Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses operasi bedah membutuhkan pembiusan agar pembedahan
tidak dirasakan sakit oleh pasien, yaitu dengan memberikan obat, gas bius
ataupun dengan memberi suntikan, disebut juga dengan istilah medis
anesthesia. Setiap pasien memiliki daya tahan tubuh yang berbeda dan
ketahanan terhadap virus berbeda pula. Pada proses anesthesia mengakibatkan
tidak bekerjanya hipothelamus yaitu syaraf yang mengkontrol suhu tubuh
manusia yang ada di otak. Efeknya dapat menurunkan suhu tubuh secara
drastis untuk sebagian pasien yang tubuhnya tidak dapat menerima suatu
gangguan dari luar baik pengaruh obat/gas bius maupun proses pembedahan.
Suhu tubuh normal manusia adalah 36ºC (Ritarwan, 2003).
Saat ini cara agar tubuh pasien tetap pada suhu normal yaitu dengan
cara memberikan obat pada pasien. Namun dengan pemberian obat
memungkinkan terjadinya perbedaan fungsi yang dapat saling mengurangi
fungsi obat lainnya, atau dapat mengganggu organ tubuh pasien seperti
lambung, hati atau ginjal (Ritarwan, 2003). Keberhasilan pembedahan tidak
terlepas dari anestesi yang diberikan baik anestesi umum , regional , maupun
lokal.
Anestesi umum atau anestesi total ini menyebabkan pasien dalam
keadaan tidak sadar sehingga pasien sulit mengontrol fungsi tubuh yang
penting seperti, tekanan darah, pernafasan dan khususnya suhu tubuh. Akibat
sulit mengontrol suhu tubuh, pasien rentan mengalami hypothermia atau
penurunan suhu tubuh selama proses pembedahan maupun setelah proses
pembedahan. Dalam hal ini perlu adanya peralatan khusus untuk memberikan
tindakan kepada kondisi pasien yang dapat menghangatkan dan menjaga
kestabilan suhu tubuh.
Patient Warming Blangket adalah suatu alat untuk menjaga
kestabilan suhu tubuh pasien ketika pasien mengalami hypothermia. Alat ini
pada dasarnya memanfaatkan energi panas yang dialirkan dengan
menggunakan blower sebagai media penghantar panas sehingga kondisi
pasien tetap terjaga dalam keadaan suhu tubuh normal yaitu 36,5 sampai 37,5.
Berdasarkan referensi alat yang sudah ada yaitu produk Bair Hugger Model
750, temperatur yang diharapkan pada alat ini adalah 32°C untuk low, 38°C
untuk medium dan 43°C untuk high. Dan juga dilengkapi dengan safety over
temperature ±1˚C pada setiap pemilihan suhu.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis
tertarik untuk membuat karya tulis dengan judul “ RANCANG BANGUN
ALAT PATIENT WARMING BLANGKET BERBASIS ARDUINO”.
Tujuan dari penelitian adalah agar dapat membuat alat yang dapat
menjaga suhu tubuh pasien saat pasien mengalami hypothermia sesuai tingkat
hyporthermia yang dialami pasien agar pemodelan ini dapat membantu pasien
menjaga suhu tubuh normal sehingga tidak terjadi kedinginan atau
hypothermia, dan juga menyusun program dengan sistem pengendali suhu
sehingga dapat bekerja dengan baik dengan menerapkan ilmu yang telah
dipelajari di Teknik Elektromedik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat di tentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara cara kerja alat Patient warming blangket?
2. Bagaimana cara menggunakan alat Patient warming blangket?
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya kerancuan dan pelebaran masalah dalam
penyajian dan pembahasan karya tulis ilmiah ini, maka dibatasi pokok-pokok
bahasan pada cara kerja dan rangkaian elektronika dari alat yang dibuat, serta
setting suhu untuk 32°C untuk low, 38°C untuk medium dan 43°C untuk high.
1.4 Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Sebagai syarat tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Diploma
III Akademi Teknik Elektromrdik Semarang.
B. Tujuan Khusus
a. Menerapkan ilmu yang didapat semasa kuliah untuk diaplikasikan
menjadi sebuah alat kesehatan.
b. Memahami, merancang dan mengetahui prinsip kerja alat Patient
Warming Blanket.
c. Memahami secara jelas dan baik melalui teori maupun praktek dari alat
Patient Warming Blanket.

