KINETIKA REAKSI
A. Pengertian
Dalam kimia fisik, kinetika kimia atau kinetika reaksi adalah ilmu yang
mempelajari laju reaksi dalam suatu reaksi kimia. Analisis terhadap pengaruh
berbagai kondisi reaksi terhadap laju reaksi memberikan informasi mengenai
mekanisme reaksi dan keadaan transisi dari suatu reaksi kimia.
Pada tahun 1864, Peter Waage merintis pengembangan kinetika kimia
dengan memformulasikan hukum aksi massa, yang menyatakan bahwa kecepatan
suatu reaksi kimia proporsional dengan kuantitas zat yang bereaksi.
1. LAJU REAKSI KIMIA
Laju atau kecepatan mengacu pada sesuatu yang terjadi dalam satuan
waktu. Sebuah mobil yang bergerak dengan kecepatan 60 mph, misalnya
menempuh jarak 60 mil dalam satuan jam. Untuk reaksi kimia laju reaksi
mendeskripsikan seberapa cepat konsentrasi reaktran atau produk berubah dengan
waktu. Sebagai ilustrasi, mari kita lihat reaksi yang terjadi segera setelah ion Fe 3+
dan Sn2+ secara serempak dimasukkan ke dalam larutan berair.
2 Fe3+(aq) + Sn2+(aq) 2 2 Fe2+(aq) + Sn4+(aq) ..........(1.1)
Andaikan 38,5 s sesudah reaksi dimulai, [Fe2+] ternyata 0,0010 M. Selama
kurun waktu tersebut, t = 38,5 s, perubahan konsentrasi Fe2+ yang kita nyatakan
sebagai [Fe2+] adalah [Fe2+] = 0,0010 M 0 = 0,0010 M. Laju rerata
pembentukan Fe2+ di bagi perubahan waktu
Fe 2+
-5
M s -1
Fe 3+
-5
M s -1
1 [ A ] 1 [B] 1 [G] 1 [H ]
laju reaksi = a t = b t = g t = h t
dalam rumus ini, kita mengambil nilai negatif dari laju kehilangan, nilai positif dari laju
pembentukan, dan membagi semua laju dengan koefisien stoikiometrik yang bener dari
persamaan yang setara. Hasilnya adalah kuantitas tunggal bernilai positif yang kita sebut
laju reaksi. Jadi, untuk reaksi (1.1) kita dapat menuliskan
laju reaksi =
Fe 3+
Sn 2+
2
Fe 2+
Sn 4+
Contoh soal
1. Andaikan pada suatu saat tertentu dalam reaksi
A+3B2C+2D
[B] = 0,9986 M dan 13,20 menit berikutnya [B] = 0,9746 M. Berapa laju rerata
reaksi selama periode waktu tersebut, dinyatakan dalam M s -1 ?
Penyelesaian:
Laju hilangnya B adalah perubahan molaritas, [B] dibagi dengan interval waktu
t sewaktu perubahan ini berlangsung, [B] = 0,9746M 0,9986 M = -0,0240 M,
dan t = 13,20 menit, dan
1 [B] 1 0,0240 M
=
x
Laju reaksi =
3 t
3 13,20 menit
Tabel
percobaan
1
2
3
[C2O42-], M
[C2O42-]1 = 0,15
[C2O42-]2 = 0,30
[C2O42-]3 = 0,30
[HgCl2], M
[HgCl2]1 = 0,105
[HgCl2]2 = 0,105
[HgCl2]3 = 0,052
Contoh soal
Menentuka orde reaksi dengan metode laju awal. Gunakan data dari tabel untuk
menetapkan orde reaksi, untuk HgCl2 dan untuk C2O42- dan juga orde keseluruhan
reaksi.
Penyelesaian
Kita perlu menentukan nila m dan n dalam persamaan
Laju reaksi = k[HgCl2]m[C2O42-]n
Dalam membandingkan percobaan 2 dan percobaan 3, perhatikan bahwa pada
dasarnya [HgCl2] berlipat dua (0,105 M = 2 x 0,052 M) sementara [C 2O42-]
dipertahankan konstan (pada 0,30 M). Perhatikan juga bahwa R2 = 2 x R3 (7,1 x
10-5 = 2 x 3,5 x 10 -5). Bukannya menggunakan konsentrasi aktual dan laju dalam
persamaan laju berikut, mari kita menggunakan equivalen simboliknya.
