Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karantina

Karantina merupakan tindakan cegah tangkal dan menyebarnya media pembawa,


organisme pengganggu tanaman karantina, hama penyakit hewan karantina, hama penyakit
ikan karantina, dan hama penyakit tumbuhan karantina ke dalam dan antarwilayah Indonesia.
Tujuannya adalah untuk mencegah penularan hama penyakit tersebut, baik kepada manusia,
hewan, ikan, dan tumbuhan. Ada tiga macan karantina, yaitu:

a) Karantina untuk manusia, di mana karantina ini bertujuan melindungi


masyarakat Indonesia dari hama dan penyakit yang belum ada atau sudah ada
di wilayah Indonesia. Oleh sebab itu tindakan pencegahan dan mitigasi menjadi
materi penting dalam penyelengaraan karantina.
b) Karantina untuk hewan, di mana karantina ini bertujuan mencegah masuk dan
tersebarnya media pembawa dan HPHK ke dalam wilayah Indonesia
berdasarkan standar dan peraturan perundangan yang berlaku.
c) Karantina untuk tumbuhan, di mana karantina ini bertujuan mencegah masuk
dan tersebarnya media pembawa, HPTK, dan OPTK ke dalam wilayah
Indonesia berdasarkan standar dan peraturan perundangan yang berlaku.

2.2 Karantina Hewan

Karantina Hewan adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan dari luar negeri dan dari suatu
area lain di dalam negeri atau keluarnya hama dan penyakit hewan dari dalam wilayah Negara
Republik Indonesia. Upaya itu dilakukan melalui tindakan-tindakan karantina terhadap hewan
dan produk hewan berupa tindakan 8P yaitu : pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan.

2.3 Penyakit Zoonosis

Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan secara alamiah di antara hewan
vertebrata dan manusia. Peternakan di Indonesia rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk
zoonosis. Dengan demikian, zoonosis merupakan ancaman baru bagi kesehatan manusia.
Berkembangnya zoonosis dalam beberapa tahun terakhir menjadi tanda bertambahnya
ancaman penyakit yang mematikan bagi manusia yang ditularkan oleh hewan. Sampai saat ini,
terdapat tidak kurang dari 300 penyakit hewan yang dapat menulari manusia. Dalam 20 tahun
terakhir, 75% penyakit baru pada manusia terjadi akibat perpindahan patogen dari hewan ke
manusia atau bersifat zoonotik, dan dari 1.415 mikroorganisme patogen pada manusia, 61,6%
bersumber dari hewan (Widodo 2008).

Zoonosis dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui beberapa cara, yaitu kontak
langsung dengan hewan pengidap zoonosis dan kontak tidak langsung melalui vektor atau
mengonsumsi pangan yang berasal dari ternak sakit, atau melalui aerosol di udara ketika
seseorang berada pada lingkungan yang tercemar (Suharsono 2002; Nicholas dan Smith 2003).
Penyakit yang diderita ternak selama pemeliharaan dapat menular ke manusia melalui
konsumsi bahan pangan asal ternak tersebut. Berbagai penyakit ternak saat ini sedang
berjangkit di beberapa daerah di Indonesia.

Berdasarkan hewan penularnya, zoonosis dibedakan menjadi zoonosis yang berasal


dari satwa liar, zoonosis dari hewan yang tidak dipelihara tetapi ada di sekitar rumah, seperti
tikus yang dapat menularkan leptospirosis, dan zoonosis dari hewan yang dipelihara manusia.
Wabah zoonosis banyak menelan korban jiwa, seperti di Malaysia. Lebih dari 80 orang
meninggal dunia diduga akibat penyakit yang berasal dari babi, yang ditandai dengan
peradangan otak (ensefalitis) yang ditularkan oleh nyamuk. WHO juga mencatat terdapat 310
kasus avian influenza (AI) atau flu burung dengan 189 kematian pada manusia. Wabah flu babi
juga telah melanda Amerika Serikat dan Meksiko dengan korban meninggal di Meksiko 68
orang, 20 orang positif flu babi, dan 1.004 orang dinyatakan terinfeksi (Wahyudi 2009).

2.4 Kerugian Sosial Ekonomi

Secara umum kerugian sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat penyakit zoonosis
sangat berdampak terhadap perekonomian suatu daerah yang tertular atau terjadi wabah.
Bentuk kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit zoonosis adalah sebagai berikut :

a) Kerugian pada saat wabah.


b) Biaya penanggulangan penyakit, pengobatan ternak dan manusia yang sakit, kematian
ternak bahkan menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, turunnya pendapatan
peternak.
c) Kerugian pengendalian pasca wabah.
d) Biaya rehabilitasi lingkungan, biaya produksi yang menjadi tinggi, menurunnya
investasi pada budidaya peternakan, kredit macet, pengangguran dan ekspor peternakan
yang ditolak di luar negeri.
e) Kerugian akibat pemulihan public awareness.
f) Adanya ketakutan masyarakat untuk mengkonsumsi hasil peternakan menyebabkan
kerugian bagi industri peternakan baik dari hilir maupun hulu, adanya penurunan
wisatawan pada daerah terjadi wabah menyebabkan kerugian industri pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, A.Y. 2008. Strategi menghadapi abad zoonosis.http://id.wikepedia.org/wki/ zoonosis


[21 April 2009].

Khairiyah. 2011. Zoonosis dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian, 30(3).

Suharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta. 180 hlm.

Wahyudi, S.D.R.H. 2009. Apa itu flu babi. Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia
Veterinarian Community.www.blogdokter.net/ 2009/06/27 [28 April 2009].

Baraniah, Muchtar A. ___.Peran Karantina Hewan Dalam Mencegah Dan Menangkal Penyakit
Zoonosis. Pusat Karantina Hewan.

[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2004. Rencana Strategik Pembangunan Badan


Karantina Pertanian 2005 – 2009. Jakarta : Badan Karantina Pertanian. [

Pkh] Pusat Karantina Hewan. 2002. Rencana Strategis Dan Kebijakan Teknis Karantina
Hewan. Jakarta : Pusat Karantina Hewan.

[Pkh] Pusat Karantina Hewan. 2003. Buku Saku Peraturan Perundang-Undangan Karantina
Hewan. Jakarta : Pusat Karantina Hewan.

Anda mungkin juga menyukai