Anda di halaman 1dari 7

Perawatan Endodontik Regeneratif dengan Perforasi Resorbsi Akar Internal

Reviewer

Amanda Tysa Amalia S1, Eka Aprianti1, Puspaningdyah P1, Ridhofar A1, Pratiwi Nur W 2
1
Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
2
Bagian Konservasi Gigi, Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
Email: puspaningdyah22@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Internal root resorption (IRR) merupakan kondisi kehilangan intraradikuler denti dan tubulus dentinalis sepanjang bagian media
hingga bagian apikal dari dinding kanal pulpa sebagai hasil aktivitas di dalam saluran akar yang bersifat progresif. IRR yang tidak dilakukan
perawatan akan berkembang menjadi resorbsi akar eksternal dan fraktur akar. Laporan Kasus: Seorang wanita usia 14 tahun mengeluhkan
adanya nyeri dengan skala sedang pada gigi 22. Pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa gigi sensitif terhadap ketukan dan memiliki respon
negatif terhadap tes elektrik. Perawatan yang dilakukan dengan perawatan regeneratif edondontik (RET) mengunakan medikamen CH dengan
pembedahan edondontik. Pembahasan: Gambaran klinis IRR antara lain adanya kemerahan disekitar gigi, tes vitalitas negatif, dan perkusi
positif. Penegakan diagnosis IRR dilakukan pemeriksaan radiografi yaitu dengan menunjukkan adanya pembesaran radiolusen berbentuk bulat
hingga oval pada ruang pulpa. Perawatan IRR terdiri dari terapi non bedah dan bedah. Kesimpulan: Pada kasus ini, pasien menjalani prosedur
perawatan regeneratif endodontik dengan pemberian pasta kalsium hidroksida sebagai medikamen intrakanal. Penggunaan kalsium hidroksida
sangat tepat dilakukan sebagai medikamen intrakanal karena memiliki sifat desinfeksi yang baik.
Kata Kunci: Internal Resorbsi Root, Perawatan Endodontik Regeneratif, Kalsium Hidroksida

Pendahuluan kerusakan berlanjut melibatkan sementum dan


Internal Root Resorption (IRR) adalah kondisi mengekspos dentin yang mendasari invasi bakteri dari
kehilangan intraradikuler dentin dan tubulus dentinalis s saluran akar ke permukaan akar eksternal. Hal terebut
epanjang bagian media hingga bagian apikal dari dindin merupakan kondisi resorpsi akar progresif dan akhirnya
g kanal pulpa sebagai hasil aktivitas klastik di dalam sul mengakibatkan fraktur gigi atau bahkan kehilangan
uran akar yang bersifat progresif1. Pasien dengan IRR gigi7. Tujuan penulisan paper ini adalah untuk
memiliki gejala yang bersifat asimptomatik dengan pulp menentukan perawatan yang tepat pada kasus IRR.
a yang nonvital2.
Etiologi dari IRR sebenarnya tidak diketahui n Laporan Kasus
amun diprediksi antara lain dikarenakan oleh adanya tr Seorang pasien wanita usia 14 tahun
auma injuri, infeksi pada saluran akar, dan kesalahan p mengeluhkan adanya nyeri dengan skala sedang
erawatan ortodonsi. Internal Root Resorption juga dapa terkait dengan gigi seri lateral kiri rahang atasnya.
t disebabkan oleh tindakan pulp capping dan pulpotomi. Pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa gigi tersebut
Internal Root Resorption terjadi sekitar 2.16% dari sem sedikit sensitif terhadap ketukan dan memiliki respon
ua kasus endodonti dengan 0.86% pada are koronal, 0. negatif terhadap tes elektrik pulpa. Kedalaman dan
44% pada area akar, dan 0.86% dikedua area. Internal mobilitas probing periodontal berada dalam batas
Root Resorption memiliki angka kejadian paling banyak normal. Pada radiografi periapikal, daerah resorpsi di
pada gigi insisivus dan gigi molar mandibula 1,3. Gambar 1/3 tengah gigi 22. Diagnosis awal periodontitis apikal
an radiologi IRR memiliki area radiolusen berbentuk simptomatik dan resorpsi akar internal. Untuk
lingkaran dengan batas diffuse yang merupakan peleba memperoleh informasi lebih lanjut tentang lokasi dan
ran pada ruang kanal yang merupakan tanda resorpsi batas area resorpsi dilakukan pemeriksaan radiografi
internal. Bagian mahkota gigi biasanya memiliki gambar Cone Bean Computed Tomography (CBCT) dari gigi
an pink karena adanya proliferasi kapiler karena inflam tersebut diperoleh dengan menggunakan pengaturan
asi pulpa4,5. standar waktu pemaparan 10,8 detik, 70kV dan 10mA.
Internal Root Resorption yang tidak diobati Crossection CBCT aksial, sagital dan koronal
dapat bekembang menjadi resorpsi akar eksternal atau (ketebalan 76 μm) mengkonfirmasi adanya area
fraktur gigi6. Hal tersebut dapat terjadi karena terjadinya resorpsi berat yang telah melubangi permukaan akar
(Gambar 1b, c, d).