1.5 Manfaat Penelitian


A. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Akademi Teknik Elektromedik Semarang di bidang peralatan bedah dan
anestesi.
B. Manfaat Praktis
Membantu mempermudah pengguna dalam melakukan penghangatan
selimut pada ruang paska bedah dan khususnya pasien pengidap
hypothermia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Hypothermia
Hypotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh manusia
untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hypotermia
juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.
Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara
36,5 sampai dengan 37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk
mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan
panas dalam tubuh.
Hypotermia dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama
prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh
terhadap oksigen. Individu yang paling berisiko mengalami hypotermia
termasuk yang sangat muda, dan individu yang lemah karena trauma, stoke,
diabetes, intoksikasi obat atau alkohol, sepsis, dan penyakit Raynaud. Secara
mental pasien yang sakit atau tidak menyadari kondisi yang dingin itu bahaya.
Kelemahan warna kulit (warna hitam lebih rentan), malnutrisi, dan hipoksemia
juga memperberat risiko radang dingin.
Gejala hypotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit
menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah,tekanan darah
menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan
panas. Pada penderita hypotermia moderat, detak jantung dan respirasi
melemah hingga mencapai hanya 3- 4 kali bernapas dalam satu menit. Pada
penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku,
pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat
hingga tidak kentara (kelihatan). Hypotermia terjadi bila terjadi penurunan
suhu inti tubuh dibawah 35 °C (95 °F). Pada suhu ini, mekanisme kompensasi
fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh.
Hypotermia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan temperature
tubuh, yaitu :
a. Ringan = 33-36 °C atau 91,4°F -96,8°F.
Kebanyakan orang bila berada pada suhu ini akan menggigil secara hebat,
terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih turun lagi, pasien
mungkin akan mengalami amnesia dan disartria. Peningkatan kecepatan
nafas juga mungkin terjadi.
b. Sedang = 30–33 °C atau 86,0°F -91,4°F.
Terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf secara besar yang
mengakibatkan terjadinya hiporefleks, hipoventilasi, dan penurunan aliran
darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun, kesadaran pasien bisa
menjadi stupor, tubuh kehilangan kemampuannya untuk menjaga suhu
tubuh, dan adanya resiko timbul aritmia.
c. Berat = <30 °C atau < 86,0° F
Pasien rentan mengalami fibrilasi ventrikular, dan penurunan
kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk menjadi koma, detak
jantung sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea, dan oligouria.
Pasien dengan hipotermi ringan dapat diterapi langsung di lapangan,
yaitu dengan melepas atau menjauhkan benda atau zat yang mendinginkan,
kemudian diberi penghangat seperti handuk atau selimut.
Sementara pasien dengan hypotermia sedang atau berat memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit berupa rewarming atau peningkatan kembali
suhu tubuh. Perawatan ini berupa rewarming aktif yang diikuti rewarming
pasif, rewarming aktif yaitu mendekatkan benda hangat atau panas dari luar
tubuh yang ditempelkan pada tubuh pasien. Contohnya yaitu air panas yang
sudah dimasukan ke tempat khusus kemudian ditempelkan ke tubuh.
Bila pasien teraba dingin, tetapi sirkulasi masih terjaga dengan baik,
maka tugas penolong adalah untuk menjaga agar korban tidak kehilangan panas
tubuh lebih banyak, dan berusaha untung menghangatkan (rewarm), bila
pasien mengalami cardiac arrest atau henti jantung, maka dilakukan resusitasi
jantung-paru dengan modifikasi sesuai dengan prosedur.
2.1.2. Gambaran Umum Alat
Pasien Anasthesi tidak dapat mengatur suhu mereka. Hampir setiap
pasien bedah dibius berisiko untuk hypotermia yang tidak diinginkan, tanpa
memandang usia, jenis kelamin atau kondisi fisik. Penelitian menunjukkan
bahwa suhu inti tubuh turun dengan cepat (hingga 1.6ºC pada jam pertama
saja) mengikuti induksi anestesi. Patient Warmer adalah suatu alat yang
berfungsi menjaga kestabilan suhu tubuh pasien ketika pasien mengalami
Hypothermia, dimana hypotermia itu sendiri terjadi jika pasien kehilangan
atau terlalu banyak menggeluarkan panas dengan kata lain tubuh mengalami
penurunan suhu, bila dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan kematian.

