Anda di halaman 1dari 8

sebelunya atau factor kardiovaskular lainnya.

Gangguan terutama mengenai


pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang, yang mengalami infark dan
menghasilkan lesi parenkim multiple yang menyebar pada daerah otak yang luas. 1,6
2. Penyakit Pick
Penyakit ini ditandai dengan atrofi yang lebih banyak dalam daerah
frontotemporal. Daerah tersebut juga mengalami kehilangan neuronal, gliosis, dan
adanya badan pick neuronal, yang merupakan masa elemen sitoskletal. Penyakit pick
ini berjumlah kira-kira lima persen dari semua demensia yang irreversible. 1,6

3. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Penyakit ini adalah penyakit degenerative otak yang jarang disebabkan oleh
agen yang progresif secara lambat, dan dapat ditransmisikan, paling mungkin suatu
prion yagn merupakan agen proteinaseus yang tidak mengandung RNA dan DNA.
Penyakit ini secara cepat dan progresif menyebabkan demensia yang berat dan
kematiandalam usia 6 sampai 12 tahun. Penyakit ini ditandai oleh adanya pola
elektroensefalogram (EEG) yang tidak bisa, yang terdiri dari lonjakan gelombang
lambat dengan tegangan tinggi. 1,6

4. Penyakit Huntington
Penyakit ini bisanya disertai dengan perkembangan demensia. Demensia yang
terlihat pada penyakit ini adalah tipe demensia subkortikal yang ditandai dengan
kelainan motoric yang lebih banyak dan kelainan bicara yang lebih sedikit
dibandingkan tipe demensia kortikal. 1,6

5. Penyakit Parkinson
Seperti penyait Huntington, parkinsonisme adalah suatu penyakit ganglia
basalis yang sering disertai dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20-30% pasien
dengan dengan penyakit perkinsin menderita demensia.1,6

6. Demensia yang berhubungan dengan penyakit HIV


Infeksi virus HIV seingkali menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik
lainnya. Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV seringkali disertai
oleh tampaknya kelainna parenkimal pada pemeriksaan MRI. 1,6

7. Demensia yang Berhubungan dengan Trauma Kepala


Demensia dapat merupakan suati sekuel dari trauma kepala, demikian juga
sindrom neuropsikitrik. 1,6
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Gangguan Daya Ingat
Gangguan daya ingat merupakan ciri yang awal dan menonjol pada demensia
yang mengenai korteks, sperti demensia tipe Alzheimer, pada awal perjalanan demensia
gangguan daya ingat adalah ringan dan biasanya paling jelas untuk peristiwa yang baru
terjadi. Saat perjalanan demensia berkembang gangguan emosional menjadi parah dan
hanya informasi yang dipelajari paling baik dipertahankan. 1,6
2. Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu, orientasi dapat terganggu secara progresif, selama perjalanan penyakit
1,6
demensia.
3. Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer
sdan demensia vascular dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan
berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar, stereotipik, tidak tepat atau
berputar-putar. Psien jugakesulitan untuk menyebutkan nama suatu benda. 1,6
4. Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian ini merupakan hal yang paling mengganggu. Sifat
kepribadian sebelumnya mungkin diperkuat Selama perkembangan demensia. Pssien
dengan demenisa juga mungkin introvert dan tampaknya kurang memperhatikan
tentang efdek prilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai
waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga dan orang
lain. Pasein dengan gangguan frontal dan temporal kemunginan mengalami perubahan
kepribadian yangjelas dan mudah marah yang meledak-ledak.1,6
5. Psikosis
Diperkirakan 20-30% pasien demensia terutama pasien dengan demensia tipe
Alzheimer memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40% memiliki waham, terutama dengan
sifat paranoid atau presekutorik yang itdak sistematik, walaupunn waham yang
kompleks menetap, tersistematik dengan baik juga dilaporkan pada pasien demensia.
Agresi fisik dan bentuk kekerasan lainnya adalah seringpad pasien demensia yang juga
mempunyai gejala psikotik. 1,6
2.2.5 Diagnosis klinis
Diagnosis demensia didasarkan pada pemeriksaan klinis pasien, termasuk
pemeriksaan status mental dan pada informasi dari anggota keluarga, dan kerabat. Keluhan
dari pasien tentang gangguan intelektual dan menjadi pelupa harus diperhatikan, perhatikan
juga bukti pengelakan, penyangkalan, atau rasionalisasi yang ditujukan untuk
menyembunyikan deficit kognitif keteraturan yang berlebihan, penarikan social, atau
kecendrungan untuk menghunungkan perstiwa dalam perincian yang kecil-kecil dapat
merupakan karakteristik. Ledakan kemaraha yang tiba-tiba, atau sarkasme dapat terjadi.
Labilitas emosional, dandanan yang kotor, ucapan yang tidak tertahan, gurauan yang
bodoh, atau ekspresi wajah dan gaya yang bodoh, apatik, atau kosong menyatakan
demensia, terutama jika disertai dengangn gangguan ingatan. 1,6
2.2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan yang tersedia saat ini untuk insomnia dan kecemasan, dokter
meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan kecemasan, antidepresan untuk
depresi, dan antipsikotik untuk waham dan halusinasi. Tapi perlu diperhatikan adanya
efdek idiosinkrartik dari obat lanjut usia sperti perangsanganyang paradoksal, konfusi,
dan peningkatan sedasi. Obat dengan aktivitas kolinergik tinggi dihindari.
Benzodiazepine kerja singkat dalam dosis kecil adalah medikasi ansiolitik dan
sedative lebih disukai untuk pasien demensia. 1,6
Tetrahydroaminoacridine telah dianjurkan oleh FDA sebagai suatu pengobatan
untuk penyakit Alzheimer. Obat ini merupakan inhibitor akitivitas antikolinesterase
dengan lama kerja yang agak panjang. Karen aktivitas kolinimimetik dari obat, dapat
terjadi peningktan kadar enzim hati. 1,6