Gambar 1. Radiografi periapikal preoperatif


1
Permukaan bukal dan palatal gigi diserap dan proses menunjukkan gejala (Gambar 2a), isian sementara
resorptif telah menginvasi plat kortikal tulang bukal. dibuang dan saluran akar diirigasi menggunakan 1%
Permukaan mesial gigi juga terinfeksi dan hanya sisi NaOCl, 17% EDTA dan air suling. Pendarahan dalam
akar distal dideteksi menggunakan alat ukur perangkat ruang kanal dicapai dengan menempatkan K-file
lunak (CS 3D Imaging Software versi 3.1.9; Carestream ukuran 20 (Mani, Inc, Tochigi Ken, Jepang) ke dalam
Dental LLC, Atlanta GA, USA), area resorpsi ditetapkan jaringan periapikal. Mineral Agregate Trioxide (MTA)
sebagai berikut 4,6 x 4,5 x 3,8 mm. (Dentsply, Tulsa Dental, Tulsa, OK, USA) diletakkan di
Perawatannya yaitu dengan melakukan atas gumpalan darah. MTA ditutup dengan cotton pelet
Regenerative Endodontic Treatment (RET) kapas basah untuk memberikan kelembaban dan
menggunakan medikamen kalsium hidroksida dengan rongga akses ditutup dengan semen ionomer kaca.
pembedahan endodontik yang dianggap sebagai Dua hari kemudian, semen ionomer kaca dikeluarkan
pengobatan lebih lanjut jika terjadi prognosis tidak dan gigi dipulihkan dengan resin komposit (Clearfil
terduga dari daerah IRR yang berlubang. Pasien dan Majesty Esthetic, Kuraray Medical, Okayama, Jepang)
orang tuanya mendapat informasi lengkap tentang (Gambar 2b).
prosedur perawatan dan pemeriksaan tindak lanjut, dan Pada enam bulan dan dua tahun gigi
formulir persetujuan tertulis diberikan sebelum prosedur asimptomatik, dan merespon negatif terhadap uji termal
perawatan dimulai. Selanjutnya dilakukan anestesi lokal dan pulpa listrik. Radiograf periapikal menunjukkan
dan mempersiapkan akses ke rongga mulut. Prosedur pembentukan jaringan keras di daerah resorpsi yang
pembentukan saluran akar dilakukan dalam dua tahap berlubang dan remodeling permukaan akar (Gambar
dalam pertemuan yang sama. Pada tahap awal, 2c, d). Pada dua tahun selanjutnya dilakukan
panjang kerja ditentukan pada tingkat batas koronal pemeriksaan radiografi CBCT pada gigi tersebut
dari daerah resorpsi menggunakan pelacak lokasi diambil dari bagian aksial, koronal dan sagital
elektronik (Propex II, DentsplyMaillefer, Ballaigues, menunjukkan penyembuhan pada bukal dan palatal
Swiss) dan radiografi periapikal. Saluran akar gigi, peningkatan ketebalan dinding saluran akar, dan
dipersiapkan menggunakan K-file (Mani, Inc, Tochigi penyembuhan yang signifikan dari lesi periradikular
Ken, Jepang) hingga ukuran 80. Pada tahap kedua, terdeteksi (Gambar 2 e-g).