Gambar 2.1 Bair Hugger Model 775( https://goo.gl/images/MzAa8M )


Sistem penghangat tubuh Patient Warmer Bair Hugger model 775
ditujukan untuk mencegah dan merawat pasien hypotermia, misalnya dengan
pasien operasi, pasien sebelum operasi, wanita hamil yang menggigil selama
masa pembiusan sampai hypotermia, atau pasien manapun yang tidak nyaman
dimana lingkungannya sangat dingin. Panas suhu dikontrol melalui tombol-
tombol panel. Panel tersebut memiliki pengatur suhu , yaitu :
1. Rendah : 32 ° C
2. Sedang : 38° C
3. Tinggi : 43° C
Pengaturan suhu menunjukan tingkatan suhu udara yang masuk ke
dalam selimut. Untuk pasien Hypothermia memerlukan penghangatan yang
cepat, pilih pengaturan suhu yang tinggi. Untuk mencegah Hypothermia atau
penyembuhan sedang, pilih pengaturan suhu tinggi, sedang atau rendah, dan
adapun pilihan kecepatan fan dengan dua pilihan yaitu high kecepatan tinggi
dan low untuk kecepatan rendah.
2.2 Teori Penunjang
2.2.1. LM 35 Sebagai Sensor Suhu

Gambar 2.2 LM 35 ( https://goo.gl/images/Vo5vQ4 )

Pada gambar diatas, menunjukan bentuk dari LM 35. IC LM 35


memiliki 3 pin yang menunjukan fungsi masing-masing pin. Pin 1 berfungsi
sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai
tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai
dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM 35 yang dapat digunakan
antara 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV
setiap satu derajat celcius . Sensor suhu LM 35 adalah rangkaian sensor suhu
dalam derajat celcius (°C).
LM 35 dipergunakan untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran
listrik dalam bentuk tegangan. Dimana IC ini mampu mendeteksi keadaan
suhu disekitarnya dengan perubahan kenaikan 1°C, maka akan menaikkan
tegangan sebesar 10 mV/°C, kenaikan tegangan output tersebut bersifat linier
terhadap perubahan suhu.
IC LM 35 mempunyai spesifikasi antara lain :
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antar tegangan
dan suhu 10mVolt/℃, sehingga dapat dikalibrasi langsung dengan
celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5℃ pada suhu 25℃.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55℃ sampai
+150℃.
4. Bekerja pada tegangan 4V sampai 30V.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60𝜇A.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang
dari 0,1℃ pada udara diam.
2.2.2. Mikrokontroler Arduino

Gambar 2.3 Arduino Nano v3.0 ( https://goo.gl/images/J9s1cz )