2.3 Delirium
2.3.1 Definisi
Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut adalah factor risiko untuk
perkembangan delirium. Kira-kira 30 sampai 40 persen pasien rawat di rumah sakit yang
berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode delirium. Faktor predisposisi lainnya
untuk perkembangan delirium adalah usia muda, cedera otak yang telah ada sebelumnya,
riwayat delirium, ketergantungan alcohol, diabetes, kanker, gangguan sensoris dan malnutrisi.
Adanya delirium merupakan tanda prognostic yang buruk. 1,6
2.3.2 Etiologi
Penyebab Delirium:
Penyakit intrakranial
1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang
2. Trauma otak (terutama gegar otak)
3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).
4. Neoplasma.
5. Gangguan vaskular
Penyebab ekstrakranial
1. Obat-obatan (di telan atau putus),
Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi, Obat antiparkinson. Obat
antipsikotik, Cimetidine, Klonidine. Disulfiram, Insulin, Opiat, Fensiklidine,
Fenitoin, Ranitidin, Sedatif(termasuk alkohol) dan hipnotik, Steroid.
2. Racun
Karbon monoksida, Logam berat dan racun industri lain.
3. Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)
Hipofisis, Pankreas, Adrenal, Paratiroid, tiroid
4. Penyakit organ nonendokrin.
Hati (ensefalopati hepatik), Ginjal dan saluran kemih (ensefalopati uremik), Paru-
paru (narkosis karbon dioksida, hipoksia), Sistem kardiovaskular (gagal jantung,
aritmia, hipotensi).
5. Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau asam folat)
6. Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis.
7. Ketidakseimbangan elektrolit dengan penyebab apapun
8. Keadaan pasca operatif
9. Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
10. Karbohidrat: hipoglikemi.1,3,4
2.3.3 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk delirium karena kondisi medis umum
Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan )
dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau
mengalihkan perhatian.
Perubahan kognisi atau berkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik
diterangkan demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang
sedang timbul.
Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat dan cendrung berfluktuasi
selama perjalanan hari.
Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.

Kriteria Diagnostik untuk Delirium Putus Zat


a. Gangguan kesadaran (yaitum penurunan kejernihan kesadaran tehadap lingkungan)
dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan atau
mengalihkan perhatian.
b. Perubahan kognisis (seperti deficit daya ingat, disorientasi, gangguan bahasa) atau
perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang
telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan atau yang sedang timbul.
c. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat dan cendrung
berfluktiasi selama perjalanan hari.
d. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium bahwa gejala dalam kriteria a dan b berkembang selama, atau segera
setelah suatu sindrom pututs.