akses ke bagian apikal dari saluran akar dijangkau
dengan menggunakan K-file ukuran 15 melewati luar
daerah resorpsi, dan panjang kerja ditetapkan 1 mm
lebih pendek dari puncak radiografi. Persiapan saluran
akar dilakukan pada panjang tersebut hingga K-file
ukuran 45. Selama prosedur pembentukan saluran
akar, saluran akar diirigasi dengan menggunakan 1%
natrium hipoklorit (NaOCl, Merck, Darmstadt, Jerman)
dan air suling dengan menggunakan jarum irigasi sisi-
ventilasi (Probe Irigasi KerrHawe; KerrHawe SA,
Bioggio, Swiss). Pada akhir instrumentasi, saluran akar
diirigasi menggunakan 17% asam etilen diamin
tetraasetat (EDTA, Merck, Darmstadt, Jerman). Gambar 2. Radiografi periapikal pada kunjungan ketiga sebelum
Pendarahan yang berasal dari area resorpsi tidak penempatan MTA.
berhenti sepenuhnya, tetapi bagian koronal area
resorpsi dapat dikeringkan menggunakan paper point. Selain itu, perbandingan preoperative dan
Setelah itu, pasta kalsium hidroksida (Merck, tindak lanjut 2 tahun bagian CBCT dari sagital gigi
Darmstadt, Germany) dimasukkan ke dalam saluran menunjukkan remineralisasi dalam saluran akar dan
menggunakan lentulo (ukuran 40, Mani Inc., Tochigi- terjadi pembentukan 1,1x1,5mm jaringan keras yang
Ken, Jepang) dan akses rongga ditutup sementara terlihat diantara koronal dan jaringan akar pulpa
dengan semen ionomer kaca (GC Fuji IX Extra ; GC (Gambar 3).
Co., Tokyo, Jepang). Setelah 4 minggu kemudian,
pasta kalsium hidroksida dihilangkan menggunakan 1%
NaOCl, 17% EDTA dan air suling. Pendarahan di
daerah resorpsi menurun, tetapi belum hilang
sempurna, oleh karena itu pada akhir pertemuan
kedua, pasta kalsium hidroksida ditempatkan ke
saluran akar lagi. Rongga akses ditutup dengan semen
ionomer kaca.
Pasien tidak bisa memenuhi jadwal dan baru
datang kembali tiga bulan kemudian. Gigi tidak Gambar 3. Hasil CBCT
2
Pembahasan pulpa
Internal Root Resorption (IRR) merupakan e. Secara histologis,
tampak jaringan
defek resorpsi dari aspek internal akar diikuti dengan granulasi dengan
nekrosis odontoblas yang terjadi karena peradangan multinukleasi giants
kronis dan invasi bakteri pada jaringan pulpa 8. Etiologi cell
IRR hingga saat ini masih belum dapat dipastikan. (a) (b)
Namun, trauma dan infeksi pulpa merupakan faktor
utama untuk terjadinya resorpsi akar internal. Infeksi
pulpa yang terjadi secara terus menerus oleh bakteri
mengakibatkan terjadinya kolonisasi sel-sel yang mirip
dengan makrofag pada dinding pulpa. Perlekatan dan
proliferasi sel tersebut merupakan prasyarat utama
terjadinya inisiasi resorpsi akar9.

