PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Kesalahan Pengobatan (Medication Error)
2. Mengetahui Cara Pencegahan Kesalahan Pengobatan (Medication Error)
3. Mengetahui Salah Satu Contoh Kasus Kesalahan Peresepan Dan Kesalahan
Peracikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Pembakuan Penulisan Resep
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 resep adalah permintaan tertulis dari seorang
dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk
menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien.
Persyaratan administrasi yang harus dimiliki resep menurut Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, meliputi:
Nama, SIP, dan alamat dokter
Tanggal penulisan resep
Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
Nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta
Cara pemakaian yang jelas
Informasi lainnya
Inscriptio terdiri dari nama, alamat, dan nomor izin praktek (SIP) dokter,
tanggal penulisan resep. Apoteker hanya dapat menyerahkan narkotika
berdasakan resep yang ditulis oleh dokter yang berpraktek di provinsi
yang sama dengan apoteker tersebut,kecuali resep tersebut telah
mendapat persetujuan dari dinas kesehatan kabupaten/ kota tempat
apotek akan melayani resep tersebut (BPOM, 2018). Format inscriptio
suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik
pribadi.
Invocatio merupakan tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan
resep. Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya ambilah atau berikanlah. Berfungsi sebagai kata pembuka
komunikasi antara dokter penulis resep dengan apoteker di apotek.
Prescriptio/ordonatio terdiri dari nama obat yang diinginkan,
bentuk sediaan obat, dosis obat, dan jumlah obat yang diminta.
Signatura merupakan petunjuk penggunaan obat bagi pasien yang terdiri
dari tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
4
pemberian. Penulisan signatura harus jelas untuk keamanan penggunaan
obat dan keberhasilan terapi
Subscriptio merupakan tanda tangan/paraf dokter penulis resep yang
berperan sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
Pro (diperuntukkan) terdiri dari nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan
berat badan pasien (Amalia, 2014)
2. Peresepan Elektronik
Sistem peresepan elektronik (e-prescribing) adalah suatu sistem peresepan
dengan menggunakan perangkat lunak yang didesain untuk mempermudah
dalam pelayanan peresepan obat mulai dari tahap prescribing (penulisan resep),
tahap transcribing (pembacaan resep untuk proses dispensing), tahap
dispensing (penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas), tahap
administration (proses penggunaan obat) dan proses monitoring.
Penggunaan e-prescribing dapat menggantikan resep manual, resep
yang dicetak dengan komputer dan computer faxed prescription.. E-prescribing
mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan peresepan manual, di
5
antaranya dapat mencegah terjadinya risiko salah membaca resep, dapat
memberikan dosis obat yang tepat, input data lebih cepat, lebih hemat dalam
penggunaan kertas dan lebih praktis. Pada peresepan manual, tulisan dokter
terkadang tidak terbaca sehingga dapat menyebabkan kesalahan, penulisan
resep seringkali harus diulang, dalam proses pemesanan, pencatatan dilakukan
secara manual dan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan e-
prescribing.
6
laboratorium. Pada tahap ini dokter juga berhak merubah dosis jika
dianggap perlu dilakukan.
7
Obat disimpan pada tempat yang jelas perbedaannya, terpisah atau diantarai
dengan satu item/obat lain.
Beri label dengan tulisan obat yang jelas pada setiap kotak penyimpanan
obat dan menampilkan kandungan aktif dari obat tersebut dan berikan label
penanda obat dengan kewaspadaan tinggi atau lasa.
Obat lasa di berikan stiker warna berbeda (contoh : warna biru) dengan
tulisan obat lasa (contoh : hitam) dan ditempelkan pada kotak obat
Jika obat lasa nama sama yang memiliki kekuatan berbeda, maka masing-
masing obat tersebut diberi warna yang berbeda dengan menggunakan
stiker.
Jika obat lasa nama sama tetapi hanya ada 2 yang kuatan berbeda maka,
perlakuanya sama seperti obat lasa nama sama dengan 3 kekuatan berbeda.
Tenaga farmasi harus membaca resep yang mengandung obat lasa dengan
cermat dan jika tidak jelas harus dikonfirmasi kembali kepada penulis resep.
Tenaga farmasi harus menyiapkan obat sesuai dengan yang tertulis pada
resep.
Sebelum menyerahkan obat pada pasien, tenaga farmasi disarakan mengeck
ulang atau membaca kembali kebenaran resep dengan obat yang akan
diserahkan.
Etiket obat harus dilengkapi dengan tanggal resep (Rusli, 2018)
2.3 Kasus Kesalahan Pengobatan
2.3.1 Kasalahan Peresepan
1. kasus : Salah Tulis Resep Dokter Mendaptkan Sanki
Dinas kesehatan kabupaten bone, sulawesi selatan dipastikan akan
menjathkan sanksi untuk DW, seorang dokter puskesmas biru, kelurahan
biru, kecamatan tane riatttang , kabupaten bone, sulawesi selatan karena
melakukan kesalahan penulisan resep.
kesalahan fatal tersebut mengakibatkan, seorang warga sakura
mengalami kebutaan, setelah mengoleskan obat mata dari dokter DW. kepala
dinas kesehatan kabupaten bone, andi alimuddin menuturkan kasus ini murni
kecerobohan dokter yang bersangkutan hingga mengakibatkan kesalahan
fatal dalam pengobatan kepda pasien.
