86 5 x 10-5 5,3 x 10-5
3900 1 0,14 0,86 3,8 x 10-5 4,1 x 10-5

18
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan metode
integral didapatkan nilai konstanta yang selisihnya tidak terlalu
jauh adalah pada orde 2. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa hidrolisis etil asetat memiliki orde reaksi 2.

19
IX. Kesimpulan

Orde reaksi pada hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan
asam kuat adalah orde dua dibuktikan dengan nilai regresi orde 2 pada asam
lemah yaitu 0,982 dan pada asam kuat 0,9383.

20
X. Daftar Pustaka

Achmad, Hiskia. 2001. Reaksi-Reaksi Kimia. Bandung: Citra Aditia Bali.

Armstrong, David W., Stanley M. Martin, Hiroshi Yamazaki. 1983. Production


of Ethyl Acetate from Dillute Ethanol Solutions by Candida Utilis.
Biologycal and Engineerin, XXVI hal. 1038-1041.

Endah, Soepi dan Suyono. 1990. Kinetika Kimia. Surabaya: University Press IKIP
Surabaya.

Fessenden, Ralp J., Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid
2 (Alih bahasa: A. Handyana Pudjaatmaka). Jakarta: Erlangga.

Labuza TP. 1982. Shelf-life Evaluation of Food and Nutrition. Press., Inc.,
Westport, Connecticut Man, CM. 2000. Shelf-life Evaluation of Foods,
2nd ed. Aspen Publisher Incorporation, London.

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisiki Jilid I Edisi 3. Jakarta: UI-Press.

Mc. Ketta, John J. and William Aaron Cunningham. 1994. Technology and
Engineering, vol. 40. American: University of California.

Sari, Ni Ketut. 2009. Pembuatan Bioetanol dari Rumput Gajah dengan


Distilasi Batch. Jurnal Teknik Kimia Indonesia, 8 (3) 2009: hal. 94-
103.

Suyono dan Yonata, Bertha. 2018. Panduan Praktikum Kimia Fisika III.
Surabaya: Unesa Press.

21
XI. Lampiran
Lampiran gambar

No Gambar Keterangan
1 50 mL asam asetat 0,5 M
ditambahkan aquades

Aquades : tidak berwarna


Asam asetat : tidak berwarna

2 10 mL CH3COOC2H5 2M
dimasukkan kedalam
Erlenmeyer B

Larutan CH3COOC2H5 : tidak


berwarna

3 Etil asetat : tidak berwarna

Larutan yang didiamkan dalam


suhu ruang 15 menit

4 50 mL aquades dingin yang


digunakan

Aquades : tidak berwarna

22
5 Ditambahkan 2 tetes larutan
indikator PP

Indikator PP : tidak berwarna

6 Dititrasi dengan NaOH 0,2 M

Larutan NaOH : tidak berwarna

7 Larutan campuran setelah


dititrasi

Larutan berwarna soft pink

Pada asam kuat

8 Larutan campuran setelah


dititrasi

Larutan berwarna soft pink

Pada asam lemah

23
24
Lampiran Perhitungan

1. Range volume NaOH

5 45 50
1 9 10
V CH3COOH = 5 mL
M CH3COOH = 0,5 M
V CH3COOC2H5 = 5 mL
M CH3COOC2H5 =2M
M NaOH = 0,2 M
- Diambil 10 mL
1
CH3COOC2H5 = 20 x 10 = 0,5 mL
9
CH3COOH = 20 x 10 = 4,5 mL
10
H2O = 20 x 10 = 5 mL

mmol eq CH3COOC2H5 = V x M x eq
= 0,5 x 2 x 1
= 1 mmol eq
mmol eq CH3COOH = V x M x eq
= 4,5 x 2 x 1
= 9 mmol eq

- T0 = VNaOH x MNaOH x eq = VH+ x M H+ x eq


= VNaOH x 0,2 x 1 = 5 x 0,5 x 1
= VNaOH = 12,5 mL
- T0 = VNaOH x MNaOH x eq = VH+ x M H+ x eq
= VNaOH x 0,2 x 1 =5x2x1
= VNaOH = 17,5 mL
Range volume NaOH 12,5-17,5 mL.
2. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah
- T = 5 menit, VNaOH =15,7 mL
M CH3COOH =x

