Anda di halaman 1dari 5

SCIENTIFIC MEETING

Tipe materi/artikel : Jurnal keperawatan


Informasi Sitasi
Pengarang : Reinhard Yosua Lontoh
Judul : Hubungan Antara Pengatahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Demam
Berdaah Dengue (DBD) di Kelurahan Malayang 2 Lingkungan 3
Publikasi : International Journal Pharmacon Ilmiah Farmasi
Tahun : 2016 Volume : 2 No : 1 Halaman : 2302 - 2493
Tipe Studi : Riset
Desain Studi : survey analitik dengan cross sectional
Metode Pengumpulan Data : Literatur review
Latar Belakang Penelitian
DBD merupakan permasalahan utama dunia karena 2,5 sampai 3 milyar orang beresiko terserang
penyakit ini. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Manila (Filipina) pada tahun 1953 (Hasyim,
2013). Penyakit ini telah mewabah diseluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu
perkiraan terakhir menunjukkan 390 juta jiwa di 128 negara berada pada resiko terinfeksi DBD
pertahun. Tahun 2010, hampir 2,4 juta kasus yang dilaporkan (WHO, 2015).
Perilaku masyarakat sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran
terhadap bahaya DBD. Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku,
pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan / usaha untuk
menyidik terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2012), sehingga pembahasan disini pengetahuan
dalam konteks kemampuan pengendalian demam berdarah tidak bisa lepas dari proses
terbentuknya tindakan (Bahtiar, 2012).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat langsung, tetapi diartikan lebih dulu dari
perilaku tertutup. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau dalam kondisi yang memungkinkan yaitu fasilitas (Notoatmojo, 2012).
Tindakan merupakan suatu bentuk praktek nyata yang memerlukan faktor pendukung atau
fasilitas sebelum melaksanakan sesuatu, atau disebut perbuatan nyata (Notoatmojo, 2012).
Salah satu faktor masih tingginya kasus demam berdarah ini adalah kurangnya pengetahuan dan
sikap masyarakat sehingga berdampak pada tindakan masyarakat dalam pencegahan DBD.
DBD masih banyak terjadi di Indonesia, termasuk di Kota Manado. peneliti mendapatkan data
dari Puskesmas Minanga yaitu terjadi peningkatan kasus DBD di Kelurahan Malalayang 2, yaitu
pada tahun 2014 terdapat 5 kasus DBD, dan pada tahun 2015 terdapat 9 kasus kejadian DBD dan
diantaranya terdapat 1 kematian di Lingkungan III, (Anonimus, 2015. c).
Tujuan penelitian/pertanyaan penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan
pencegahan DBD.
Populasi
a. Metode Sampling (Tidak ada)
b. Kriteria Inklusi (Tidak ada)
c. Kriteria Eksklusi (Tidak ada)
d. Jumlah responden = 70 responden
e. Lokasi penelitian = The Institute for Rehabilitation and Research, Houston, TX 77073, USA
Profesi (Bidang yang diteliti).
Pemberian Asuhan Keperawatan Ischemic Versus Hemorrhagic Strokes
Metode penelitian yang digunakan
a. metode survei yang bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional study
Hasil
Produktivitas Preinjury Penerimaan Pelepasan
1. Perkerjaan yang 123 (71,5%) 6 (3,5%) 39 (22,7%)
kompetitif
2. Perkerjaan yang 7 (4,1%) 9 (5,2%) 22 (12,8%)
di modifikasi
3. Sekolah 3 (1,7%) 1 (0,6%) 6 (3,5%)
4. Pembuat rumah 4 (2,3%) 5 (2,9%) 11 (6,4%)
5. Perkerjaan 5 (2,9%) 2 (1,2%) 18 (10,5%)
sukarela
6. Kenyamanan 19 (11,0%) 24 (14,0%) 48 (27,9%)
7. Non produktif 7 (4,1%) 125 (72,7%) 25 (14,5%)
Produktivitas Preinjury Penerimaan Pelepasan
1. Perkerjaan yang 96 (85,7%) 10 (8,9%) 26 (1,09%)
kompetitif
2. Perkerjaan yang 1 (0,9%) 1 (0.9%) 8 (7,1%)
di modifikasi
3. Sekolah 1 (0,9%) 0 (0,0%) 2 (1,8%)
4. Pembuat rumah 2 (1,8%) 1 (0,9%) 4 (3,6%)
5. Perkerjaan 2 (1,8%) 1 (0,0%) 12 (10,7%)
sukarela
6. Kenyamanan 0 (5,4%) 13 (11,6%) 29 (25,9%)
7. Non produktif 3 (2,7%) 87 (77,7%) 29 (25,9%)

