Anda di halaman 1dari 14

SUPPOSITORIA

KELOMPOK IV
PENGERTIAN SUPPOSITORIA

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai


bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal,
vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. (FI ed.IV hal 16)

Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk


bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang
5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air
atau yang dapat bercampur dalam air, seperti
polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SUPPOSITORIA
1. Faktor fisiologis
Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH
7,2 dan kapasitas daparnya rendah. Epitel
rektum keadaannya berlipoid (berlemak), maka
diutamakan permeable terhadap obat yang tidak
terionisasi (obat yang mudah larut dalam lemak).
2. Faktor fisika-kimia dari obat dan basis
 Kelarutan obat
 Kadar obat dalam basis
 Ukuran partikel
 Basis Suppositoria
BASIS SUPPOSITORIA

Menurut Farmakope Indonesia IV, basis


suppositoria yang umum digunakan adalah lemak
coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG)
dengan berbagai bobot molekul dan ester asam
lemak polietilen glikol. Basis suppositoria yang
digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan
zat terapeutik (FI IV,hlm.16).
Yang perlu diperhatikan untuk
basis suppositoria adalah

 Asal dan komposisi kimia


 Jarak lebur/leleh
 Solid-Fat Index (SFI)
 Bilangan hidroksil
 Titik pemadatan
 Bilangan penyabunan (saponifikasi)
 Bilangan iodida
 Bilangan air (jumlah air yang dapat
diserap dalam 100 g lemak)
 Bilangan asam
Tipe basis suppositoria berdasarkan
karakteristik fisik yaitu

a. Basis suppositoria yang meleleh (Basis berlemak)


Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai,
terdiri dari oleum cacao, dan macam-macam asam lemak
yang dihidrogenasi dari minyak nabati seperti minyak palem
dan minyak biji kapas.
b. Basis suppositoria larut air dan basis yang bercampur
dengan air
Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin
tergliserinasi dan basis polietilen glikol. Basis gelatin
tergliserinasi terlalu lunak untuk dimasukkan dalam rektal
sehingga hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra
c. Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik
sehingga dapat digunakan tanpa penambahan zat tambahan
lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan basis
lain. Basis ini dapat digunakan untuk memformulasi obat
yang larut air dan larut lemak.
KLASIFIKASI BASIS SUPPOSITORIA

• Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao


(lemak coklat)
• Bahan dasar yang dapat bercampur
atau larut dalam air : gliserin-
gelatin, polietilenglikol (PEG)
• Bahan dasar lain : Pembentuk
emulsi A/M.misalnya campuran
Tween 61 85 % dengan gliserin
laurat 15 %
PREPARASI SUPPOSITORIA
• Pembuatan dengan cara kompresi.
Dalam pembuatan dengan cara kompresi dalam cetakan, basis
supositoria dan bahan lainnya dalam formula dicampur/diaduk
dengan baik, pergeseran pada proses tersebut menjadikan
supositoria lembek seperti kentalnya pasta.
• Kalibrasi cetakan
Penting bagi ahli farmasi untuk mengkalibrasi setiap cetakan
supositoria untuk basis yang biasanya digunakan supaya mereka
siap untuk membuat supositoria yang mengandung obat, untuk
setiap jumlah obat yang tepat ukurannya.
• Menggulung dan membentuk dengan tangan
Pengolahan suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasi
sekarang sudah jarang di lakukan. Namun demikian melinting dan
membentuk suppositoria dengan tangan merupakan bagian dari
seni.
PENGUJIAN SUPPOSITORIA
• Appearance (penampilan)
Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat di
dalam basis suppositoria. Penampakan permukaan serta
warna dapat digunakan untuk mengevaluasi ketidakadaan:
 Celah
 Lubang
 Eksudasi
 Pengembangan lemak
 Migrasi senyawa aktif
• Keragaman Bobot
Keragaman bobot juga merupakan bagian dari uji
keseragaman sediaan, dilakukan bila sediaan mengandung
zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih
dari bobot sediaan.
• Waktu Hancur / Disintegrasi
Uji ini perlu dilakukan terhadap suppositoria kecuali
suppositoria yang ditujukan untuk pelepasan
termodifikasi atau kerja lokal diperlama.
• Ketegaran / Kehancuran Suppositoria
Tes ini menentukan ketegaran suppositoria di bawah
kondisi tertentu terhadap pemecahan suppositoria
dan ovula yang diukur dengan menggunakan sejumlah
tertentu massa atau beban untuk
menghancurkannya. Tes ini didasarkan untuk suppo
dan ovula berbasis lemak. Uji ini tidak sesuai untuk
sediaan yang memiliki bahan pembantu hidrofilik,
seperti campuran gelatin-gliserol.
• Berhubungan dengan Pelelehan Suppositoria
 Kisaran Leleh
 Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh
makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran
waktu yang diperlukan suppositoria untuk
meleleh sempurna bila dicelupkan ke dalam
penangas air dengan temperatur tetap (37 oC)
 Uji Pencairan atau Uji Melunak dari
Suppositoria Rektal
 Uji ini mengukur waktu yang diperlukan
suppositoria rektal untuk mencair dalam alat
yang disesuaikan dengan kondisi in vivo.
• Uji Kerapuhan
Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji
elastisitas. Supositoria dipotong horizontal.
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek
maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar
meleleh.
• Keseragaman Kandungan
Diambil tidak kurang 30 suppo lalu ditetapkan
kadar 10 satuan satu per satu. Kecuali
dinyatakan lain, persyaratannya adalah kadar
dalam rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera
pada etiket dam simpangan baku relatif kurang
dari atau sama dengan 6,0%.
MEDIKASI RUTE VAGINAL

• Flagil suppositoria
• vagistin suppositoria
• albotil suppositoria
• mistatin suppositoria
• Tri costatin suppositoria
• Neoginoksa suppositoria

Anda mungkin juga menyukai