Anda di halaman 1dari 23

KINETIKA KIMIA

M. Fachri Laudzaputra A.
NPM
: 1506717992
Jurusan : Teknik Kimia
Maretha Putri Ayu
NPM
: 1507746203
Jurusan : Teknik Kimia

Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah ilmu yang mempelajari laju reaksi, atau

seberapa cepat proses reaksi berlangsung dalam waktu


tertentu.
Kinetika kimia menjelaskan hubungan antara perubahan
konsentrasi reaktan (atau produk) sebagai fungsi waktu.
Untuk reaksi: 2A + B 3C + 4 D
berlaku: - 1/2d[A]/dt = - d[B]/dt = +1/3 d[C]/dt = +1/4 d[D]/dt,
dimana tanda negatif menunjukkan pengurangan jumlah,
sedangkan tanda + menunjukkan peningkatan jumlah.
Secara umum untuk reaksi: eE + fF gG + hH, berlaku laju
reaksi:
1 d E
1 d F
1 d G
1 dH

e dt

dt

g dt

dt

Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Konsentrasi: molekul-molekul harus saling bertumbukan

untuk bereaksi. Semakin banyak molekul yang terlibat,


kemungkinan terjadi tumbukan makin besar, reaksi terjadi
lebih cepat: laju ~ frekuensi tumbukan ~ konsentrasi.
Wujud fisik: molekul-molekul harus bercampur agar
bereaksi. Frekuensi tumbukan antarmolekul bergantung
pada wujud fisik reaktan. Semakin besar luas permukaan
per satuan volume reaktan, semakin banyak kontak yang
terjadi, reaksi akan makin cepat.

Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Temperatur atau Suhu: molekul-molekul harus bertumbukan

dengan energi yang cukup agar bereaksi. Semakin tinggi


temperatur, akan lebih banyak tumbukan yang terjadi per
satuan waktu karena meningkatkan energi tumbukan: laju ~
energi tumbukan ~ temperatur.
Pengadukan/mekanik: mempermudah peristiwa tumbukan
antarmolekul sehingga reaksi mudah terjadi.
Cahaya atau bentuk energi lainnya yang akan memudahkan
tercapainya energi pengaktifan untuk terjadinya reaksi.
Katalis: adanya suatu zat yang ketika berinteraksi dengan
reaktan akan memberikan jalur baru yang energi
pengaktifasnnya lebih rendah dari semula, sehingga reaksi
lebih cepat terjadi.

Penulisan Laju Reaksi


Laju reaksi untuk reaksi: A B

adalah:

d[A]
d[B]

dt
dt

Dengan d menunjukkan perubahan


keadaan awal dan akhir reaksi.
Contoh: reaksi pembentukan smog
fotokimia:
C2H4(g) + O3(g) C2H4O(g) + O2(g)
Diperoleh data konsentrasi O3 yang
bereaksi dengan C2H4 pada 303
K sebagai berikut:

Waktu (s)

[O3] (mol/L)

0,0

3,20 x 10-5

10,0

2,42 x 10-5

20,0

1,95 x 10-5

30,0

1,63 x 10-5

40,0

1,40 x 10-5

50,0

1,23 x 10-5

60,0

1,10 x 10-5

d[O3 ] (1,10x105 3,20x105 )mol/ L


laju

dt
(60,0 0,0)s
= 3,50 x 107mol/ L.s laju rata- rata

Hukum Laju dan Komponennya


Hukum laju menggambarkan hubungan antara laju sebagai fungsi

konsentrasi pereaksi, konsentrasi produk, dan temperatur.


Laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi pereaksi dan
temperatur saja.
Pertama-tama kita pusatkan perhatian pada pengaruh konsentrasi
pereaksi terhadap laju reaksi pada temperatur tetap. Untuk reaksi: aA
+ bB +. cC + dD +.., maka hukum lajunya adalah:
laju = r = k[A]m[B]n.
Nilai k adalah tetapan laju yang bersifat spesifik untuk reaksi tertentu
dan temperatur tertentu, ditentukan dari percobaan.
Nilai m dan n disebut orde reaksi yang ditentukan berdasarkan
percobaan, bukan dari persamaan reaksinya.