25
M CH3COOH sisa = a-x
mmol eq M CH3COOH = (V x N (NaOH)) – V x N
= (15,7 mL x 0,2 N) - 2,5 mmol
= 0,64 mmol eq
a-x = 1-0,64 = 0,36 mmol eq
- T = 10 menit, VNaOH =16 mL
mmol eq M CH3COOH = (V x N (NaOH)) – V x N
= (16mL x 0,2 N) - 2,5 mmol
= 0,7 mmol eq
a-x = 1-0,7 = 0,3 mmol eq
- T = 20 menit, VNaOH =16,2 mL
mmol eq M CH3COOH = (V x N (NaOH)) – V x N
= (16,2 mL x 0,2 N) - 2,5 mmol
= 0,74 mmol eq
a-x = 1-0,74 = 0,26 mmol eq
- T = 30 menit, VNaOH =16,6 mL
mmol eq M CH3COOH = (V x N (NaOH)) – V x N
= (16,6 mL x 0,2 N) - 2,5 mmol
= 0,82 mmol eq
a-x = 1-0,82 = 0,18 mmol eq
- T = 40 menit, VNaOH =16,7 mL
mmol eq M CH3COOH = (V x N (NaOH)) – V x N
= (16,7 mL x 0,2 N) - 2,5 mmol
= 0,84 mmol eq
a-x = 1-0,84 = 0,16 mmol eq
- T = 50 menit, VNaOH =16,9 mL
mmol eq M CH3COOH = (V x N (NaOH)) – V x N
= (16,9 mL x 0,2 N) - 2,5 mmol
= 0,88 mmol eq
a-x = 1-0,88 = 0,12 mmol eq
- T = 65 menit, VNaOH =17 mL
mmol eq M CH3COOH = (V x N (NaOH)) – V x N

26
= (17 mL x 0,2 N) - 2,5 mmol
= 0,9 mmol eq
a-x = 1-0,9 = 0,1 mmol eq
- Orde reaksi

t
No a-x Ln (a-x) 1/(a-x)
(detik)
1 300 0,36 -1,02 2,78
2 600 0,3 -1,20 3,33
3 1200 0,26 -1,34 3,85
4 1800 0,18 -1,71 5,56
5 2400 0,16 -1,83 6,25
6 3000 0,12 -2,12 8,33
7 3900 0,1 -2,30 10
a. Orde 1
ln (a-x) = ln a – k.t
T300 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -1,02 = 0 – k(300)
= k = 3 x 10-3
T600 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -1,20 = 0 – k(600)
= k = 2 x 10-3
T1200 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -1,34 = 0 – k(1200)
= k = 1,12 x 10-3
T1800 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -1,71 = 0 – k(1800)
= k = 7 x 10-4
T2400 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -1,83 = 0 – k(2400)
= k = 7,6 x 10-3
T3000 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -2,12 = 0 – k(3000)
= k = 7,07 x 10-3

27
T3900 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -2,3 = 0 – k(3900)
= k = 5,9 x 10-4

ORDE 1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
-0.5

-1
LN (A-X)

-1.5

-2
y = -0.0004x - 0.9647
R² = 0.9811
-2.5
T

b. Orde 2
ln (a-x) = 1/a – k.t
T300 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 2,78 = 1 – k(300)
=k = 5,93 x 10-3
T600 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 3,33 = 1 – k(600)
=k = 3,88 x 10-3
T1200 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 3,85 = 1 – k(1200)
=k = 2,37 x 10-3
T1800 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 5,56 = 1 – k(1800)
=k = 2,53 x 10-3
T2400 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 6,25 = 1 – k(2400)
=k = 2,19 x 10-3
T3000 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 8,33 = 1 – k(3000)
=k = 2,75 x 10-3