m
n
R2 = k x [HgCl2] 2 x [C2O42-] 2
m
n
R3 = k x [HgCl2] 2 x [C2O42-] 2
n
k x (2 x [HgCl2]3)m x [C2O42-] 3
R2 2 xR3
=
=2=
R3
R3
k x 2 m[ HgCl2] m
2 2
2 [C O ]
2 2 =2
[C O ]
K X [HgC 1 ] m
2
Agar 2m = 2, m =1
Untuk menentukan nilai n, kita dapat membentuk rasio R2/R1. Sekarang,
[C204
2-
n
R2 = k x [HgCl2] x [C2O42-] 2
k x (0,105)1 x (2 x 0,15)n
n
R1 = k x [HgCl2] x [C2O42-] 2
k x (0,105)1 x (0,15)n
k x ( 0,105 ) 1 x 2 x ( 0,15 )
R 7,1 x 105
=
4=
=2
R 1,8 x 10
k x ( 0,105 ) 1 x (0,15)
Agar 2n = 4, n = 2
Ringkasnya,reaksi ini mempunyai orde pertama untuk HgC12 (m = 1), orde
kedua untuk C2042-(n = 2), dan orde ketiga untuk keseluruhan (m + n = 1+ 2 = 3).
Kita membuat pengamatan penting pada Contoh 14-3: Jika reaksi adalah Orde
pertama untuk salah satu reaktan, pelipatduaan konsentrasi awal dari reaktan itu
mengakibatkan laju awal reaksi menjadi berlipat dua. Berikut ini adalah efek umum
pelipatduaan konsentrasi awal dari reaktan tertentu (dengan konsentrasi reaktan lain
dipertahankan konstan).
Orde ke-nol untuk reaktan tidak ada efek pada laju awal reaksi.
Orde pertama untuk rektan laju awal reaktan berlipat dua.
Orde kedua untuk reaktan laju awal reaktan berlipat empat.
Orde ketiga untuk reaktan laju awal reaktan meningkat delapan kali.
Hukum laju:
laju reaksi =
kx
[HgC12] x [C2O42-]2
Satuan:
M min-1
M-2 min-1
M2
produk
(1,2)
Waktu
negatif(Gambar 14-3)
Laju reaksi, yang sama dengan k dan tetap konstan di sepanjang reaksi,
lain yang berguna, yang disebut hokum laju terintegrasi, menyatakan konsentras
ireaktan sebagai fungsi waktu. Persamaan ini dapat ditentukan dengan agak lebih
mudah dari grafik pada gambar. Mari kita mulai dengan persamaan umum untuk
garis lurus
y = mx + b
dan mensubtitusikan y = [A], (konsentrasi A pada waktu t); x = t (waktu); b = [A] 0
(konsentrasi awal A pada waktu t = 0); dan m = -k (m, kemiringan garis lurus,
diperoleh sebagaimana dinyatakan pada keterangan gambar.
[A]t = -kt + [A]0
1
2
O2(g)
5. WAKTU PARUH
Meski pun sampai sekarang kita hanya menggunakan konsentrasi molar
dalam persamaan kinetika, kadang kita dapat bekerja langsung dengan massa
reaktan. Kemungkinan lain adalah bekerja dengan fraksi reaktan yang
terkonsumsi, sebagaimana dilakukan dengan konsep waktu paruh.
Waktu paruh (half-life) reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk
terkonsumsinya setengah reaktan. Ini adalah waktu ketika banyaknya reaktan atau
konsentrasinya menurun menjadi setengah dari nilai awalnya. Artinya, pada t =
t1/2, [A]t =
1
2 [A]0. Pada saat ini, persamaan ini mengambil bentuk
1
[ A]0
[ A]t
1
2
ln [ A ] 0 = ln
= ln 2 = -ln 2 = -k x t1/2
[ A]0
10
t1/2 =
ln 2
k
0,693
k
0,693
k
0,693
2,4 x 104 s1
= 2887,5 s
11
8. TEORI TABRAKAN
Dalam pembahasan kita mengenai teori kinetik-molekl, penekanan kita
adalah pada kelajuan molekul. Aspek lebih lanjut dari teori yang relevan dengan
kinetika kimia adalah frekuensi tabrakan (collision frequency), yaitu banyak nya
tabraka nmolekul per satuan waktu.
Dalam reaksi yang melibatkan gas, frekuensi tabrakan terhitung adalah
pangkat dari 1030 tabrakan per detik. Jika setiap tabrakan yang terjadi
menghasilkan molekul, laju reaksi akan sekitar 106 M s-1, laju yang sangat cepat.
Reaksi fase-gas umumnya berlangsung pada laju yang jauh lebih lambat, mungkin
pangkat dari 10-4 M s-1.
Secara umum, ini harus berarti bahwa hanya sebagian dari tabrakan di
antara molekul-molekul gas yang menghasilkan reaksi kimia. Ini merupakan
kesimpulan yang masuk akal; kita tidak dapat berharap setiap tabrakan
menghasilkan reaksi.