Arduino Nano adalah salah satu varian dari produk board
mikrokontroller keluaran Arduino. Arduino Nano adalah board Arduino
terkecil, menggunakan mikrokontroller Atmega 328 untuk Arduino Nano 3.x
dan Atmega168 untuk Arduino Nano 2.x. Varian ini mempunyai rangkaian
yang sama dengan jenis Arduino Duemilanove, tetapi dengan ukuran dan
desain PCB yang berbeda. Arduino Nano tidak dilengkapi dengan soket
catudaya, tetapi terdapat pin untuk catu daya luar atau dapat menggunakan
catu daya dari mini USB port. Arduino Nano didesain dan diproduksi oleh
Gravitech.
Arduino Nano adalah papan pengembangan (development board)
mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P dengan bentuk yang sangat
mungil. Secara fungsi tidak ada bedanya dengan Arduino Uno. Perbedaan
utama terletak pada ketiadaan jack power DC dan penggunaan konektor Mini-
B USB. Disebut sebagai papan pengembangan karena board ini memang
berfungsi sebagai arena prototyping sirkuit mikrokontroller. Dengan
menggunakan papan pengembangan, anda akan lebih mudah merangkai
rangkaian elektronika mikrokontroller dibanding jika anda memulai merakit
ATMega328 dari awal di breadboard.
A. Spesifikasi Arduino Nano
Arduino Nano memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Mikrokontroller : Atmel Atmega328 untuk Arduino
Nano v3.0 Tegangan kerja : 5 Volt
Tegangan input Optimal : 7 – 12 Volt
Minimum : 6 Volt
Maksimum : 20 Volt
Digital pin I/O : 14 pin yaitu pin D0 sampai pin D13,
Dilengkapi dengan 8 pin PWM
Analog pin : 8 pin yaitu pin A0 sampai pin A7
Arus listrik maksimum : 40 mA
Flash memori : 32 Mbyte untuk Arduino Nano v3.0
*Besar flash memori ini dikurangi 2 kbyte yang digunakan
untuk menyimpan file boatloader.
SRAM : 1 kbyte (ATmega168) dan 2 kbyte (ATmega328)
EEPROM : 512 byte (Atmega168) dan 1 kbyte (Atmega328)
Kecepatan clock : 16 MHz
Ukuran board : 4,5 mm x 18 mm
Berat : 5 gram
B. Daya
Arduino Nano dapat menggunakan catu daya langsung dari mini-USB
port atau menggunakan catudaya luar yang dapat diberikan pada pin30 (+) dan
pin29 (-) untuk tegangan kerja 7 – 12 V atau pin 28(+) dan pin 29(-) untuk
tegangan 5V.
C. Memori
Atmega 168 dilengkapi dengan flash memori sebesar 16 kbyte yang
dapat digunakan untuk menyimpan kode program utama. Flash memori ini
sudah terpakai 2 kbyte untuk program boatloader sedangkan Atmega328
dilengkapi dengan flash memori sebesar 32 kbyte dan dikurangi sebesar 2
kbyte untuk boatloader.
Selain dilengkapi dengan flash memori, mikrokontroller ATmega168
dan ATmega328 juga dilengkapi dengan SRAM dan EEPROM. SRAM dan
EEPROM dapat digunakan untuk menyimpan data selama program utama
bekerja. Besar SRAM untuk ATmega168 adalah 1 kb dan untuk ATmega328
adalah 2 kb sedangkan besar EEPROM untuk ATmega168 adalah 512 b dan
untuk ATmega328 adalah 1 kb.
D. Input dan Output
Arduino Nano mempunyai 14 pin digital yang dapat digunakan sebagai
pin input atau output. Pin ini akan mengeluarkan tegangan 5V untuk mode
HIGH (logika1) dan 0V untuk mode LOW (logika 0) jika dikonfigurasikan
sebagai pin output. Jika di konfigurasikan sebagai pin input, maka ke 14 pin ini
dapat menerima tegangan 5V untuk mode HIGH (logika1) dan 0V untuk mode
LOW (logika 0). Besar arus listrik yang diijinkan untuk melewati pin digital
I/O adalah 40 mA. Pin digital I/O ini juga sudah dilengkapi dengan resistor
pull-up sebesar 20-50 kΩ. Ke 14 pin digital I/O ini selain berfungsi sebagai
pin I/O juga mempunyai fungsi khusus yaitu : Pin D0 dan pin D1 juga
berfungsi sebagai pin TX dan RX untuk komunikasi data serial. Kedua pin ini
terhubung langsung ke pin IC FTDI USB-TTL. Pin D2 dan pin D3 juga
berfungsi sebagai pin untuk interupsi eksternal. Kedua pin ini dapat
dikonfigurasikan untuk pemicu interupsi dari sumber eksternal. Interupsi
dapat terjadi ketika timbul kenaikan atau penurunan tegangan pada pin D2
atau pin D3. Pin D4, pin D5, pin D6, pin D9, pin D10 dan pin D11 dapat
digunakan sebagai pin PWM (pulse width modulator). Pin D10, pin D11, pin
D12 dan pin D13, ke empat pin ini dapat digunakan untuk komunikasi mode
SPI. Pin D13 terhubung ke sebuah LED.
Arduino Nano juga dilengkapi dengan 8 buah pin analog, yaitu pin A0,
A1, A2, A3, A4, A5, A6 dan A7. Pin analog ini terhubung ke ADC (analog to
digital converter) internal yang terdapat di dalam mikrokontroller. Pada
kondisi awal, pin analog ini dapat mengukur variasi tegangan dari 0V sampai
5 V pada arus searah dengan besar arus maksimum 40 mA. Lebar range ini
dapat diubah dengan memberikan sebuah tegangan referensi dari luar melalui
pin Vref. Pin analog selain dapat digunakan untuk input data analog, juga
dapat digunakan sebagai pin digital I/O, kecuali pin A6 dan A7 yang hanya
dpat digunakan untuk input data analog saja. Fungsi khusus untuk pin analog
antara lain : Pin A4 untuk pin SDA, pin A5 untuk pin SCL, pin ini dapat
digunakan untuk komunikasi I2C. Pin Aref digunakan sebagai pin tegangan
referensi dari luar untuk mengubah range ADC. Pin reset, pin ini digunakan
untuk mereset board Arduino Nano, yaitu dengan menghubungkan pin ini ke
ground selama beberapa milidetik. Board Arduino Nano selain dapat direset
melalui pin reset, juga dapat direset dengan menggunakan tombol reset yang
terpasang pada board Arduino Nano.
E. Komunikasi
Arduino Nano sudah dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk
komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan komputer (PC
atau Laptop), atau dengan board mikrokontroller lainnya. ATmega168 dan
ATmega328 dilengkapi dengan komunikasi serial UART TTL (5V), yang
terdapat pada pin D0 dan pin D1. Board juga dilengkapi dengan sebuah IC
FTDI 232 Rl yang dapat dihubungkan langsung ke komputer untuk
menghasilkan sebuah virtual com-port pada operating sistem.
Software Arduino yang digunakan sebagai IDE (Integrated
Development Environment) Arduino juga dilengkapi dengan serial monitor
yang memungkinkan programmer untuk menampilkan data serial sederhana
yang dapat dikirim atau diterima dari board Arduino Nano. Led RX dan TX
yang terpasang pada board Arduino Nano akan berkedip jika terjadi
komunikasi data serial antara PC dengan Arduino Nano. Selain dapat
berkomunikasi dengan menggunakan data serial melalui virtual com-port,
Arduino Nano juga dilengkapi dengan mode komunikasi SPI (Serial
Peripheral Interface) untuk komunikasi antar hardware.
F. Pemograman Arduino Nano
Arduino Nano dapat dengan mudah diprogram dengan menggunakan
software Arduino. Pada menu program, pilih tool – board kemudian pilih jenis
board yang akan diprogram. Untuk memprogram board Arduino dapat
memilih tipe board Arduino diecimila atau duemilanove atau langsung memilih
Nano W/atmega168 atau Nano W/atmega328.
Arduino Nano sudah dilengkapi dengan program boatloader, sehingga
programmer dapat langsung meng-up-load kode program langsung ke board
Arduino Nano tanpa melalui board perantara atau hardware lain. Komunikasi
ini menggunakan protokol STK500 keluaran ATMEL. Programmer juga dapat
meng- upload program ke board Arduino Nano tanpa menggunakan
boatloader, tetapi melalui ICSP (in-circuit serial programming) header yang
sudah tersedia di board Arduino Nano.
G. Konfigurasi Pin Arduino Nano v3.0
Konfigurasi pin Arduino dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Konfigurasi pin Arduino Nano v3.0