Gambar 5. (a) Radiografi internal replacement root resorption; (b)


Radiografi internal Inflammatory root resorption
Sumber : Patel dkk., 2010

Secara umum gambaran radiografi IRR


Gambar 4. Ilustrasi etiologi IRR menunjukkan adanya pembesaran radiolusen
Sumber : Patel dkk., 2010 berbentuk bulat batas diffuse hingga oval pada ruang
pulpa. Selain itu, gambaran radiografi pada angulasi
Internal Root Resorption dapat diklasifikasikan yang berbeda menampilkan lakuna resorptif merupakan
berdasarkan klasifikasi Andreasen pada tahun 1970, kelanjutan dari tepi saluran akar yang mengalami
sebagai berikut10. distorsi11. Selain itu, penggunaan cone beam
computed tomography (CBCT) pada kasus IRR dapat
Tabel 1. Klasifikasi IRR menunjukkan lesi resorpsi dari 3 pandangan aksial,
Internal Inflammatory Root Internal Replacement Root koronal, dan parasagital. Cone Beam Computed
Resorption Resorption
a. Melibatkan kerusakan a. Disebabkan oleh proses
Tomography dapat memberikan informasi tentang
secara progresif pada inflamasi rendah dari lokasi, ukuran, dan bentuk lesi, ada tidaknya perforasi,
dentin intraradikular jaringan pulpa seperti ketebalan dinding akar, lesi tulang pada periapikal, dan
tanpa deposisi jaringan pulpitis reversibel kronis struktur anatomi sekitarnya. Cone Beam Computed
keras berdekatan atau nekrosis parsial Tomography mempunyai keakuratan yang tinggi dalam
dengan area resorpsi b. Asimptomatik, tes
b. Asimptomatik dan vitalitas (+) mendeteksi lesi resorpsi dari tahap paling awal
terdeteksi secara c. Gambaran klinis: terlihat terjadinya resorpsi12.
kebetulan melalui area berwarna merah Gambaran histologi menunjukkan adanya jarin
radiografi. Rasa nyeri muda yang cenderung gan granulasi dengan infiltrasi leukosit T dan B sebagai
atau tidak nyaman berada di mahkota gigi.
terjadi jika jaringan d. Pemeriksaan radiografi:
tanda jika berada pada fase kronis. Makrofag juga dapa
granulasi telah Defek resorpsi dan t ditemui pada jaringan yang berfungsi sebagai fagosit
terpapar cairan oral dinding akar yang apabila terdapat adanya bakteri serta terkadang memili
Pulpa koronal nekrotik, berdekatan terlihat keruh ki giant cell13. Pulpa menunjukkan adanya jaringan ikat
pulpa apikal vital. dan atau berbintik karena yang memiliki banyak vaskularisasi dengan derajat infla
Infeksi yang terjadi inklusi radiopak jaringan
pada koronal pulpa keras, garis kanal distorsi masi yang berbeda. Selain itu dapat ditemukan neutrop
nekrotik memberikan dan meluas. hil dan plasma sel. Fungsi dari neutrophil dan makrofag
stimulus untuk e. Pemeriksaan histologi: yaitu untuk mineralisasi permukaan dentin14.
peradangan pada terdapat jaringan keras Gambaran klinis penderita IRR antara lain yait
apikal pulpa. metaplastik
c. Terdapat gejala
u adanya warna kemerahan karena infiltrasi oleh pemb
periodontitis apikalis uluh darah dengan jumlah banyak pada sekitar gigi yan
akut atau kronis g mengalami lesi ini, biasanya tidak disertai dengan gej
setelah seluruh pulpa ala, dan gigi tidak mengalami luksasi. Penderita IRR jug
telah terinfeksi dan a tidak mengalami respon ketika dilakukan tes vitalitas
nekrosis.
d. Secara radiografis, seperti menggunakan pulp tester pada gigi tersebut na
terdapat gambaran mun untuk perkusi menunjukkan hasil positif15.
berbentuk oval didalam

