Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

HIV-AIDS

Nama : Gina Dwi Anggraini


Ners Poltekkes Kemenkes Bengkulu

A. Manajemen Nutrisi HIV


Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan
sebagian sudah masuk dalam kategori wasting syndrome, yaitu suatu keadaan di mana
pasien kehilangan berat badan > 10% atau mempunyai indeks massa tubuh <20kg/m2
sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan >5% dalam waktu enam bulan
dan kondisi ini bertahan selama satu tahun. Infeksi HIV mempunyai implikasi
bermakna terhadap status nutrisi odha. Infeksi HIV di antaranya menyebabkan
ketidakmampuan mengabsorpsi zat gizi dan makanan, perubahan metabolisme, serta
berkurangnya asupan makanan akibat gejala-gejala yang terkait HIV. Sebaliknya,
nutrisi yang buruk meningkatkan kerentanan dan derajat berat infeksi oportunistik.
Nutrisi yang buruk juga akan mengurangi efikasi mengobatan dan kepatuhan minum
obat, dan dapat mempercepat progresivitas penyakit.
Karena orang dengan HIV/AIDS sering mengalami masalah nutrisi, maka
sebaiknya mereka tidak berpantang makanan apapun, kecuali memang sangat
diperlukan. Bahkan untuk odha yang mengalami malnutrisi, apalagi wasting syndrome,
diberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein: susu, telur, daging, ikan, sangat
dianjurkan. Sebaiknya odha tidak perlu terlalu takut kelebihan kalori apalagi protein,
karena odha sangat memerlukannya. Sebuah studi pada 871 odha perempuan
melaporkan bahwa odha yang memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi akan lebih
lambat mengalami kadar CD4 di bawah 200 sel/mm3—salah satu kriteria AIDS—
dibandingkan odha dengan indeks massa tubuh yang lebih rendah. Selain itu, indeks
massa tubuh yang tinggi atau kenaikan indeks massa tubuh selama perjalanan penyakit,
ternyata berkaitan dengan lambatnya progresivitas HIV.
Untuk diketahui, rasa makanan sangat dipengaruhi oleh kadar lemak. Akibatnya
jika pasien demikian juga odha yang mulai minum antiretroviral sebaiknya tidak
pantang lemak. Kalau pasien hanya makan sedikit dan kebutuhan nutrisi tidak
tercukupi, efek samping obat akan lebih berat dan kondisinya bisa semakin menurun.
Karena itu pasien seperti ini justru memerlukan diet tinggi lemak dan tinggi protein.
Namun sebaiknya hindari lemak untuk sementara waktu jika ada diare, karena justru
akan memperberat masalah.
Saat ini untuk meningkatkan nafsu makan memang sudah tersedia beberapa
jenis obat, misalnya siproheptadin. Namun obat ini tak banyak menolong pada odha.
Berbeda halnya dengan obat megestrol acetat, dipasarkan dengan nama Tracetat atau
Megace sirup atau tablet yang cepat sekali meningkatkan nafsu makan dan membuat
pasien merasa lebih nyaman dan membuat banyak pasien merasa lebih nyaman dan
merasa lebih enak. Perlu diketahui bahwa obat tersebut hanya mempertahankan, dan
tidak menambah, massa otot. Cara lain untuk menyiasati nafsu makan yang rendah atau
mual adalah dengan menerapkan prinsip small-frequent feeding. Artinya jadwal makan
pasien diberikan dalam 5 sampai 6 kali, tapi dalam porsi yang lebih kecil. Cara ini,
meski mungkin sedikit merepotkan, juga mestinya bisa diterapkan di rumah sakit.
Karena odha seringkali mengalami defisiensi mikronutrien seperti vitamin B12,
asam folat, tiamin, seng, selenium, kalsium, magnesium, serta vitamin yang larut dalam
lemak, terutama vitamin A dan D, maka dapat diberikan suplemen untuk mengatasi
kekurangan zat gizi yang terjadi. Sebagai penutup, olahraga aman dilakukan oleh odha
dan banyak manfaatnya. Latihan beban merupakan metode yang dapat secara langsung
meningkatkan massa otot. Untuk odha yang mengalami wasting syndrome, olahraga
dapat meningkatkan massa tubuh dan berat badan secara keseluruhan jika
dikombinasikan dengan asupan makanan yang adekuat.
B. Jenis- Jenis Infeksi Overtinitik

Tidak hanya pengidap HIV saja yang bisa terkena infeksi oportunistik ini.
Pasalnya, hampir semua penyakit dapat berkembang menjadi infeksi oportunistik
ketika sistem kekebalan tubuh lemah. Terdapat dua jenis infeksi oportunistik (IO),
yakni IO sistemik yang memengaruhi seluruh tubuh, dan IO lokal yang cenderung
hanya memengaruhi bagian tubuh. Berikut adalah beberapa penyakit infeksi
oportunistik umum yang kerap terjadi, di antaranya:

 Candidiasis
Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
jamur Candida yang bisa muncul di bagian tubuh mana saja. Infeksi ini
merupakan infeksi oportunistik yang umum terlihat pada pasien HIV dengan
jumlah CD4 antara 200 hingga 500 sel/mm3. Gejala yang paling jelas adalah
bintik-bintik putih di lidah atau tenggorokan. Candidiasis dapat diobati dengan
resep obat antijamur. Untuk mencegah terkena candidiasis, jagalah kebersihan
mulut dan gunakan obat kumur yang mengandung klorheksidin (antiseptik)
yang dapat mencegah infeksi ini. Tidak hanya di mulut atau tenggorokan saja,
infeksi ini juga bisa menyerang bagian vagina Anda.
 Infeksi Pneumonia
Infeksi pneumonia adalah infeksi oportunistik yang paling serius bagi
pengidap HIV. Infeksi pneumonia yang biasa terjadi pada penderita HIV adalah
Pneumocystis pneumonia (PCP) dan merupakan penyebab utama kematian di
antara pasien HIV. Namun ternyata, penyakit ini dapat diobati dengan
antibiotik. Adapun gejalanya seperti batuk, demam, dan kesulitan bernapas.
 Kanker serviks invasif
Ini adalah kanker yang dimulai di dalam leher rahim, yang kemudian
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kondisi kanker ini bisa dikurangi
kemungkinan terjadinya dengan melakukan pemeriksaan serviks rutin di dokter.
 Kriptokokosis
Crypto neoformans (crypto) merupakan jamur biasa ditemukan di tanah
dan bila terhirup dapat menyebabkan meningitis, yakni peradangan serius pada
selaput pelindung yang mengelilingi otak dan saraf tulang belakang.
 Herpes simpleks
Yakni virus yang dapat menyebabkan luka yang buruk di sekitar mulut
dan alat kelamin Anda. Infeksi ini biasa menular lewat hubungan seksual atau
ditularkan ibu pada proses kelahiran. Selain di mulut dan kelamin, infeksi ini
juga dapat terjadi pada saluran napas.
 Toksoplasmosis (tokso)
Adalah sebuah parasit yang dapat menyebabkan ensefalitis (radang
otak), serta pandangan kabur dan juga kerusakan mata. Parasit ini ditularkan
melalui hewan peliharaan seperti kucing, tikus, maupun burung. Selain itu,
tokso juga bisa ditemukan pada daging merah dan meskipun jarang dapat
ditemukan pada daging unggas.
 Tuberkulosis
Infeksi bakteri TBC yang biasa dikenal karena menyerang paru-paru
Anda ini dapat juga menyerang organ lain dan menyebabkan meningitis.

Anda mungkin juga menyukai