8
kesalahan ini terjadi pada resep karena penulisannya tidak lengkap hanya
menuliskan kata salep saja tidak menrincikan menulis salep mata atau salep
kulit. sehingga, hasilnya dokterdikenakan sanksi (Kompas, 2017)
2. Pencegahan Kasus
pada kasus ini tergolong kesalahan kelalaialan dokter dalam menuliskan
prescritio dan signature Cara pencegahan kasus ini berkaitan dengan harus
dilakukannya proses pembakuan penulisan resep. Hal-hal kecil harus
diperhatikan sebaik mungkin sehingga tidak terjadi kesalahan pada
penulisan resep maupun tidak terjadi kesalahan pada proses peracikan obat
2.3.2 kesalaan peracikan/ penyiapan
1. kasus : Kesalahan Pemberian Obat Anestesi
Kasus kesalahan pemberian obat anestesi seperti di Rumah Sakit Siloam
Karawaci, Tangerang, ternyata pernah terjadi di luar negeri. Obat anestesi
bunavest spinal berisi bupivacaine dalam ampul, diduga tertukar dengan
asam tranexamic yang merupakan obat pembekuan darah.
Kasus ini juga terjadi pada wanita yang melahirkan dengan cara sesar.
Akibat kesalahan obat anestesi, maka wanita 21 tahun yang mengandung
bayi kembar, akhirnya harus menghembuskan napas terakhir.
Dirilis dalam situs Jurnal Anesthesia Patient Safety Foundation (APSF)
2010, pasien dengan kehamilan kembar 37 minggu, datang ke instalasi gawat
darurat rumah sakit karena alami pendarahan vagina tanpa rasa sakit, yang
dimulai enam jam sebelum kedatangan.
Dokter anestesi memutuskan untuk memberi anestesi spinal dan
meminta teknisi untuk memberinya 1,5% bupivacaine. Teknisi di ruang
operasi mengambil ampul dari kotak dan memberikannya kepada ahli
anestesi. Anestesi disuntikkan ke sistem saraf pusat pasien setelah
konfirmasi cerebrospinal fluid (CSF).
Sekitar tiga menit setelah injeksi obat, pasien mulai uring-uringan dan
mengeluh sakit dari pinggang ke ekstremitas bawah (tungkai). Pasien
menjadi tidak tenang dan mengeluh pusing. Akibatnya, anestesi umum
diberikan untuk mengatasi perdarahan vagina dan distres pada janin.
Bayi kembar pasien berhasil dikeluarkan, namun ibunya kurang beruntung.
Sang pasien mengalami kejang-kejang yang konsisten dan parah di kakinya,
dan detak jantung yang abnormal. Setelah berkonsultasi dengan ahli saraf,
9
reaksi fatal akibat penggunaan anestesi spinal diteliti ahli dari Kermanshah
University of Medical Sciences.
“Setelah pengkajian ulang terhadap kontainer obat yang digunakan,
kami menemukan ampul asam tranexamic kosong, bukannya ampul
bupivacaine. Asam tranexamic bukanlah obat rutin di ruang operasi kami,
tapi itu baru saja digunakan untuk mengontrol pasien bukan kandungan yang
mengalami pendarahan beberapa minggu lalu,” tulis mereka, seperti dikutip
pada Rabu (18/2/2015).
Ketika ampul bupivacaine dibandingkan dengan ampul asam
tranexamic, ditemukan bahwa keduanya memiliki volume atau ukuran,
warna, bentuk, dan huruf pada label yang sama ( Lifestyle, 2015)
2. cara pencegahan
Pada kasus merupakan kesalahan pemberian obat lasa/ norum dan
Menggunakan metode lasa mempermudah proses pengambilan obat tanpa
ada kesalahan. Dalam hal ini tidak terjadi kesalahan seperti obat tertukar
karena kemasan yang hampir sama
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesalahan pengobatan (medication error) adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebenarnya dapat
dicegah. Medication error dapat terjadi pada proses pengobatan yaitu : Prescribing
(Peresepan), Transcribing (Penerjemahan Rese), Dispensing (Penyiapan) dan
admistrasion.
Cara pencegahan terjadinya kesalahan pengobatan pada tahan peresepan yaitu
dilakukan penulisan resep baku, peresepan secara eletronik (e-prescrebing), dan Clinical
Decision Support System . selanjutnya, cara pencegahan terjadinya kesalahan pengobatan
pada tahan peracikan yaitu Bar Code Technology, kesalahan pemberian obat lasa dicegah
dengan metode lasa dan kesalahan informasi di cegah dengan penambahan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, 2014. Rational Drug Prescription Writing . Juke, Volume 4, Nomor 7, di download 23
november 2019
11
Aronson JK. 2009. Medication errors : definitions and classification. Br J Clin
Pharmacol.6(67):599–604. di download 22 november 2019.
Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia, 2018. Peraturan Pengawasan Obat
Dan Makanan No 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan, Pengelolahan Obat, Bahan
Obat. Narkotika , Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Kefarmasian. Jakarta
Cohen, MR. 1999. Medication error. Amarican pharmacist Acociation, Wangsington DC.
Dictio, 2017. Cara Mencegah Kesalahan Pelayanan Obat Atau Medication Error . Diakses 28
November 2019
Ibrahim, 2014. Sistem Pendukung Keputusan Klinis Untuk Mengefisienkan Diagnosa Penyakit
Kejiwaan Menggunakan Case Based Reasoning.Jurnal Sarjana Teknik Informatika
Volume 2 Nomor 2. di downoad 23 november 2019
Rusli, 2018. Bahan Ajar Farmasi Klinik. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
Sari, 2017, Peresepan Obat Rasional dalam Mencegah Kejadian Medication Error. Jurnal
Medula Vol 7 No 5. di downoad 23 november 2019
Ulfah, 2017. Review artikel: medication errors pada tahap prescribing, transcribing,
dispensing dan administering farmaka suplemen volume 15 nomor 2. di downoad 23
november 2019
12