3
c. Biokompatib yang mahal.
el pada
saluran. akar
sehingga
menstimulasi
mineralisasi.
d. Sealing
ability yang
baik untuk
dentin.
Gambar 6. Gambaran Klinis IRR e. Memiliki pH
Sumber : Thomas dkk., 2014 yang tinggi
sehingga
Perawatan IRR dengan terapi non bedah antar digunakan
a lain dapat menggunakan biodentin, resin Mineral Trio sebagai
antibakteri.
xide Aggregate (MTA), dan kalsium hidroksida sebagai f. Meminimalisi
bahan pengisi saluran akar. Secara umum kelebihan r adanya
dan kekurangan sebagai berikut. kebocoran
celah mikro.
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan 3. CaOH a. Memiliki sifat a. Dapat
antibakteri membentuk
No Nama Kelebihan Kekurangan
karena pH jaringan
Bahan yang tinggi. nekrosis
b. Tidak larut apabila
1. Biodentin a. Dapat a. Harga yang terhadap berkontak
digunakan mahal. alkohol. dengan
sebagai c. Solubilitas jaringan ikat.
bahan yang rendah b. Dapat
pengganti sehingga menyebabkan
dentin. dapat rupturnya
b. Dapat digunakan glikoprotein dan
diaplikasikan sebagai denaturasi
pada bahan sealer protein.
mahkota dalam jangka c. Setting time
atau akar waktu yang yang lebih
gigi. lama. cepat dibanding
c. Memiliki bahan yang
iokompatibilit lain.
as yang baik. d. Menghasilkan
d. Memiliki permukaan
impermeable resin yang
dalam waktu keras.
yang lama. e. Hasil yang
e. Sebagai diharapkan
bahan kurang kokoh
antibakteri secara fisik.
aerob dan f. Manipulasi
anaerob. relatif sulit
f. Menginduksi karena
jaringan seringkali tidak
keras gigi. homogen.
g. Stabil
sehingga
tidak mudah
larut. Keberhasilan perawatan dengan bahan
h. Mudah biodentin dan MTA tergolong baik. Hal tersebut
dimanipulasi. dikarenakan bahan tersebut mengandung
i. Bersifat osteoproduktif yang dapat menstimulasi sel osteoblast
radiopak.
2. Resin MTA a. Material a. Setting time untuk terbentuk sehingga mampu meregenerasi
yang baik yang lama. jaringan. Material tersebut akan membuat respon
untuk b. Manipulasi regenerasi pada intra dan ekstraselular. MTA dan
penutupan resin MTA biodentin memiliki mekanisme yang sama dengan
perforasi dan sedikit sulit
kalsium hidroksida. Hasil hidrasi dari kedua bahan
fraktur. karena
b. Menghilangk berbentuk tersebut memiliki hasi akhir kalsium hidroksida. Ion Ca2+
an inflamasi granular. yang terlepas mengakibatkan terbentuknya deposit
akut c. Harga resin kristalin pada kedua bahan tersebut. Deposit kristalin
4
lama kelamaan akan membentuk hidroksiapatit pada Endodontik regeneratif merupakan perawatan
jaringan. Hidroksiapatit dapat menghasilkan berbasis biologis yang dibuat untuk menggantikan
biokompatibilitas yang baik, mengurangi toksisitas struktur dan sel dalam kompleks pulpa-dentin untuk
jaringan, menginduksi osteoid, dan efek osteogenisitas mengembalikan fungsi fisiologis yang normal.
yang baik16. Penggunaan obat-obatan dalam endodontik regeneratif
Perawatan endodontik dengan biodentin telah dilaporkan sejak tahun 1996, yaitu dengan
memiliki tingkat keberhasilan yang paling tinggi penggunaan pasta tri-antibiotik yang terdiri atas
dibanding resin MTA dan CaOH. Biodentin memiliki ciprofloxacin, metronidazole, dan minosiklin. Pasta tri-
bahan dasar berupa trikalsium silikat (3CaO.SiO2) antibiotik digunakan dalam perawatan endodontik
dengan bubuk kalsium karbonat (CaCO3), dan regeneratif karena memiliki kemampuan desinfeksi
zirkonium oksida (ZrO2) sebagai pemberi efek radiopak. yang efektif pada saluran akar sehingga membantu
Biodentin memiliki polimer hydrosoluble sebagai bahan proses regenerasi dan revaskularisasi pulpa. Namun,
pelarutnya sehingga sifat resin ini tidak berporus dan penggunaan tri-antibiotik memiliki beberapa kelemahan
kekuatan mekanisnya lebih bagus. Resin MTA tersusun dalam hal resistensi bakteri dan perubahan warna gigi.
atas kalsium oksida (CaO) dan silikon oksida (SiO 2) Perubahan warna pada gigi dapat dipicu oleh minosiklin
sebagai bahan dasar dan bismut oksida (Bi2O3) sebagai yang merupakan golongan tetrasiklin. Minosiklin
pemberi efek radiopak. Kandungan alumina yang mampu berpenetrasi ke dalam tubuli dentin dan
pada resin MTA lebih banyak sehingga akan lebih mengganggu integritas struktur kristal pada gigi. Selain
mudah rapuh. Selain itu resin MTA memiliki destilasi air itu, studi lain membuktikan bahwa perawatan
sebagai pelarutnya sehingga permukaan resin MTA endodontik regeneratif dan desinfeksi saluran akar