( https://goo.gl/images/J9s1cz )
Konfigurasi pin Arduino diatas dapat dijelaskan secara fungsional
sebagai berikut:
1. Pin D0-D13 merupakan pin I/O dilengkapi dengan 8 pin PWM
2. 2 pin RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset
mikrokontroler.
3. Pin 10 merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan VCC.
4. 2 pin untuk ground.
5. 8 pin analog yaitu A0-A7
6. Pin AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
7. Pin VIN
8. Pin 3V3
9. Pin 5V
2.2.3. Liquid Crystal Display (LCD)

Gambar 2.5 LCD 16x2 ( https://goo.gl/images/KQncEf )

Liquid crystal display (LCD) merupakan komponen elektronika yang


digunakan untuk menampilkan suatu karakter baik itu angka, huruf atau
karakter tertentu, sehingga tampilan tersebut dapat dilihat secara visual. Pada
modul ini penulis menggunakan LCD baris 16 kolom atau biasa disebut
sebagai LCD Character 2 X 16 dengan 16 pin konektor sebagai display.
Tabel 2.1 Fungsi Pin Out LCD 16x2
Pin No. Simbol Fungsi

1. VSS Ground (0V)

2. VDD +5V

3. VEE Tegangan kontras

4. RS H/L Data Register Selection

5. RW H/L Read/Write Selection

6. E Enable Input

7. D0 Data Input/output line

8. D1 Data Input/output line

9. D2 Data Input/output line

10. D3 Data Input/output line

11. D4 Data Input/output line

12. D5 Data Input/output line

13. D6 Data Input/output line

14. D7 Data Input/output line

15. VDD Black Plane Light

16. VSS Power Supplay untuk LED (0 V)


2.2.4. Elemen Pemanas Dan Blower

Gambar 2.6 Hair Dryer Wigotaifun 900


( https://goo.gl/images/Nuo1PJ )

