Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUBERKULOSIS

2.1.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh basil aerob yang tahan asam, Mycobacterium
tuberculosis atau spesies lain yang dekat seperti M. bovis dan M.
africanum. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat pula
menyerang susunan saraf pusat, sistem limfatik, sistem pernapasan,
sistem genitourinaria, tulang, persendian, bahkan kulit.1

2.1.2 Etiologi
Bakteri utama penyebab penyakit tuberkulosis adalah
Mycobacterium tuberculosis. Berikut ini adalah taksonomi dari M.
tuberculosis:

Sumber: National Center for Biotechnology Information (NCBI)12


M. tuberculosis berbentuk basil atau batang ramping lurus yang
berukuran kira-kira 0,2-0,4 x 2-10 µm, dan termasuk gram positif. Pada
medium kultur, koloni bakteri ini berbentuk kokus dan filamen. Identifikasi
terhadap bakteri ini dapat dilakukan melalui pewarnaan tahan asam

6
metode ziehl-neelsen maupun tanzil, yang mana tampak sebagai basil
berwarna merah di bawah mikroskop.13

Gambar 2.1 Basil tuberkel (merah) di bawah mikroskop dengan


pewarnaan tahan asam13

Pada umumnya, genus mycobacterium kaya akan lipid, mencakup


asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfatida.
Lipid dalam batas-batas tertentu bertanggung jawab terhadap sifat tahan-
asam bakteri. Selain lipid, mycobacterium juga mengandung beberapa
protein yang dapat memicu reaksi tuberkulin, dan mengandung berbagai
polisakarida.13
Mycobacterium tidak menghasilkan toksin, tetapi termasuk
organisme yang virulen sehingga bila masuk dan menetap dalam jaringan
tubuh manusia dapat menimbulkan penyakit. Bakteri ini terutama akan
tinggal secara intrasel dalam monosit, sel retikuloendotelial, dan sel-sel
raksasa.13

2.1.3 Epidemiologi
TB merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh
dunia akibat penyakit menular, terutama di kawasan Asia dan Afrika.
Sekitar 55% dari seluruh kasus global TB terdapat pada negara-negara di
benua Asia, 31% di benua Afrika, dan sisanya yang dalam proporsi kecil
tersebar di berbagai negara di benua lainnya.2 Secara global, pada tahun
2018 tercatat 10 juta kasus baru TB, dengan interval keraguan 9,0 - 11,1
juta, dan angka kematian berkisar 1,2 juta pada kasus TB dengan HIV

7
negatif dan 251 ribu pada kasus TB dengan HIV positif. Sementara itu,
sejak tahun 2007, Indonesia berada di urutan ketiga penyumbang kasus
tuberkulosis di dunia, dan termasuk ke dalam 30 high-burden countries
dalam penanggulangan TB.1 Tahun 2016 Indonesia sempat menduduki
peringkat kedua untuk kasus TB baru dibawah India. Tahun 2018
Indonesia kembali menduduki urutan ketiga penyumbang kasus TB
dengan angka 8% dibelakang China (9%) dan India (27%).1

Gambar 2.2 Insiden dan Prevalensi kasus TB Tahun 2016 di Negara-


negara yang termasuk sebagai 30 high-burden countries2

8
TOTAL TB INCIDENCE HIV-POSITIVE TB HIV-NEGATIVE TB HIV-POSITIVE TB
INCIDENCE MORTALITY MORTALITYb
BEST UNCERTAINTY BEST UNCERTAINTY BEST UNCERTAINTY BEST UNCERTAINT
POPULATION
ESTIMA INTERVAL ESTIMA INTERVAL ESTIMA INTERVAL ESTIMA Y INTERVAL
TE TE TE TE