yang diaplikasikan berporus dan kekuatan mekanisnya dapat dicapai hanya dengan menggunakan kalsium
lebih rendah. Kalsium hidroksida tidak dapat beradhesi hidroksida saja19.
dengan dentin sehingga akan menyebabkan defek Penggunaan kalsium hidroksida sebagai
tunnel pada dentin yang menyebabkan celah bagi medikamen intrakanal dalam perawatan endodontik
mikroorganisme masuk17. regeneratif berfungsi untuk membantu dalam
Pendekatan bedah diperlukan ketika tidak menghilangkan sisa jaringan pulpa, meningkatkan pH
mungkin untuk mendapatkan akses ke lesi melalui jaringan, mendukung stabilisasi proses resorpsi. Dalam
kanal. Pendekatan bedah untuk kasus IRR terbagi mengatasi resorpsi, kalsium hidroksida dapat
menjadi dua yaitu dengan akses jaringan lunak dan menembus tubuli dentin dan meningkatkan pH pada
jaringan keras. Akses jaringan lunak pada dasarnya area sementum yang mengalami resorpsi. Sifat kalsium
sama tergantung pada struktur anatomis (perlekatan hidroksida yang basa akan menginduksi nekrosis pada
frenulum dan otot, lebar gingiva, eminensia tulang dan permukaan jaringan (nekrosis likuefaksi) dan
lebar papil), ukuran dan posisi defek itu sendiri , menyebabkan nekrosis koagulasi pada batas jaringan
keadaan struktur koronal gigi, sifat,dan luasnya yang nekrotik dan sehat18.
restorasi. Insisi vertikal dan horizontal dilkukan untuk Dalam kasus ini, kalsium hidroksida digunakan
flap mucoperiosteal dengan menggunakan blade sebagai medikamen intrakanal karena sifat
No.#15C. Akses jaringan keras dilakukan jika resorpsi desinfeksinya yang baik. Pasta kalsium hidroksida
akar tidak dapat diakses secara langsung melalui yang diletakkan dalam saluran akar selama 1 bulan
jaringan lunak. Manajeman IRR akses jaringan keras dapat membunuh lebih dari 99% mikroba, baik di
diperlukan pengangkatan jaringan tulang yang sehat dinding maupun pada tubuli dentin akar11. Kemudian
diikuti oleh kuretase periradikular jika terdapat jaringan terjadi penyembuhan ditandai dengan penurunan
granulasi. Kemudian area kerja dipastikan kering perdarahan pada area resorpsi. Mekanisme
dengan menggunakan berbagai agen hemostatik18 penyembuhan IRR dalam kasus ini melalui 3 tahap di
antaranya desinfeksi saluran akar, menghentikan
aktivitas osteoklas, dan menginduksi pembentukan
jaringan baru pada area yang teresorpsi. Selain
memiliki kemampuan desinfeksi kalsium hidroksida
juga berperan dalam menghentikan aktivitas osteoklas
dan proses resorpsi jaringan keras. Kalsium hidroksida
akan menginduksi nekrosis dan menghilangkan
jaringan granulasi, yang mana keduanya dapat
menginisiasi aktivitas osteoklastik. Kemudian
kombinasi dengan penggunaan MTA yang bersifat
menginduksi jaringan keras baru (osteogenesis dan
sementogenesis). Oleh karena itu, perawatan pada
Gambar 7. Pembedahan IRR kasus ini sudah tepat dan dapat menjadi pilihan
Sumber : Nilson dkk, 2013 perawatan IRR yang bersifat konservatif20
5
Alternatif lain dalam perawatan endodontik 6. Baskaran, K., 2017, Management of internal root
regeneratif untuk IRR dapat dengan memanfaatkan resorption: a review, Interntional Journal of
penggunaan stem cells seperti stem cells teeth from Science and Research (IJSR), 6(5): 83-90.
human exfoliated deciduous (SHED), stem cells
apical papilla (SCAP), dan sel progenitor folikel gigi 7. Trope, M., 2002, Root resorption due to dental
atau dental follicle progenitor cells (DFPC). Populasi trauma, Endod Topics, 1: 79–100.
sel SHED, SCAP dan DFPC memiliki kemampuan
poten untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel 8. Patel, S., Dawood, A., Wilson, R., Horner, K.,
odontogenik. Selain itu, pemanfaatan scaffold yang Mannocci, F., 2009, The detection and
dapat diperoleh secara alami (asam hialuronik, management of root resorption lesions using
kolagen, glikosaminoglikan) maupun sintetis (asam intraoral radiography and cone beam computed
poliglikolat). Bahan tersebut dapat menjadi pilihan tomography: An in vivo investigation. IntEndod J,
dalam perawatan IRR terutama pada kondisi gigi 42:831–8.
immatur permanen. Kekurangan dari stem cells adalah
harga pembuatan sel yang akan diadaptasikan ke sel 9. Emre, A., Becen, D., 2009, Management of a
baru tergolong mahal dengan tingkat kerumitan yang Perforating Internal Resorptive Defect with Mineral
tinggi dan memerlukan waktu yang lama21. Trioxide Aggregate: A Case Report. JOE, 35:1441.