Hair dryer merupakan alat pemanas khusus yang menggunakan motor


litrik sebagai peggerak baling-baling dan elemen pemanas. Elemen
pemanasnya berupa spiral panjang yang dililitkan pada kerangka tahan panas
dari bahan mika, panas yang dihasilkan ditiupkan keluar oleh baling baling.
Panas yang dihasilkan digunakan untuk mengeringkan rambut setelah keramas.
Daya pemanasnya sekitar 250 watt hingga 1000 watt, disesuaikan dengan
kebutuhan.
Bagian bagian yang mudah rusak pada Hair dryer terutama adalah
Angker atau rotornya disamping gulunganya terbakar sering pula lamelnya
aus karena gesekan dengan sikat sikat arangnya. Secara rutin sikat arangnya
juga harus diperiksa jangan sampai habis, karena akan merusak lamelnya.
Dalam penggantian sikatnya haruslah memperhatikan merek dan jenisnya
karena jenisnya sangat banyak sehingga mudah keliru. Angkernya dapat
diganti dengan jenis dan merek yang sama karena telah tersedia di pasaran
sehingga kita tidak perlu melakukan rewinding. Harganya sekitar 25 sampai
50 persen dari harga alatnya.
2.2.5. PhotoTriac
Prinsip kerja rangkaian ini adalah memanfaatkan masukan dengan arus
yang kecil untuk menghidupkan LED di dalam kemasan IC tersebut yang akan
mentriger triac yang berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat
melewatkan arus bolak balik, keluaran optotriac inilah yang akan
berhubungan langsung dengan sumber tegangan AC pada beban yang akan
dikendalikan. Photo triac terdiri dari dua bagian yaitu transmitter dan receiver.
Transmitter biasanya dibangun dari sebuah led infra red, dan receiver
dibangun dengan komponen Photo Triac, gate nya akan mendapat bias maju
bila mendapat sinar dari LED sehingga triac terhubung. Photo Triac
digunakan sebagai optoisolator antara rangkaian input dan output. IC MOC ini
dapat digunakan sebagai penggerak tegangan AC atau komponen elektronik
pengganti relay.

Gambar 2.7 Konfigurasi pin MOC 3021

Keterangan pin MOC 3021:


7. Kaki 1 : Anoda
8. Kaki 2 : Katoda
9. Kaki 3 dan 5 : Normally Close
10. Kaki 4 dan 6 : Input/Output Tegangan AC
2.2.6. TRIODA AC Sebagai Switch

Gambar 2.8 TRIAC

Triode Alternating Current (TRIAC) adalah sebuah komponen


elektronik yang kira-kira ekivalen dengan dua SCR yang disambungkan
paralel. Artinya TRIAC dapat menjadi saklar keduanya secara langsung.
TRIAC digolongkan menurut kemampuan pengontakan. Ada dua jenis
TRIAC, Low-Current dan Medium-Current. Low-Current TRIAC dapat
mengontak hingga kuat arus 1A (ampere) dan mempunyai maksimal tegangan
sampai beberapa ratus volt. Medium-Current TRIAC dapat mengontak sampai
kuat arus 40A (ampere) dan mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000V
(volt).
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada anoda lebih positif
dibandingkan katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif artinya TRIAC
akan aktif jika ada tegangan yang mentriger gate dari triac tersebut besarnya
arus yang mentriger gate juga akan menentukan besarnya arus listrik yang akan
dihantarkan oleh triac. Semakin besar arus yang menyulut gate triac maka
semakin besar daya hantar listrik triac tersebut. Adapun cara mematikan triac
adalah dengan memutus hubungan gate triac dengan supply listrik, karena jika
diputus supply ke gate maka arus yang mengalir ke gate triac sama dengan 0,
berarti kemampuan triac menghantarkan listrik adalah 0A (ampere) pada
posisi cut off.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam hal ini penulis membuat suatu kerangka pemikiran rancang
bangun alat. Berikut ini kerangka pemikiran tersebut:

Penggunaan Alat Warming Blangket


untuk pasien yang mengalami
hypothermia.

Menggunakan sensor LM35, Blower


Latar Belakang
dan Heater.

Pengaturan parameter suhu 32°, 38°,


dan 43°.