Angola 31 000 109 71–156 11 6.8–15 19 11–28 3.7 2.4–5.3


Bangladesh 161 000 357 260–469 0.73 0.36–1.2 47 30–67 0.19 0.094–
0.32
Brazil 209 000 95 81–110 11 9.3–13 4.8 4.6–5.0 1.9 1.4–2.4
Cambodia 16 000 49 27–77 1.1 0.59–1.7 3.0 1.9–4.3 0.38 0.21–0.60
Central African Republic 5 000 25 16–36 6.6 4.2–9.4 4.8 2.8–7.3 3.1 2.0 –4.5
China 1 430 866 740–1 000 18 9.8–28 37 34–41 2.4 1.2–4.0
000
Congo 5 000 20 12–28 5.7 2.9–9.4 3.0 1.7–4.6 2.3 1.2–3.8
DPR Korea 26 000 131 114–149 0.22 0.12– 20 14–27 0.068 0.035–
0.36 0.11
DR Congo 84 000 270 175–385 31 9.4–65 43 25–65 10 3.2–22
Ethiopia 109 000 165 116–223 7.6 5.3–10 24 15–36 2.2 1.5–3.0
Indiac 1 350 2 690 1 840–3 92 63–126 440 408–472 9.7 5.7–15
000 700
Indonesia 268 000 845 770–923 21 8.9–38 93 87–99 5.3 2.1–9.8
Kenya 51 000 150 92–222 40 25–60 19 11–30 13 8.1–20
Lesothod 2 000 13 8.3–18 8.4 5.4–12 0.95 0.56–1.4 3.3 2.1–4.7
Liberia 5 000 15 9.6–21 2.6 1.7–3.7 2.7 1.6–4.1 1.0 0.67–1.5
d
Mozambique 29 000 162 105–232 58 38–83 21 13–32 22 14–31
Myanmar 54 000 181 119–256 15 10–22 21 12–31 3.7 2.5–5.2
Namibia 2 000 13 9.2–17 4.5 3.2–5.9 1.6 1.0–2.3 1.5 1.1–2.1
Nigeria 196 000 429 280–609 53 34–75 125 73–192 32 20–47
Pakistan 212 000 562 399–754 3.8 2.5–5.4 43 35–52 1.3 0.83–1.8
Papua New Guinea 9 000 37 30–45 2.7 2.2–3.3 4.5 3.0–6.2 0.25 0.10–0.45
Philippines 107 000 591 332–924 10 4.1–19 26 22–30 0.60 <0.01–
4.2
Russian Federation 146 000 79 51–112 16 10–22 9.2 8.3–10 1.3 0.57–2.2
Sierra Leone 8 000 23 15–33 2.9 1.9–4.2 2.6 1.5–3.9 0.70 0.44–1.0
South Africad 58 000 301 215–400 177 127–235 21 20–23 42 30–57
Thailand 69 000 106 81–136 11 8.2–14 9.2 6.9–12 2.3 1.7–3.0
UR Tanzania 56 000 142 67–245 40 19–69 22 10–40 16 7.8–27
Viet Nam 96 000 174 111–251 6.0 3.8–8.6 11 6.7–15 2.2 1.4–3.2
Zambia 17 000 60 39–86 36 23–51 4.8 2.9–7.3 13 8.3–19
Zimbabwe 14 000 30 22–39 19 14–24 1.1 0.69–1.7 3.5 2.4–4.8
High TB burden countries 4 830 000 8 690 7 670–9 770 709 626–797 1 080 1 010–1 201 175–229
170
Africa 1 060 2 450 2 190–2 615 539–697 397 331–468 211 184–
000 730 239
The Americas 1 000 000 289 268–310 29 27–31 17 16–19 5.9 5.2–6.6
Eastern Mediterranean 704 000 810 639–1 000 6.9 5.3–8.8 77 66–89 2.2 1.6–2.8
Europe 927 000 259 225–296 30 23–37 23 22–24 4.4 3.3–5.6
South-East Asia 1 980 4 370 3 480–5 140 107–178 637 598–677 21 16–28
000 370
Western Pacific 1 920 1 840 1 520–2 41 30–54 90 83–98 6.5 4.9–8.4
000 180
GLOBAL 7 600 000 10 000 8 990–11 862 776–952 1 240 1 160–1 251 224–280
100 320

9
Tabel 2.1 Epidemiologi Global Tuberculosis versi WHO tahun 2018.3

Kasus konfirmasi TB berdasarkan umur di Amerika Serikat


menunjukkan bahwa tingkat insidensi kasus TB lebih tinggi pada mereka
yang berumur di atas 65 tahun, sebagaimana yang ditunjukkan pada
grafik 2.1.14

Grafik 2.1 Grafik kasus tuberkulosis berdasarkan kelompok usia di


Amerika Serikat.