Orde Reaksi
Beberapa contoh: NO(g) + O3(g) NO2(g) + O2(g)

hukum laju secara percobaan diperoleh: r = k[NO][O3]. Dalam hal ini


reaksi berorde pertama terhadap konsentrasi NO maupun O 3.
Reaksi: 2NO(g) + 2H2(g) N2(g) + 2H2O(g), memiliki hukum laju: r =
k[NO]2[H2], yaitu berorde dua terhadap konsentrasi NO dan berorde
pertama terhadap H2. Orde reaksi total = 2 + 1 = 3.
Reaksi: (CH3)3CBr (l) + H2O (l) (CH3)3COH (l) + H+ (aq)+ Br(aq),
memiliki hukum laju: r = k [(CH3)3CBr], yang artinya berorde pertama
terhadap konsentrasi (CH3)3CBr dan berorde nol terhadap [H2O]
sehingga orde reaksi total adalah orde pertama.
Reaksi: CHCl3 (g) + Cl2(g) CCl4(g) + HCl(g) memiliki orde reaksi
pecahan dengan hukum laju: r = k[CHCl3][Cl2]1/2, sehingga orde reaksi
total = 3/2.

Penentuan Orde Reaksi


Perhatikan contoh berikut, reaksi: O3(g) + 2NO(g) 2NO2(g)

diperoleh serangkaian data berikut:


Exp

Konsentrasi pada laju


awal (mol/L)
O3

Laju awal
(mol/L.s)

NO

1,10x10-2

1,30x10-2

3,21x10-3

2,20x10-2

1,30x10-2

6,40x10-3

1,10x10-2

2,6x10-2

12,8x10-3

3,30x10-2

1,30x10-2

9,60x10-3

1,10x10-2

3,90x10-2

28,8x10-3

Penentuan Orde Reaksi


Bandingkan percobaan 1 dan 2, akan diperoleh penggandaan laju reaksi

seiring dengan penggandaan konsentrasinya, sedangkan konsentrasi NO


tidak berubah:
m
n
[O3 ]2
k[O3 ]m
laju 2 k[O3 ]m
2 [NO]2
2

laju 1 k[O3 ]1m[NO]1n k[O3 ]1m [O3 ]1

6,40x10- 3mol/ L.s 2,20x102mol/ L


=

3,21x103mol/ L.s 1,10x102mol/ L


sehingga diperoleh 1,99 = (2,00)m, maka m = 1
Bandingkan percobaan 1 dan 3, dimana penggandaan konsentrasi NO

menaikkan laju, sedangkan konsentrai O3 tetap.


laju 3 k[O3 ]3m[NO]3n k[NO]3n [NO]3

laju 1 k[O3 ]1m[NO]1n k[NO]1n [NO]1

Maka hukum laju: r = k[O3][NO]2


n

12,80x10- 3mol/ L.s 2,60x102mol/ L


=

2
3,21x103mol/ L.s
1,30x10 mol/ L
sehingga diperoleh 3,99 = (2,00)n, maka n = 2

Penentuan Tetapan laju


Untuk contoh di atas, tetapan laju dapat ditentukan dari salah satu

percobaan di atas:
laju
3,21x103mol/ L.s
k

[O3 ]1[NO]21 ((1,10x102 )x(1,30x102 )mol/ L.s)2


= 1,73x103L2mol2s1
Satuan tetapan laju dan hubungannya dengan orde reaksi total:

Orde Reaksi
Total

Satuan k (t
dalam s)

molL-1s-1

s-1

Lmol-1s-1

L2mol-2s-1

Hukum Laju Integral: Perubahan


Konsentrasi terhadap waktu
Untuk reaksi orde pertama: A B, berlaku: r = - d[A]/dt = k[A], kemudian

diintegralkan:

d[A]

k[A] dt

At

A0

d[A]
k dt
[A]
0

sehingga diperoleh:
[A]
ln 0 kt, untuk reaksi orde pertama
[A]t

Untuk reaksi orde kedua: A B, berlaku: r = - d[A]/dt = k[A]2, kemudian

diintegralkan:

d[A]

k[A]2 dt

At

A0

d[A]
k dt
[A]2
0

sehingga diperoleh:
1
1

kt, untuk reaksi orde kedua


[A]t [A]0

Dengan cara yang sama, untuk reaksi orde kenol: A B, berlaku

d[A]/dt =k[A]0= k, diintegralkan diperoleh: [A]t [A]0 = - kt.

Penentuan Hukum Laju melalui Grafik


Linier konsentrasi vs waktu1/[A ]
t

ln [At]

ln [A0]
Gradien = - k
Gradien = k
1/[A0]
Waktu (s)
Waktu (s)
Reaksi Orde Pertama

[At]

Reaksi Orde Kedua

[A0]

Gradien = - k

Waktu (s)
Reaksi Orde Kenol

Waktu Paruh
Waktu paruh adalah eaktu yang dibutuhkan bagi reaktan sehingga

konsentrasinya menjadi berkurang setengahnya dari semula.


Waktu paruh untuk reaksi orde pertama adalah tetap, tidak bergantung
pada konsentrasi pereaksi. Hal ini diperoleh dari hukum laju terintegrasi:
ln

[A]0
1
kt, setelah t = t 1 , dan [A]t = [A]0, maka
2
[A]t
2

[A]0
kt 1 atau ln2 = kt 1
1 [A]
2
2
2 0
ln2 0,683
sehingga, t 1

2
k
k

ln

Dengan cara yang sama bisa diperoleh waktu paruh untuk reaksi orde

kedua dan orde kenol:


Reaksi orde kedua:
1
1
1

kt 1 t 1
1 [A]0 [A]0
2
2
k[A]0
2
Reaksi orde kenol:
1 [A]0 [A]0 kt 1 t 1 [A]0
2
2
2
2k

Pengaruh Temperatur terhadap laju


Reaksi
Secara umum, banyak reaksi yang berlangsung sekitar temperatur kamar,

yang setiap kenaikan temperatur sebesar 10oC akan menyebabkan laju


reaksi meningkat dua atau tiga kali lipat.
Temperatur mempengaruhi laju reaksi karena pengaruhnya pada tetapan
laju reaksi. Hubungan antara temperatur dan tetapan laju reaksi dipelajari
oleh Svante Arrhenius (1889), kimiawan Swedia, melalui persamaan
Arrhenius:
E

k Ae

RT

Dengan k= tetapan laju reaksi, Ea = energi pengaktifan reaksi, A = tetapan


Arrhenius, T = temperatur dalam K, dan R = tetapan gas ideal.
Energi pengaktifan adalah energi minimum agar molekul-molekul dapat
bereaksi. Semakin tinggi temperatur, nilai eksponen negatif semakin kecil,
sehingga nilai k semakin besar, yang berarti bahwa laju semakin cepat: T
naik k naik laju reaksi naik.

Pengaruh Temperatur terhadap laju


Reaksi
Hubungan Arrhenius dapat dibuat grafik linier antara lnk dengan 1/T (K-1).
Secara matematis dapat disusun ulang sebagai berikut:

Ea 1
R T

untuk 2 tetapan laju pada temperatur berbeda:


lnk ln A

ln

E 1 1
k2
a

k1
R T2 T1

lnk

lnA
Gradien = - Ea/R

1/T (K-1)

Teori Pengaruh Konsentrasi dan


Temperatur
Teori Tumbukan: reaksi akan terjadi jika 2 hal dipenuhi:
Energi pengaktifan tercapai, hal ini berhubungan erat dengan

temperatur. Pengaruh temperatur terhadap energi tumbukan

dapat dilihat pada grafik di slide berikutnya.