Agar reaksi dapat terjadi setelah ada tabrakan di antara molekul, mesti ada
redistribusi energi yang member icukup energy kedalam ikatan kunci tertentu
untuk memutuskannya. Kita tidak akan berharap dua molekul yang bergerak
lambat membawa energi kinetik yang cukup dalam tabrakannya yang
12
N N O + N O N N O N O
reaktan
kompleks teraktifkan
NN + ONO
produk
Dalam reaktan, tidak ada ikatan antara atom O dari N 2O dan atom N dan
NO. Dalam kompleks teraktifkan, atom O secara parsial terputus dari molekul
N2O dan secara parsial terikat ke molekul NO, sebagaimana dinyatakan oleh
13
Ea
RT
+ ln A
ln k =
k2
k1
Ea
R
( T11 T12 )
14
15
16
Mari kita mulai dengan mekanisme yang tampaknya masuk akal, seperti
mekanisme dua langkah berikut
(1) Lambat:
(2) Cepat:
H2 + ICl HI + HCl
HI + ICl I2 + HCl
dan
17
Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zatzat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi
makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan
terjadinya tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya
reaksi.
2. Sifat zat yang bereaksi
Sifat zat yang mudah atau sukar bereaksi akan menentukan kecepatan
berlangsungnya suatu reaksi. Secara umum dinyatakan bahwa: Reaksi antara
senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya
tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan.
Contoh:
Ca2+(aq)+CO32+(aq)CaCO3(s)
Reaksi ini berlangsung dengan cepat. Reaksi antara senyawa kovalen umumnya
berlangsung lambat. Hal ini disebabkan oleh reaksi yang berlangsung tersebut
membutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat
dalam molekul zat yang bereaksi.
Contoh:
CH4(g) + Cl2(g) -> CH3Cl(g) + HCL(g)
Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi,
misalnya; cahaya matahari.
3. Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan.
Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi
akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama
atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat
mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih
18
besar. Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap
suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS.
4. Katalisator
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi yang
mempunyai tujuan memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat
dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan
kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan
jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat
reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan
dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi
pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Halaman ini menitikberatkan pada perbedaan tipe-tipe katalis (heterogen dan
homogen) beserta dengan contoh-contoh dari tiap tipe, dan penjelasan bagaimana
mereka bekerja. Anda juga akan mendapatkan deskripsi dari satu contoh
autokatalis reaksi dimana hasil produk juga turut mengkatalis.
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri
(lihat pula katalisis). Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai
pereaksi ataupun produk.
Katalis
memungkinkan
reaksi
berlangsung
lebih
cepat
atau
memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi
yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi.
Katalis dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: katalis homogen
dan katalis heterogen.
19
1. Katalis Homogen
Katalis homogen adalah suatu jenis dari katalisis di mana katalis
menempati fase yang sama dengan reaktan
Katalis homogen adalah senyawa yang ada dalam fase yang sama (gas atau
cair) sebagai reaktan, sedangkan katalis heterogen tidak berada dalam fase yang
sama dengan reaktan. Biasanya, katalisis heterogen melibatkan penggunaan
katalis padat ditempatkan dalam campuran reaksi cair.
20
katalisis heterogen, katalis homogen sering tidak bisa kembali ke bentuk awal
ketika reaksi telah berjalan sampai selesai.
Katalis homogen digunakan dalam berbagai aplikasi industri, karena
memungkinkan untuk peningkatan laju reaksi tanpa peningkatan suhu.
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan fase zat
yang bereaksi maupun zat hasil reaksi.
Contoh sederhana katalisis heterogen adalah katalis menyediakan suatu
permukaan dimana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap.
Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sehingga memadai terbentuknya
produk baru. Ikatan antara produk baru dan katalis lebih lemah sehingga akhirnya
terlepas
Mekanisme katalisis heterogen :
1. Difusi molekul-molekul pereaksi menuju permukaan
2. Adsorpsi molekul-molekul pereaksi pada permukaan
3. Reaksi pada permukaan
4. Desorpsi hasil dari permukaan
5. Difusi hasil dari permukaan menuju badan sistem
a. Katalis Pendukung
Katalis heterogen biasanya membutuhkan pendukung (support), karena
pendukung katalis memiliki kekuatan mekanik, tahan panas, mempunyai
21
kerapatan ruah yang optimal, dan kemampuan pelarutan fase aktif. Pendukung
juga meningkatkan luas permukaan, memiliki pori serta ukuran partikel yang
optimal, dan peningkatan fungsi kimiawi seperti perbaikan aktivitas. Pemilihan
pendukung didasarkan pada beberapa hal :
Keinertan
Katalis
Cr2O3-Al2O3
Ni Support
Hidro Cracking
Contoh
22
Contoh reaksi dari C2H2 + 2H2 > C2H6 dengan menggunakan katalis heterogen
Pd/Al2O3 telihat secara sederhana pada gambar
23
24
d. Koenzim
Berupa
molekul
organik
non
protein
kompleks,
seperti
NAD
25
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci et al. 2013. Kimia Dasar Jilid 2 Edisi 9. Erlangga. Jakarta.
Wikipedia. Diakses minggu, 19 April 2015
26