Kriteria Diagnostik untuk Delirium yang Tidak Ditentukan


Kategori ini harus digunakan untuk mendiagnosis suatu delirium yang tidak
memenuhi kriteria salah satu tipe delirium yang dijelaskan dalam bagian
ini.
a. Suatu gambaran klinis delirium yang dicuriagai karena kondisi karena
kondisi media umum atau pemakaian zat tetapi di mana tidak terdapat
cukup bukti untuk menegakkan suatu penyebab spesifik
b. Delirium karena penyebab yang tidak dituliskan dalam bagian ini missal
pemutusan sensorik

2.3.4 Penatalaksanaan
Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis
adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih dari psikosis adalah haloperidol (Haldol),
suatu obat antipsikotik golongan butyrophenone. Tergantung pada usia, berat badan, dan
kondisi fisik pasien, dosis awal dapat terentang antara 2 sampai 10 mg IM, dapat diulang dalam
satu jam jika pasien tetap teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dapat dimulai.
Dua dosis oral harian harus mencukupi, dengan dua pertiga dosis diberikan sebelum tidur.
Untuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral harus kira-kira 1,5 kali lebih tinggi dari
dosis parenteral. Dosis harian efektif total dari haloperidol mugnkin terentang dari 5 sampai 50
mg untuk sebagian besar pasien delirium. Golongan phenothiazine harus dihindari pada pasien
delirium, karena obat tersebut disertai dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna.
Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepine dengan waktu paruh pendek
atau dengan hydroxyzine 25 sampai 100 mg. golongan benzodiazepine dengan waktu paruh
panjang dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah digunakan sebagai bagian
dari pengobatan untuk gangguan dasar.1,6
2.4 Gangguan Amnestik
2.4.1 Definisi
Gangguan amnestic ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya ingat
yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social atau pekerjaan. Diagnosis dibuat
apabila pasien mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif. Gangguan amnestic ini
dibedakandari gangguan dissosiatif. 1,6
Epidemiologi
Tidak ada data pasti mengenai gangguan amnestic ini, bebrapa penelitian melaporkan
adanya insidensi atau prevelensi gangguan ingatan pada penggunaan alcohol dan cedera
kepala. 1,6
2.4.2 Etiologi
Struktur anatomi yang terlibat dalam daya ingat dan perkembangan gangguann
amnestic adalah terutama struktur diensefalik, dan struktur lobus midtemporalis. Beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa hemisfer kiri lebih kritikal dibanding hemisfer kanan dalam
perkembangan gangguan daya ingat. Gangguan amnestic memiliki bnayk penyebab. Berikut
table penyebab gangguan amnestic 1,6

Penyebab utama gangguan amnestic


a. Kondisi medis sistemik
Defisiensi tiamin, hipoglikemia
b. Kondisi otak primer
Kejang, trauma kepala, tumor serebral, penyakit serbrovaskular, prosedur bedah pada
otak, ensefalitis, hipoksia, amnesia global transien, trapi elektrokonvulsif, sclerosis
multiple.
c. Penyebab berhubungan dengan zat
Gangguan penggunaan alcohol, neurotoksin, benzodiazepine,

2.4.1 Diagnosis
Berikut table diagnosis berdasarkan DSM-IV
Kriteria Diagnostic Untuk Gangguan Amnestik Karena Kondisi Medis Umum
a. Perkembangan gangguan daya ingat seperti yag dimanifestasikan oleh gangguan
kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidakmampuan untuk mengingat
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Gangguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fingsi social atau
pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
c. Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium atau
suatu demensia
d. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium
bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum termasuk
trauma fisik

2.4.1 penatalaksanaan
Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari ganggau amnestic. Setelah
resolusi episode amnestic, psikoterapi dapat membantu pasien menerima pengalaman ke dalam
kehidupannya. 1,6

Intervensi psikodinamika mungkin mempunyai nilai yang baik bagi pasien yang
menderita gangguan amnestic yang disebabkan oleh kerusakan pada otak. Fase pemulihan
pertama dimana pasien tidak mampu memproses apa yagn terjadi karenapertahanan ego yang
sangat besar, membuat klinisi melayani sebagai ego penolong yang membantu menjelaskan
kepada pasien tentang apa yang terjadi danmemberikan fungsi ego yang hilang. Pada
pemulihan fase kedua, saat realisasi tentang kejdian cedera timbul, pasienmungkin menjadi
marah. Pemulihan fase ketiga adalah fase integrative. Kesedihan terhadap kecakapan yang
hilang merupakan ciri penting fase ini.

2.4 GANGGUAN MENTAL KARENA KONDISI MEDIS UMUM

2.5.1 Gangguan Degeneratif


Gangguan degenarif yang sering mengenai ganglia basalis sering disertai dengan tidak
saja gangguan pergerakan tetapi juga depresi, demensia, dan psikosis.
Beberapa contoh dari gangguan degneratif adalah Penyakit Parkinson melibatkan suatu
degenerasi terutama pada substansia nigra, dan biasanya tidak mempunyai sebab yang
diketahui

Anda mungkin juga menyukai