28
T3900 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 10 = 1 – k(300)
=k = 2,3 x 10-3

ORDE 2
12
10 y = 0.002x + 1.8787
R² = 0.982
8
1/(A-X)

6
4
2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
T

3. Hidrolisis etil asetat suasana asam kuat


- T = 5 menit, VNaOH =12,3 mL
mmol eq CH3COOH = (VNaOH x NNaOH) – V x NH+
= (12,3 mL x 0,2 N) – 2,5 mmol
= -0,04
a-x = 1-(-0,04) = 1,04
- T = 10 menit, VNaOH =12,6 mL
mmol eq CH3COOH = (VNaOH x NNaOH) – V x NH+
= (12,6 mL x 0,2 N) – 2,5 mmol
= 0,02
a-x = 1-(0,02) = 0,98
- T = 20 menit, VNaOH =12,7 mL
mmol eq CH3COOH = (VNaOH x NNaOH) – V x NH+
= (12,7 mL x 0,2 N) – 2,5 mmol
= 0,04
a-x = 1-(0,04) = 0,96
- T = 30 menit, VNaOH =12,9 mL
mmol eq CH3COOH = (VNaOH x NNaOH) – V x NH+
= (12,9 mL x 0,2 N) – 2,5 mmol
= 0,08

29
a-x = 1-(0,08) = 0,92
- T = 40 menit, VNaOH =13 mL
mmol eq CH3COOH = (VNaOH x NNaOH) – V x NH+
= (13 mL x 0,2 N) – 2,5 mmol
= 0,1
a-x = 1-(0,1) = 0,9
- T = 50 menit, VNaOH =13,2 mL
mmol eq CH3COOH = (VNaOH x NNaOH) – V x NH+
= (13,2 mL x 0,2 N) – 2,5 mmol
= 0,14
a-x = 1-(0,14) = 0,86
- T = 65 menit, VNaOH =13,2 mL
mmol eq CH3COOH = (VNaOH x NNaOH) – V x NH+
= (13,2 mL x 0,2 N) – 2,5 mmol
= 0,14
a-x = 1-(0,14) = 0,86
- Orde reaksi

t
No a-x Ln (a-x) 1/(a-x)
(detik)
1 600 0,98 -0,02 1,02
2 1200 0,96 -0,04 1,04
3 1800 0,92 -0,08 1,08
4 2400 0,9 -0,10 1,11
5 3000 0,86 -0,15 1,16
6 3900 0,86 -0,15 1,16

a. Orde 1
ln (a-x) = ln a – k.t
T600 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -0,02 = 0 – k(600)
= k = 3,33 x 10-5
T1200 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -0,04 = 0 – k(1200)

30
= k = 3,33 x 10-4
T1800 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -0,08 = 0 – k(1800)
= k = 4,4 x 10-5
T2400 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -0,10 = 0 – k(2400)
= k = 4,16 x 10-4
T3000 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -0,15 = 0 – k(3000)
= k = 5 x 10-5
T3900 = ln (a-x) = ln a – k.t
= -2,3 = 0 – k(3900)
= k = 3,8 x 10-5

ORDE 1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
-0.05
LN(A-X)

-0.1

-0.15
y = -4E-05x + 0.0024
R² = 0.937
-0.2
T

b. Orde 2
ln (a-x) = 1/a – k.t
T600 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 1,02 = 1 – k(600)
=k = 3,33 x 10-5
T1200 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 1,04 = 1 – k(1200)
=k = 3,3 x 10-5
T1800 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 1,08 = 1 – k(1800)

31
=k = 4,4 x 10-5
T2400 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 1,11 = 1 – k(2400)
=k = 4,5 x 10-5
T3000 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 1,16 = 1 – k(3000)
=k = 5,3 x 10-5
T3900 = 1/(a-x) = 1/a – k.t
= 1,16 = 1 – k(300)
=k = 4,1 x 10-5

ORDE 2
1.2
1.18 y = 5E-05x + 0.9944
1.16 R² = 0.9383
1.14
1/(A-X)

1.12
1.1
1.08
1.06
1.04
1.02
1
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
T

32

Anda mungkin juga menyukai