TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUBERKULOSIS
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh basil aerob yang tahan asam, Mycobacterium
tuberculosis atau spesies lain yang dekat seperti M. bovis dan M.
africanum. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat pula
menyerang susunan saraf pusat, sistem limfatik, sistem pernapasan,
sistem genitourinaria, tulang, persendian, bahkan kulit.1
2.1.2 Etiologi
Bakteri utama penyebab penyakit tuberkulosis adalah
Mycobacterium tuberculosis. Berikut ini adalah taksonomi dari M.
tuberculosis:
6
metode ziehl-neelsen maupun tanzil, yang mana tampak sebagai basil
berwarna merah di bawah mikroskop.13
2.1.3 Epidemiologi
TB merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh
dunia akibat penyakit menular, terutama di kawasan Asia dan Afrika.
Sekitar 55% dari seluruh kasus global TB terdapat pada negara-negara di
benua Asia, 31% di benua Afrika, dan sisanya yang dalam proporsi kecil
tersebar di berbagai negara di benua lainnya.2 Secara global, pada tahun
2018 tercatat 10 juta kasus baru TB, dengan interval keraguan 9,0 - 11,1
juta, dan angka kematian berkisar 1,2 juta pada kasus TB dengan HIV
7
negatif dan 251 ribu pada kasus TB dengan HIV positif. Sementara itu,
sejak tahun 2007, Indonesia berada di urutan ketiga penyumbang kasus
tuberkulosis di dunia, dan termasuk ke dalam 30 high-burden countries
dalam penanggulangan TB.1 Tahun 2016 Indonesia sempat menduduki
peringkat kedua untuk kasus TB baru dibawah India. Tahun 2018
Indonesia kembali menduduki urutan ketiga penyumbang kasus TB
dengan angka 8% dibelakang China (9%) dan India (27%).1
8
TOTAL TB INCIDENCE HIV-POSITIVE TB HIV-NEGATIVE TB HIV-POSITIVE TB
INCIDENCE MORTALITY MORTALITYb
BEST UNCERTAINTY BEST UNCERTAINTY BEST UNCERTAINTY BEST UNCERTAINT
POPULATION
ESTIMA INTERVAL ESTIMA INTERVAL ESTIMA INTERVAL ESTIMA Y INTERVAL
TE TE TE TE
9
Tabel 2.1 Epidemiologi Global Tuberculosis versi WHO tahun 2018.3
10
2.1.4 Patofisiologi
11
Terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-21, basil tetap akan
memperbanyak diri sementara sistem imun spesifik belum teraktivasi
dan monosit masih terus bermigrasi ke area infeksi.15
Stadium 3
Terjadi setelah 3 minggu, ditandai oleh permulaan imunitas selular
dan respon Tdth. Makrofag alveolar, yang pada saat itu telah menjadi
limfokin yang diaktivasi oleh limfosit T, menunjukkan peningkatan
kemampuan untuk membunuh basil tuberkel intraselular. Proses ini
menghasilkan kompleks ghon dan nekrosis kaseosa yang dapat
terbentuk.15
Stadium 4
Menunjukkan reaktivasi (sekunder atau post primer) stadium TB. Pada
stadium terakhir ini, basil akan lebih memperbanyak diri secara
ekstraselular. Basil tuberkel akan menyebar ke peredaran darah
secara hematogen. Basil tuberkel biasanya tetap dalam kondisi stabil
sebagai dorman, sepanjang sistem imun penjamu masih intak.
Sekitar 10% individu yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit TB
pada waktu tertentu dalam hidupnya, tetapi risiko ini lebih tinggi pada
individu dengan penyakit defisiensi imun seperti HIV/AIDS, sering
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan usia lanjut. Faktor lainnya
seperti kurang gizi, kemiskinan, individu alkoholik, juga dapat
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit TB.15
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisis, radiologi, dan laboratorium.
a. Anamnesis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-
12
gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut
di atas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. 17
b. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan demam (subfebris), badan
kurus atau berat badan menurun, dan konjungtiva mata atau kulit yang
pucat karena anemia. Pada tuberkulosis paru lanjut dengan fibrosis
yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal.18
c. Pemeriksaan radiologi
Radiografi dada merupakan alat yang penting untuk diagnosis dan
evaluasi tuberkulosis. Akan tetapi, tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Foto toraks penderita TB dapat
memberikan gambaran berupa kompleks Ghon yang membentuk nodul
perifer bersama dengan kelenjar limfe hilus yang mengalami kalsifikasi.
Infiltrasi multinodular pada segmen apikal posterior lobus atas dan
segmen superior lobus bawah merupakan lesi yang paling khas pada
tuberkulosis paru.17,18
d. Pemeriksaan laboratorium:
Tes tuberkulin/PPD yang paling sering digunakan adalah tes
Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purifed
Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 TU (intermediate
strength).18
Pada pemeriksaan darah saat tuberkulosis baru mulai (aktif)
ditemukan jumlah leukosit sedikit meninggi, limfosit dibawah normal,
dan peningkatan laju endap darah.18
Pada pemeriksaan sputum, kriteria sputum BTA (Bakteri Tahan
Asam) positif adalah bila ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang
13
kuman BTA pada satu sediaan. Semua suspek TB diperiksa 3
spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu
(SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama.17,18
Pemeriksaan biakan sangat berperan dalam mengidentifikasi
M.tuberkulosis pada penanggulangan TB khususnya untuk
mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap
OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan
identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat
dimanfaatkan dalam beberapa situasi: 1) Pasien TB yang masuk tipe
pasien kronis, 2) Pasien TB ekstra paru dan pasien TB anak, dan 3)
Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan
ganda.17
Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat mendeteksi DNA
bakteri tuberkulosis dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi
bakteri yang tidak tumbuh pada sediaan biakan.18
14
Secara singkat, alur diagnosis TB paru dapat digambarkan pada
skema 2.1 berikut ini.
2.1.6 Terapi
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. 17,19 Jenis, sifat, dan
dosis OAT lini-1 dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.
15
Tabel 2.2 Jenis dan sifat obat anti tuberkulosis (OAT) dan dosis yang
direkomendasikan sesuai dengan berat badan17
16
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:17
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. Paduan OAT ini diberikan untuk
pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto
toraks positif, atau pasien TB ekstra paru.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Paduan OAT ini
diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya,
yakni pasien yang kambuh, pasien gagal OAT, dan pasien dengan
pengobatan setelah putus berobat (default).
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE).
Kategori Anak: 2HRZ/4HR.
Terdapat beberapa tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya, yaitu:15
Baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT < 4 minggu.
Kambuh (Relaps): penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
Putus berobat (Default): penderita yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
Gagal (Failure): penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.
Kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
17
2.2 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU
yakni:13-17
rendah.
18
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan prinsip.
telah ada.
19
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
dihadapkan.
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
sikap.
yakni faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal terdiri dari
21
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
individu.19
faktor yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku
terwujud dalam
22
petugas lain yang merupakan kelompok referensi perilaku
masyarakat.
tersebut.
23
Teori WHO
berperilaku yakni:13,14
sikap.
Sumber daya yang tersedia. Adanya sumber daya seperti fasilitas, uang, waktu,
tenaga kerja akan mempengaruhi terjadinya perilaku
maupun negatif.
maupun negatif.
24
25
26
23
24