Sementara di Eropa, sekitar 80% orang yang terinfeksi TB ternyata


berumur di atas 50 tahun. Peningkatan insiden TB pada orang yang
berusia lanjut juga terjadi di daerah lain di dunia, seperti di kawasan Asia
Tenggara. Di Indonesia, angka insidensi TB secara perlahan bergerak ke
arah kelompok usia lanjut (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun
saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64
tahun.. Di Kabupaten Jember, per triwulan 3 tahun 2019 telah
terkonfirmasi sebanyak 3124 kasus TB paru.15,16,17

10
2.1.4 Patofisiologi

Gambar 2.3 Skema Patogenesis Tuberkulosis Paru16

Terdapat 4 stadium infeksi TB saat mikroba tersebut mulai masuk ke


dalam alveolus.
 Stadium 1
Makrofag akan memfagosit basil tuberkel dan membawanya ke
kelenjar limfe regional (hilus dan mediastinum). Basil ini kemudian
akan berkembang biak, dihambat atau dihancurkan, tergantung tingkat
virulensi organisme dan pertahanan alamiah dalam hal ini
kemampuan mikrobisidal makrofag. Makrofag yang terinfeksi
mengeluarkan komplemen C5a, yang memanggil monosit ke area
infeksi. Makrofag yang mengandung basil yang bermultiplikasi dapat
mati dan memanggil lebih banyak monosit.15
 Stadium 2

11
Terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-21, basil tetap akan
memperbanyak diri sementara sistem imun spesifik belum teraktivasi
dan monosit masih terus bermigrasi ke area infeksi.15
 Stadium 3
Terjadi setelah 3 minggu, ditandai oleh permulaan imunitas selular
dan respon Tdth. Makrofag alveolar, yang pada saat itu telah menjadi
limfokin yang diaktivasi oleh limfosit T, menunjukkan peningkatan
kemampuan untuk membunuh basil tuberkel intraselular. Proses ini
menghasilkan kompleks ghon dan nekrosis kaseosa yang dapat
terbentuk.15
 Stadium 4
Menunjukkan reaktivasi (sekunder atau post primer) stadium TB. Pada
stadium terakhir ini, basil akan lebih memperbanyak diri secara
ekstraselular. Basil tuberkel akan menyebar ke peredaran darah
secara hematogen. Basil tuberkel biasanya tetap dalam kondisi stabil
sebagai dorman, sepanjang sistem imun penjamu masih intak.
Sekitar 10% individu yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit TB
pada waktu tertentu dalam hidupnya, tetapi risiko ini lebih tinggi pada
individu dengan penyakit defisiensi imun seperti HIV/AIDS, sering
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan usia lanjut. Faktor lainnya
seperti kurang gizi, kemiskinan, individu alkoholik, juga dapat
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit TB.15

2.1.5 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisis, radiologi, dan laboratorium.
a. Anamnesis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-

12
gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut
di atas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. 17
b. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan demam (subfebris), badan
kurus atau berat badan menurun, dan konjungtiva mata atau kulit yang
pucat karena anemia. Pada tuberkulosis paru lanjut dengan fibrosis
yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal.18
c. Pemeriksaan radiologi
Radiografi dada merupakan alat yang penting untuk diagnosis dan
evaluasi tuberkulosis. Akan tetapi, tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Foto toraks penderita TB dapat
memberikan gambaran berupa kompleks Ghon yang membentuk nodul
perifer bersama dengan kelenjar limfe hilus yang mengalami kalsifikasi.
Infiltrasi multinodular pada segmen apikal posterior lobus atas dan
segmen superior lobus bawah merupakan lesi yang paling khas pada
tuberkulosis paru.17,18
d. Pemeriksaan laboratorium:
 Tes tuberkulin/PPD yang paling sering digunakan adalah tes
Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purifed
Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 TU (intermediate
strength).18
 Pada pemeriksaan darah saat tuberkulosis baru mulai (aktif)
ditemukan jumlah leukosit sedikit meninggi, limfosit dibawah normal,
dan peningkatan laju endap darah.18
 Pada pemeriksaan sputum, kriteria sputum BTA (Bakteri Tahan
Asam) positif adalah bila ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang

13
kuman BTA pada satu sediaan. Semua suspek TB diperiksa 3
spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu
(SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama.17,18
 Pemeriksaan biakan sangat berperan dalam mengidentifikasi
M.tuberkulosis pada penanggulangan TB khususnya untuk
mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap
OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan
identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat
dimanfaatkan dalam beberapa situasi: 1) Pasien TB yang masuk tipe
pasien kronis, 2) Pasien TB ekstra paru dan pasien TB anak, dan 3)
Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan
ganda.17
 Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat mendeteksi DNA
bakteri tuberkulosis dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi
bakteri yang tidak tumbuh pada sediaan biakan.18

14
Secara singkat, alur diagnosis TB paru dapat digambarkan pada
skema 2.1 berikut ini.

Skema 2.1 Alur Diagnosis TB Paru17

2.1.6 Terapi
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. 17,19 Jenis, sifat, dan
dosis OAT lini-1 dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.