Pembahasan
Secara keseluruhan, meskipun patofisiologi kondisi inisangat berbeda, kedua kelompok
menunjukkan fungsi yang serupa level di ketiga domain MPAI-4 baik di admis-sion dan debit.
Kedua kelompok menunjukkan peningkatan berfungsi selama rehabilitasi, berkembang dari
ringan batasan sedang hingga batas ringan di seluruh domain. Kedua kelompok menunjukkan
tingkat keuntungan fungsional yang serupa dari pengobatan (masuk ke debit). Ini
menunjukkan bahwa keduanya Jenis CVA mendapat manfaat yang sama dari panjang dan
jenis yang sama rehabilitasi.tingkat pendidikan yang tinggi. Satu studi menemukan level yang
lebih rendah pendidikan mempengaruhi ketergantungan fungsional pada iskemik penderita
stroke [32]. Karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikannya dalam sampel ini sebagian
mungkin positif dan mungkin memengaruhi hasil kelompok secara berbeda. Dalam beberapa
penelitian, usia ditemukan menjadi prediktor hasil fungsional setelah rehabilitasi, khususnya
yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari [22, 33]. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, kedua individu yang menopang ICH dan CI CVA mungkin dipamerkan lebih
baik hasil karena usia yang lebih muda pada saat stroke. Juga peserta dalam penelitian ini
terdiri dari beragam kelompok etnis. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa Kaukasia
non-
Pasien hispanik menunjukkan penerimaan postakut yang lebih tinggi dan
peringkat status fungsional debit dibandingkan dengan pasien
pada kelompok minoritas, terutama dengan usia yang lebih tua [34]. Simi
Larly, dalam penelitian lain, pasien Afrika-Amerika tercapai
perbaikan kurang fungsional saat keluar dari rawat inap
fasilitas rehabilitasi [35]. Sampel etnis yang beragam di Indonesia
penelitian ini mungkin telah membuatnya sulit untuk diungkap kebenarannya
perbedaan fungsional di antara para peserta. Penelitian di masa depan harus memanfaatkan
ukuran hasil tambahan
yang pasti dan langkah-langkah yang lebih beragam saat membandingkan populasi ini
ulations. Akan sangat membantu untuk membandingkan populasi dari
masuk awal ke unit rawat inap dengan peringkat tiga
bulan setelah keluar dari fasilitas rehabilitasi postacute
agar lebih baik membandingkan kemampuan fungsional lintas waktu dan
lamanya rehabilitasi. Mungkin bermanfaat untuk membandingkan
CVA dan kemampuan fungsional pascaprehabilitasi, khususnya
di bidang fungsi psikososial dan komunitas
partisipasi untuk memperhitungkan kemungkinan kemampuan fungsional yang lebih rendah.
Akan sangat membantu untuk membandingkan mereka yang menjalani lebih awal
versus keterlambatan masuk dalam hasil fungsional antara
kelompok dengan CI dan ICH. Studi masa depan harus sesuai dengan usia,
pendidikan, etnis, dan keparahan stroke. Demikian pula halnya
penting untuk mereplikasi penelitian ini dengan lebih heterogen
sampel untuk mengeksplorasi sejauh mana temuan ini serupa
dalam populasi individu yang lebih luas dengan CVA. Akhirnya,
peneliti masa depan harus memeriksa sistem dukungan sosial di Indonesia
untuk menentukan dampak dukungan sosial terhadap fungsional
hasil pada peserta.
Mengenai implikasi klinis, hasil ini menunjukkan bahwa
kedua kelompok mendapat manfaat dari jenis, panjang, dan frekuensi yang sama.
tingkat rehabilitasi. Karena penurunan nilai residual setelah
tiga bulan rehabilitasi, direkomendasikan itu
perawatan diperpanjang untuk beberapa bulan lagi, baik di RSUP
tingkat postacute atau rawat jalan.
Simpulan
Strok, atau cerebrovascular accident (CVA), merupakan hilangnya fungsi-fungsi otak dengan
cepat, karena gangguan suplai darah ke otak. Hal ini dapat terjadi karena iskemia (berkurangnya
aliran darah) dikarenakan oleh penyumbatan (thrombosis, arterial embolism), atau adanya
haemorrhage (pendarahan).[1] Stroke iskemik yang biasanya disebabkan oleh diabetes menjadi
mayoritas pada penderita stroke dan bisa mencapai 85 persen, sedangkan stroke pendarahan
hanya 15 persen, tetapi stroke pendarahan dapat menyebabkan kematian pada 40 persen
pasiennya. Yang perlu diperhatikan juga adalah stroke iskemik ringan yang gejalanya mirip
stroke, tetapi akan hilang dengan sendirinya dalam 24 jam (transient ischemic attacks (TIA))

Kelebihan dan Kekurangan Penelitian


a. Kelebihan Penelitian
1) Peneliti mampu memaparkan dengan jelas latar belakang dan tujuan dari penelitian
2) Peneliti mampu memaparkan dengan jelas proses yang harus dilakukan untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemorrhagic
3) Peneliti mampu memberikan penjelasan tentang pencegahan stroke hemorrhagic
4) Peneliti menjelaskan implikasi jurnal dalam pengetahuan stroke hemorrhagic dan mampu
memberikan kesimpulan dari hasil penelitiannya.
b. Kekurangan Penelitian
1) Peneliti tidak menjelaskan apa dampak negatif apabila tidak dilakukan pencegahan
dengan baik.
Berikan pendapatmu tentang hasil penelitian ini
Menurut saya penelitian ini dapat dipraktekkan saat praktik di RS karena melihat kasus stroke
hemorrhagic sudah banyak terjadi di Indonesia dan merupakan kematian terbanyak. Tidak hanya
menyerang kelompok usia 55-64 tahun. Orang relatif muda pun rentan stroke presentasi 1,7 orang
dari 1000 orang

Anda mungkin juga menyukai