Permasalahan Diperlukannya alat patient warming


Blangket untuk pasien hypothermia

Bagaimana cara membuat dan


Pertanyaan
perancangan alat Patient Warming
Penelitian
Blangket

Untuk merancang dan membuat alat


Tujuan Penelitian Patient Warming Blangket dengan
menggunakan LM35, Heater, dan
Blower

1. Analisa dan uji fungsi alat Patient


Hasil dan warming Blangket
Pembahasan 2. Menghasilkan alat Patient Warming
Blangket sebagai sumber udara panas
yang difungsikan untuk pasien
penderita hypothermia

Gambar 2.9 Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembuatan
alat. Alat yang dibuat berfungsi untuk menjaga kestabilan tubuh pasien ketika
mengalami hypothermia, dengan memanfaatkan energi panas yang dialirkan
dengan menggunakan blower sebagai media penghantar panas sehingga kondisi
pasien tetap terjaga dalam keadaan suhu tubuh normal yaitu 36.5° sampai 37.5°,
dilengkapi dengan pengaturan suhu menunjukan tingkatan suhu udara yang
masuk ke dalam selimut. Hasil penelitian tidak harus suatu penemuan baru,
tetapi merupakkan aplikasi yang bisa bermanfaat bagi pengguna.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian dimulai dari pencarian
judul tugas akhir sampai terselesaikannya penelitian adalah selama enam bulan
dimulai dari bulan November 2019 sampai April 2020. Adapun waktu
penelitian diuraikan pada table 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Pencarian Judul
2 Studi Pustaka
3 Penyususnan Proposal
4 Pengajuan judul
5 Perancangan dan Pembuatan
7 Uji Fungsi
8 Analisi Data

Tempat : Penelitian, perancangan alat, dan pembuatan laporan dilakukan


di kampus ATEM Semarang.
3.3 Alat dan Bahan
1. Alat
Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka digunakan beberapa
buah peralatan dan perlengkapan antara lain sebagai berikut :
A. Alat ukur, yaitu :
a) Multi meter digital (Sanwa)
B. Alat yang digunakan yaitu:
a) Obeng plus
b) Obeng min
c) Tang Potong
d) Tang Kombinasi
e) Solder
f) Pinset Bor
2. Bahan
Tabel 3.2 Daftar komponen
No. Nama Komponen Jumlah
Supplay
1. Baterai 9V 1
SISMIN
2. Arduino Nano v3.0 1
3. Buzzer 1
4. Resistor 220Ω 2
5. VR 10KΩ 1
6. Black housing 1 lajur 2
Driver
7. MOC 3021 1
8. TRIAC BTA 12 1
9. Kapasitor 1nF 1
10. Resistor 1KΩ 1
11. Resistor 100Ω 1
12. Widow Input 2 2
13. Hairdryer 1
DISPLAY
14. LCD 16X2 1
15. Pin Sisir 2
TOMBOL
16. Push button 4
17. Resistor 1KΩ 4

3.4 Tahapan Penelitian


1. Mencari referensi dan mempelajari teori-teori yang sesuai dengan masalah
penelitian.
2. Melakukan perencanaan pembuatan rangkaian Arduino Nano, R.Driver
Heater, Sensor LM35, dan rangkaian keseluruhan Patient Warming
Blangket.
3. Melakukan Uji Fungsi
4. Menyusun laporan, yaitu dengan membuat karya tulis yang merupakan
hasil dari ketiga langkah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=fungsi+patient+warmer&ie=utf-
8&oe=utf- 8&client=ubuntu&channel=fs&gws_rd=ssl
https://www.google.com/search?q=proses+anastesi+total+&ie=utf-
8&oe=utf- 8&client=ubuntu&channel=fs
http://sandyners.blogspot.co.id/2013/03/pperawatan-pasca-operasi-di-
recoveri.html
Malvino. (1996) “Prinsip – Prinsip Elektronika”. Jakarta : Erlangga Savant,
Roden, Carpenter.(1987).Electronic Circuit Design, an
https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotermia
Sensor Suhu LM35 _ SHATOMEDIA ONLINE
https://djukarna4arduino.wordpress.com/2015/01/19/arduino-nano/
http://solutions.3m.com/wps/portal/3M/en_EU/Healthcare-Europe/EU-
Home/Products/InfectionPrevention/Patient_Warming/Bair_Hugger_Therap
y/Warming_units/
https://www.drugwatch.com/bair-hugger/elektronika-dasar.web.id
http://documents.tips/documents/hairdryer-5665f17516149.html
http://www.medtronic.com/covidien/products/temperature-
management/warmtouch-surgical-access-blanket

Anda mungkin juga menyukai