15
Tabel 2.2 Jenis dan sifat obat anti tuberkulosis (OAT) dan dosis yang
direkomendasikan sesuai dengan berat badan17

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai


berikut:17
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan, dan OAT tidak dapat digunakan secara tunggal
(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi
obat.Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan
penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.17

16
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:17
 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. Paduan OAT ini diberikan untuk
pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto
toraks positif, atau pasien TB ekstra paru.
 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Paduan OAT ini
diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya,
yakni pasien yang kambuh, pasien gagal OAT, dan pasien dengan
pengobatan setelah putus berobat (default).
 Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE).
 Kategori Anak: 2HRZ/4HR.
Terdapat beberapa tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya, yaitu:15
 Baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT < 4 minggu.
 Kambuh (Relaps): penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
 Putus berobat (Default): penderita yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
 Gagal (Failure): penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.
 Kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.

17
2.2 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

2.2.1 Definisi pengetahuan, sikap, dan perilaku

Benyamin Bloom membagi perilaku manusia menjadi 3

domain sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan

3 ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam

perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasi pendidikan kesehatan yakni pengetahuan,

sikap, dan praktik/tindakan.14

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terbentuk

setelah seseorang melakukan pengeinderaan terhadap suatu

obyek tertentu. Terdapat beberapa tingkatan dari pengetahuan

yakni:13-17

1) Tahu. Tahu diartikan hanya sebagai memanggil memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

2) Memahami. Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

18
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

sebenarnya. Aplikasi dalam dilakukan dalam beberapa

hal seperti penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

dan prinsip.

4) Analisis. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponen- komponen yang terdapat

dalam suatu masalah. Salah satu tanda seseorang

sudah mencapai tahap ini adalah orang tersebut mampu

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, atau

membuat diagram terhadap suatu obyek.

5) Sintesis. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara

lebih sederhana, sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

telah ada.

6) Evaluasi. Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap obyek tertentu. Penilaian

tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau yang telah ada sebelumnya.

19
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan menurut

Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sehingga berdasarkan pengertian diatas, sikap bersifat tertutup dan

merupakan predisposisi perilaku seseorang terhadap suatu stimulus.


13,16 Terdapat beberapa tingkatan sikap yakni:13-17

1) Menerima. Menerima diartikan bahwa seorang mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

2) Menanggapi. Menanggapi diartikan apabila seseorang

memberikan jawaban atau tanggapan terhadap obyek yang

dihadapkan.

3) Menghargai. Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap suatu objek seperti mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab. Seseorang pada tingkatan ini harus berani

mengambil resiko apabila ada orang lain yang mencemooh

ataupun resiko lainnya.

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

dari luar.13 Menurut Skinner, perilaku adalah respon atau reaksi

seseorang terhadap suatu rangsangan dari luar. Berdasarkan bentuk


20
respons terhadap stimulus, perilaku dapat dibagi menjadi dua yakni:
13-17

1) Perilaku tertutup (covert behavior). Perilaku tertutup terjadi

apabila respon dari suatu stimulus belum dapat diamati oleh

orang lain secara jelas. Respon seseorang terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus tersebut. Bentuk

covert behavior yang dapat diamati adalah pengetahuan dan

sikap.

2) Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku terbuka terjadi

apabila respon terhadap suatu stimulus dapat diamati oleh

orang lain. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam suatu tindakan atau praktik yang dapat dengan mudah

diamati oleh orang lain.

Tidak semua tindakan terwujud dalam sebuah tindakan. Hal ini

karena untuk terwujudnya suatu tindakan diperlukan beberapa faktor-

faktor seperti adanya fasilitas, sarana, dan prasarana.14

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan


perilaku

Menurut Notoadmojo, pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor

yakni faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal terdiri dari

pendidikan, minat, pengalaman, dan usia. Sedangkan faktor eksternal

terdiri dari ekonomi, kebudayaan, dan kebudayaan. 18 Menurut Azwar,

sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman pribadi,

21
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

lembaga pendidikan dan agama, serta faktor emosi dalam diri

individu.19

Adapun perilaku, terdapat banyak teori yang menjelaskan faktor

yang mempengaruhi perilaku. Didalam bidang perilaku kesehatan,

terdapat 3 teori yang menjadi acuan didalam penelitian mengenai

kesehatan di masyarakat yakni teori Lawrence Green, teori Snehandu

B. Karr, dan teori WHO.

Teori Lawrence Green

Menurut teori ini, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua

faktor yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku

dipengaruhi oleh 3 hal yakni:13,14

1) Faktor-faktor predisposisi, yakni faktor-faktor yang

mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini

terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, norma

sosial, budaya, dan faktor sosiodeografi.