Kesimpulan 10. Patel, S., Ricucci, D., Durak, C., Tay, F., 2010,
Internal root resorption: a review, Journal of
Pada kasus ini, pasien menjalani prosedur Endodontics, 36(7):1107–1121.
perawatan regeneratif endodontik (RET) dengan
pemberian pasta kalsium hidroksida sebagai 11. Jain, V., Sarkar, S., Saha, S., Pathak, A., 2016,
pengobatan intrakanal. Penggunaan kalsium Perforating Internal Resorption - A Case Report,
hidroksida sangat tepat dilakukan sebagai medikamen International Journal of Health Sciences &
intrakanal karena memiliki sifat desinfeksi yang baik. Research, 6(6): 376-380.
Selain itu, kalsium hidroksida berfungsi untuk
membantu dalam menghilangkan sisa jaringan pulpa, 12. Nilson, E., Bonte, E., Bayet, F., Lasfargues, J.,
meningkatkan pH jaringan, mendukung stabilisasi 2013, Management of Internal Root Resorption on
proses resorbsi. Permanent Teeth, International Journal of
Dentistry, 2013: 1-7.

Daftar Pustaka 13. Basonde, P.V., Pathak, S.D., Wavdhane, M.B.,


Birage, P.P., 2019, Root resorption and it’s
1. Mittal, S., Kumar, T., Sharma, J., 2014, Internal management:a review article, IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences, 18(1):63-69.
root resorption: An Endodontic Challenge: A case
series, Journal of Conservative Dentistry, 17(6): 14. Asgary, S., Eghbal, M., Mehrdad, L., 2014, Surgic
590-593. al Management of a Failed Internal Root Resorpti
2. Robledo, J., Fernandez, J., 2018, Internal on Treatment Histological and Clinical Report, Jou
Inflamation Root Resorption Management with
rnal Restorative Dentistry and Endodontic, 39(2):
137-142.
MTA and Gutta Percha, Journal of Dentistry and
Oral Medicine, 4(1): 1-8. 15. Thomas, P., Pillai, R., Palani, J., 2014, An Insight I
3. Aurajo, L., Lins, C., Lima, G., 2009, Study of nto Internal Resorption, Journal International Sch
Prevalence of IRR in Periapikal Radiography of
olar Reseacrh Notices Dentistry, 1(1): 1-7
Anterior Permanen Tooth, Journal International of 16. Parirokh, M., Torabinejad, M., 2010, MTA :
Morphology, 27(1): 227-230. Comperehensive Literature Review Chemical,
4. Mencik, J., Urban, D., Timkova, S., 2016, Clinical Physical, and Antimicrobial, Journal of
Management of Two Root Resorption Cases in En
Endodontic, 36(1): 16-27.
dodontic Practice, Journal of Dentistry, 1(1): 1-5. 17. Melisa., Hadriyanto, W., Gunawan, J., 2011, Resin
5. Maria, R., Mantri, V., Koolwal, S., 2015, Internal R MTA, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 1(1):
86-91.
esorption: A Review and Case Report, Journal of
Endodontology, 1(1): 1-18.

6
18. Singh, O., Sinha, D., Tyagi, S., 2017, Root Resorp
tion: Challenge to the Endodontist, Journal Acta S
cientific Dental Sciences, 1(1): 1-9.

19. Santos, B., Mendonca, D., Sousa, D., 2011, Root


Resorption After Dental Traumas: Classification an
d Clinical, Radiographics, and Histological Aspect,
Journal Revodonto, 8(4): 439-445.

20. Yonathan, Dwiandhany, W.C., 2019, Perawatan


endodontik regeneratif pada gigi matur
nekrosis dengan atau tanpa kelainan periapikal:
Kajian pustaka, Makassar Dent J, 8(1): 46-50

21. Pradhan, S., 2013, Microsurgical repair of root


defects-an overview, Journal of Nepal Dental
Association (JNDA), 95-104.

22. Nilson, E., Bonte, E., Bayet, F.,Lasfargues, 2013,


Management Internal Root Resorption on
Permanent Teeth, International Journal of
Dentistry

Anda mungkin juga menyukai