Orientasi molekul tepat, hal ini berhubungan erat dengan
konsentrasi, semakin besar konsentrasi, kemungkinan terjadi
tumbukan dengan orientasi yang benar semakin besar
Teori Keadaan Transisi: energi pengaktifan dibutuhkan
untuk merenggangkan dan membentuk kembali ikatanikatan diantara pereaksi agar dapat mencapai keadaan
transisi. Keadaan transisi merupakan keadaan molekulmolekul berenergi tinggi, tidak dapat diisolasi dan tidak
stabil.

Fraksi tumbukan dengan kecepatan


tertentu

Grafik Hubungan antara Temperatur, Jumlah Fraksi


Tumbukan dan Energi Pengaktifan

Pada 250C
Pada 7000C
Pada 250C
Kecepatan rata-rata ~ energi
pengaktifan yang dicapai

Kecepatan molekul (m/s) ~ energi


tumbukan

Katalis: Mempercepat Laju Reaksi


Dua hal penting yang menyebabkan adanya katalis dapat mempercepat laju

reaksi:
Katalis mempercepat laju reaksi ke arah produk maupun ke arah pereaksi,
sehingga menghasilkan rendemen produk lebih cepat (rendemen produk
tidak lebih banyak daripada reaksi yang tanpa katalis)
Katalis dapat menurunkan energi pengaktifan dengan cara menyediakan
mekanisme reaksi yang berbeda yang memiliki jalur energi pengaktifan
lebih rendah.

Katalis terbagi menjadi dua jenis:


Katalis Homogen: yaitu zat berwujud gas, cair atau padat yang dapat

larut dalam campuran reaksi.


Katalis Heterogen: biasanya adalah zat padat yang berinteraksi
dengan pereaksi berwujud gas atau cair. Reaksi berlangsung di
permukaan, sehingga semakin luas permukaan katalis, reaksi
berlangsung lebih efektif, lebih cepat.

Beberapa Penggunaan Katalis dalam


Industri
Pereaksi

katalis

Produk

Kegunaan

Propilena, oksidator

Kompleks Mo(VI)

Propilenoksida

Busa poliuretan;
poliester

Metanol, CO

[Rh(CO)2I2]

Asam asetat

Pelapisan
Poli(vinilasetat);
poli(vinilalkohol)

Butadiena, HCN

Senyawa Ni/P

Adiponitril

Nilon (serat, plastik)

-olefin, CO, H2

Senyawa Rh/P

Aldehid

Plasticizer, Pelumas

Homogen

Heterogen
Etilena, O2

Perak, CsCl pada


alumina

Etilenoksida

Poliester, etilen
glikol, pelumas

Propilena, NH3, O2,


Etilena

Bismut molibdat,
organokrom dan
titanium halida pada
silika

Akrilonitril, High
Density Poly Ethylene
(HDPE)

Plastik, serat, resin,


produk cetakan

Contoh Soal
Oksidasi kalium iodida oleh kalium persulfat dalam iodida

berlebih diikuti dengan mencuplikcontoh pada berbagai


waktu, dan menitrasi iodin yang dilepaskan dengan
larutan natriumtiosulfat. Hasil-hasil berikut diperoleh pada
suhu 25C
Hitunglah tetapan lau reaksi tersebut.

By LB & DW_Kimia ITB

Contoh Soal

Contoh Soal
Reaksi dekomposisi: 2HI(g) H2(g) + I2(g) memiliki tetapan laju 9,51

x 10-9 L/mol.s pada 500 K dan 1,10 x 10-5 L/mol/s pada 600 K.
Hitunglah energi pengaktifan reaksi!
Jawab:

Ea 1 1
k2
ln

k1
R T2 T1
k2
1 1
Ea R ln

k1 T2 T1

1,10x105L/ mol.s
= - (8,314 J/ mol.K) ln

9
9,51
x10
L/
mol.s

= 1,76x105 J/ mol 1,76x102 J/ mol

1
1

600K 500K

Anda mungkin juga menyukai