2) Faktor-faktor pendukung, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi

suatu perilaku. Yang termasuk kedalam faktor pendukung

adalah sarana dan prasarana kesehatan.

3) Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong

atau memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

22
petugas lain yang merupakan kelompok referensi perilaku

masyarakat.

Teori Snehandu B. Karr

Menurut teori ini, terdapat lima determinan perilaku yakni:

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan

atau perawatan kesehatannya.

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya. Didalam

kehidupan bermasyarakat, perilaku seseorang cenderung

memerlukan dukungan dari masyarakat sekitarnya. Apabila

suatu perilaku tidak didukung oleh masyarakat sekitar, maka

orang tersebut akan merasa tidak nyaman terhadap perilakunya

tersebut.

3) Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan. Seseorang akan cenderung mengikuti suatu

tindakan apabila ia mempunyai penjelasan yang lengkap

tentang tindakan yang akan dilakukannya tersebut

4) Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil

tindakan atau keputusan.

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak

bertindak. Hal ini disebabkan untuk melakukan suatu tindakan

apapun, diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi

dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang

tersedia maupun kemampuan yang ada.

23
Teori WHO

Menurut teori WHO, terdapat 4 determinan mengapa seseorang

berperilaku yakni:13,14

1) Pemikiran dan perasaan. Hasil pemikiran dan perasaan

seseorang atau dapat disebut pula pertimbangan pribadi

terhadap obyek kesehatan merupakan langkah awal seseorang

untuk berperilaku. Pemikiran dan perasaan dapat dipengaruhi

oleh beberapa hal seperti pengetahuan, kepercayaan, dan

sikap.

2) Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai.

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh orang yang

dianggap penting oleh dirinya seperti tokoh masyarakat.

Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang dilakukan atau

dikatakannya akan cenderung untuk diikuti.

Sumber daya yang tersedia. Adanya sumber daya seperti fasilitas, uang, waktu,
tenaga kerja akan mempengaruhi terjadinya perilaku

seseorang atau masyarakat. Pengaruh ini dapat bersifat positif

maupun negatif.

3) Kebudayaan, kebiasaan, nilai, maupun tradisi yang ada di


masyarakat.
seseorang atau masyarakat. Pengaruh ini dapat bersifat positif

maupun negatif.

24
25
26
23
24

Anda mungkin juga menyukai

  • Buku Pneumonia COVID 19 - PDPI 2020 PDF
    Buku Pneumonia COVID 19 - PDPI 2020 PDF
    Dokumen67 halaman
    Buku Pneumonia COVID 19 - PDPI 2020 PDF
    amdita
    100% (3)
  • Kuesioner TB
    Kuesioner TB
    Dokumen8 halaman
    Kuesioner TB
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • 11 Nonalcoholic
    11 Nonalcoholic
    Dokumen21 halaman
    11 Nonalcoholic
    indah
    Belum ada peringkat
  • Masker
    Masker
    Dokumen26 halaman
    Masker
    Astri Anggreini
    Belum ada peringkat
  • Diare Mencret
    Diare Mencret
    Dokumen21 halaman
    Diare Mencret
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen14 halaman
    Bab Iii
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • BAB I Minipro 1
    BAB I Minipro 1
    Dokumen5 halaman
    BAB I Minipro 1
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • BAB I Minipro 1
    BAB I Minipro 1
    Dokumen5 halaman
    BAB I Minipro 1
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Lapsus
    Lapsus
    Dokumen31 halaman
    Lapsus
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Traktus Urinarius
    Anatomi Traktus Urinarius
    Dokumen18 halaman
    Anatomi Traktus Urinarius
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Pencernaan Manusia
    Fisiologi Pencernaan Manusia
    Dokumen29 halaman
    Fisiologi Pencernaan Manusia
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • ONDANSETRON
    ONDANSETRON
    Dokumen12 halaman
    ONDANSETRON
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen38 halaman
    Anak
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Etika Biomedik Kondar
    Etika Biomedik Kondar
    Dokumen6 halaman
    Etika Biomedik Kondar
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • AMINOGLIKOSIDA
    AMINOGLIKOSIDA
    Dokumen10 halaman
    AMINOGLIKOSIDA
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Leaflet GABEY
    Leaflet GABEY
    Dokumen2 halaman
    Leaflet GABEY
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat
  • Pembuatan Gel
    Pembuatan Gel
    Dokumen6 halaman
    Pembuatan Gel
    Gabriel Riadhy Tanok
    Belum ada peringkat